“Benar, dia berada di rumah sakit, Tuan."
...
“Baik, sesuai dengan perintah, Tuan.”
Zoya mengenggam erat lengan pria di sampingnya. Mereka terlihat begitu khawatir dengan kondisi emosi Dion yang tiba-tiba tak terkendali. Tadi saat mereka mengambil foto bersama tiba-tiba Dion menarik rambut Zoya hingga ada banyak helai yang terlepas. Perih memang, tapi ketakutan Zoya mampu membuat perih di kepalanya berkurang. Kini tiga orang perawat tengah mencoba menenangkan Dion.
Pria itu meronta-ronta hingga tiga laki-laki berseragam itu kewalahan. Salah satu dari mereka mengeluarkan sebuah suntikan dan botol kecil obat penenang. Tak perlu waktu lama Dion lantas melemas dan memejamkan matanya karena efek suntikan obat tersebut.
Kaki Dion diikat ke tempat tidur menggunakan kain panjang saat pria itu sudah tidur dengan pulas. Perawat meminta Juan dan Zoya untuk meninggalkan pasien sementara, karena Dion memerlukan waktu untuk sendiri dahulu.
Keduanya lantas ke luar dari kamar Dion. Melangkah pergi Juan masih memandang ayah melalui jendela. Laki-laki itu seperti tidak sampai hati meninggalkan Dion dalam keadaan terikat.
Akhir-akhir ini kondisi Dion memang sulit di tebak. Emosinya kadang memburuk tiba-tiba dan jika tak segera ditangani Dion bisa menyakiti siapapun orang yang ada di sekitarnya.
Saat melewati ruang receptionist langkah Juan dihentikan oleh seorang perawat wanita. Dia menerima sebuah dokumen berisi list biaya rumah sakit Dion.
“Maaf, tapi bukankah biaya perawatan ayah saya sudah ditanggung asuransi yang saya ajukan waktu itu?”
“Iya, betul Mas. Tapi, itu hanya berlaku hingga akhir pekan ini. Jika saudara Dion masih ingin di rawat di sini maka Mas harus membayar biaya rumah sakit untuk perawatan selanjutnya.”
“Bagaimana bisa? Lantas apa tidak ada bantuan lain untuk meringankan biaya ini, sus? Jumlahnya sangat besar sekali.”
“Tadi, saya sudah berusaha untuk mencari solusi sendiri sebelum menemui Mas. Tapi, memang benar-benar tidak ada bantuan yang di tujukan di rumah sakit ini. Masih ada waktu lima hari untuk menyelesaikan biaya rumah sakit. Tolong segera temui kami jika memang masih ingin melanjutkan pengobatan. Saya permisi, terima kasih.” Final wanita berseragam itu kemudian pergi meninggalkan Juan yang tengah mematung.
Pria itu memandang kertas berisi total biaya yang harus ia bayar sesegera mungkin. Tapi, ke mana dia harus mencari uang senilai hampir 30 juta dalam waktu kurang dari seminggu?
Juan memijit pangkal hidung, kepalanya terasa sangat pusing memikirkan biaya pengobatan sang ayah. Tapi, bagaimanapun ia harus segera bisa mendapatkan uang itu.
Zoya meraih tangan pria di sampingnya, digenggamlah tangan berurat itu. Juan menatap Zoya, perempuan itu terlihat tersenyum.
“Kamu jangan khawatir, semua pasti ada jalannya. Nanti, kita pikirkan ini bersama. Sekarang lebih baik kita pulang dulu, okey?” Juan mengangguk lantas berjalan beriringan menuju parkiran.
~•~•~•~•~•~
Hari ini tanggal dirinya menerima gaji, tapi tak ada keceriaan sedikitpun di wajah Juan. Pria itu tengah menyesap kopi tanpa gula sendirian seraya memikirkan siapa orang yang bisa ia pinjami uang. Semalam Zoya datang ke rumah menyerahkan kartu tabungan pribadinya.
Perempuan itu ingin Juan memakai uang itu untuk membayar biaya rumah sakit. Dirinya sempat menolak, tapi Zoya bersikukuh meminta Juan menggunakan uang tabungan miliknya. Alhasil hingga saat ini kartu tabungan milik Zoya masih ia pegang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thank You Juan | Lee Jeno [END]
Teen Fiction[Spin off Dear Renza] ⚠️Belum direvisi, masih berantakan. #1 on Semesta [06-11-22] Kepergian mu sangat menyakitkan untukku. Seolah semesta tak ingin lagi melihatku bahagia. Dalam pelukan ku, kau direbut paksa begitu saja. Lantas dengan penuh percaya...