18 - Doa Kala Senja

720 142 14
                                    

VOTE KOMEN juseyo~

BTW komentar kalian itu yang bikin aku tambah semangat up tiap hari huhu

Makasih yang sudah baca sampai part ini^^

Maaf jika nanti ada typo atau kesalahan yang lain.

Happy Reading....

_____________________

Tahun pertama pernikahan Zoya dan Juan berjalan dengan baik, walau kadang ada saja hal yang didebatkan. Itu bukanlah hal yang asing dalam pernikahan, karena saat itu adalah masa-masa bagi setiap pasangan yang baru menikah untuk lebih mengenal, menyesuaikan, dan saling bertransisi.

Kehidupan rumah tangga tak seluruhnya berisi kesenangan. Ada kalanya Tuhan memberi satu dua masalah untuk menguji seberapa kompak kita dengan pasangan. Permasalahan itu pun datangnya juga bisa dari luar maupun dalam.

Seperti beberapa bulan pertama setelah akad, sosok Siska kembali muncul dengan segala drama yang ia mainkan. Beruntungnya Juan adalah memilki sosok istri yang selalu mempercayainya sehingga ujian pernikahan dari Siska mampu mereka lalui bersama-sama.

Persoalan lain yang mereka dapat juga ada yang berasal dari keluarga terdekat. Mereka sering kali ditanyai kapan untuk bisa mendapatkan momongan padahal usia pernikahan mereka baru berjalan di angka pertama.

Siapa yang tak ingin segera mendapat karunia dari Tuhan itu? Semua pasangan yang baru menikah juga pasti menginginkannya. Sejak bulan pertama menikah keduanya juga sudah menjalani program kehamilan, tapi memang belum diberi saja.

Zoya tak pernah ambil pusing dengan omongan atau pertanyaan mengenai masalah momongan. Ia dan Juan lebih fokus untuk membenahi diri dan memikirkan hal yang sekiranya mampu membawa mereka ke arah yang lebih positif.

Pasangan muda itu kini selalu mengunjungi Panti Asuhan Kasih Sagara setiap pekan sekali. Mereka akan bermain dan belajar bersama dengan anak-anak di sana. Bahkan mereka sudah beberapa kali mengajak anak-anak panti berlibur ke pantai untuk menikmati matahari terbenam.

Seperti saat ini keduanya sedang asyik bercanda bersama anak-anak di tepi pantai. Zoya sesekali mengambil gambar mereka menggunakan kamera kesayangannya.

“Rangga! Adek-adeknya diajak ke sini, yuk. Kita makan camilan dulu di sini,” seru perempuan dengan rambut yang diurai.

“Oke, Kak Zoy,” balas saudara Angga itu.

Di atas pasir putih membentang karpet berisi aneka makanan ringan dan minuman sebagai teman untuk menanti datangnya senja. Hati Juan menghangat melihat pemandangan ini. Berkumpul bersama anak-anak yang kurang beruntung dalam hidup. Berbagi kebahagiaan sederhana yang mungkin menjadi sesuatu yang luar biasa untuk mereka. Dirinya sendiri juga sudah lama tak melakukan hal seperti ini. Ia malah jadi ingat masa-masa saat keluarganya masih lengkap bertahun-tahun yang lalu.

“Itu punya Kakak, Dek.” Sergah Rangga saat jatah camilannya direbut oleh sang adik.

“Ih... Tapi, Luna mau yang ini.” Rengek bocah berhidung mancung itu berusaha mempertahankan makanan yang ia ambil.

“Eh, kok ribut sih. Ini Rangga ambil punya kakak aja. Kalau sama adiknya itu harus baik, oke? Nggak boleh pelit dan harus berbagi. Luna juga jangan suka ambil dari kakak ya kalau belum izin. Adik kakak itu harus rukun, saling jaga. Dan yang paling penting nggak boleh saling menyakiti, oke?” Tutur Zoya lembut menengahi Rangga dan Luna.

“Iya, Kak. Maaf,” balas Rangga kemudian perempuan itu mengacak kecil puncak rambutnya.

Juan memperhatikan interaksi Zoya dengan kakak beradik itu. Nasihat sederhana yang istrinya berikan membuat dirinya tertampar. Ia jadi teringat akan sosok sang adik yang selalu mendapat perlakuan tak menyenangkan darinya.

Thank You Juan | Lee Jeno [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang