10 - Cemburu?

927 166 17
                                    

Sebuah mobil mewah kini berhenti di depan rumah Juan. Keduanya lantas turun dan melakukan pembicaraan sebentar.

“Jujur, kamu terlihat sangat tampan menggunakan jas ini. Ah-sebentar.” Ucap Siska lantas mengangkat tangannya menyentuh surai Juan.

“Masih ada bunga, pasti karena taburan bunga tadi di pesta haha.” Lanjut Siska dengan kekehan yang merdu.

“I-ya.” Balas Juan canggung.

“Kalau begitu aku pulang sekarang. Makasih untuk malam ini.” Final Siska lantas masuk ke dalam mobil. Pria itu hanya mengangguk dan tersenyum.

Sepeninggal mobil Siska dari rumah, Juan lantas membalikkan badan ke arah gerbang. Betapa terkejutnya ia saat melihat Zoya yang sudah berdiri di samping gerbang dengan jaket yang membalut tubuh mungil itu.

“Zo-ya...” lirih Juan kemudian mendekati sang gadis.

“Akhirnya kamu pulang juga.” Ucap Zoya dengan senyum simpulnya.

“Kita masuk dulu yuk, di sini dingin. Kamu sejak kapan ada di sini? Kenapa nggak ngabarin kalau mau ke sini?” Tanya Juan seraya merangkul bahu Zoya masuk ke rumah.

“Belum lama. Aku cuma mau mengantar ini kok. Cuaca akhir-akhir ini agak buruk dan kegiatan kamu juga banyak. Aku nggak mau kamu sakit, jadi jangan lupa di minum ya.” Tutur Zoya menyerahkan plastik berisi vitamin dan obat-obatan yang ia beli di apotek.

“Makasih banyak ya, Zoy.”

“Sama-sama. Tapi, kamu habis ngapain? Terus motor kamu di mana?” Tanya Zoya penasaran.

“Oh, iya. Aku belum cerita sama kamu. Sini duduk dulu.” Potong Juan lantas mendudukkan Zoya di sofa.

Pria itu lantas bercerita dengan jujur pada Zoya, tak ada hal apapun yang ia tutupi. Zoya menghela napas lega mendengar berita baik bahwa biaya rumah sakit Dion sudah selesai ditangani.

“Syukurlah kalau semua udah baik-baik aja. Emm Juan... Kamu langsung istirahat aja ya. Aku pulang sekarang karena udah larut hehe.”

“Aku antar ya, aku pesan taksi dulu.” Ucap Juan seraya merogoh ponselnya.

“Nggak usah. Aku bisa pulang sendiri kok, lagi pula motor kamu masih di RS kan. Nanti bolak balik malah boros uang. Aku gapapa kok, nanti aku kabari kalau udah sampai rumah.” Tutur Zoya membuat Juan memasukkan kembali benda pipih itu.

“Maaf ya Zoy.” Lirih Juan merasa tak enak.

“Apaan sih maaf-maaf. Udah ah, aku pulang dulu. Langsung istirahat, oke?” Ucap Zoya saat melihat wajah Juan yang seperti merasa bersalah.

“Siap komandan! Hati-hati ya, kalau ada apa-apa telfon.” Balas Juan dengan sikap hormat pada Zoya.

“Iya...” Kata Zoya lantas terkekeh kecil melihat tingkah Juan.

Pria itu mengantar Zoya hingga pintu gerbang dan menunggu sampai taksi yang dipesan datang. Setelah Zoya meninggalkan rumah, Juan lantas kembali masuk ke dalam.

Melepas jas dan melonggarkan dasinya, Juan meraih plastik pemberian Zoya. Di sana ada beberapa vitamin, suplemen penambah darah, obat seperti Paracetamol dan obat flu, serta minyak aromaterapi. Bibirnya melengkung sempurna dan hatinya menghangat melihat Zoya begitu perhatian dengannya.

Ia lantas merogoh lagi ponselnya dari dalam saku. Jantungnya tiba-tiba berdetak lebih cepat saat sadar ponselnya telah kehabisan daya. Juan lantas berlari menuju kamar dan menghubungkan ponsel dengan pengisi daya. Beberapa saat setelahnya benda pipih itu bisa kembali menyala.

“Ya ampun Juan, Lo bodoh banget sih jadi orang!” Pria itu merutuki dirinya sendiri setelah melihat banyak notifikasi dari Zoya yang masuk ke nomornya.

Thank You Juan | Lee Jeno [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang