Di sebuah ruangan yang penuh dengan kemewahan seorang bapak dan anak perempuannya sedang berdebat mengenai suatu hal. Sosok pria berpakaian serba hitam mengetuk pintu dan dipersilakan masuk, membuat perdebatan itu dihentikan sejenak.
“Perintah dari tuan sudah saya laksanakan seluruhnya. Apakah ada tugas lain yang harus saya kerjakan?”
“Bagus. Saya tunggu kabar terbarunya, kamu boleh pergi sekarang.” Ucap pria berjas yang duduk di kursi kebesarannya.
“Baik.” Balas pria berpakaian serba hitam itu lantas ke luar meninggalkan ruangan.
“Kamu dengar sendiri, kan, Siska. Papa sudah urus semuanya untuk kamu. Bahkan Papa rela tidak menggunakan rasa kemanusiaan yang papa punya demi kepuasan anak papa satu-satunya.” Tutur Bram seraya memainkan bolpen mahalnya.
Perempuan dengan simple dress selutut itu hanya mengangguk dan mengembuskan napas panjang. Detik berikutnya ia berpamitan pada sang papa untuk pergi.
Mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi Siska menuju ke sebuah perumahan. Lebih tepatnya menuju rumah sang pujaan hati, Juan.
Ia sudah tidak sabar mendengar keputusan pria itu. Siska tahu betapa sayangnya Juan pada Dion, jadi tidak mungkin pria itu memilih calon istri dari pada ayah sendiri.
Kalaupun keputusan yang Juan berikan tidak sesuai dengan harapannya, Siska sudah menyerahkan segala konsekuensi yang harus Juan terima pada sang papa.
Berjalan dengan langkah pasti menaiki tangga menuju teras rumah Juan, Siska sesekali merapihkan rambutnya agar terlihat lebih rapi di depan Juan.
Baru saja akan mengetuk pintu, pria yang sedari tadi berlarian di pikirannya ke luar dengan pakaian kerja. Menampilkan senyum semanis mungkin, ia justru mendapat balasan tak acuh dari Juan.
“Mau apa lagi kamu, Siska?” tanya Juan datar, pria itu lupa hari ini sudah 24 jam setelah kedatangan Siska kemarin.
“Kamu lupa? Ini saatnya kamu kasih keputusan. Jadi, mau pilih calon istri kamu atau ayah kamu?” Balas Siska dengan nada angkuhnya.
“Siska, tolong jangan seperti ini. Perasaan kita dan ayah aku itu urusan yang berbeda. Bersikaplah dewasa.” Tutur Juan.
“Jadi, kamu lebih pilih calon istri kamu?”
“Aku tidak punya perasaan sama sekali sama kamu. Aku rasa kita juga tidak ada kecocokan dalam banyak hal. Dan yang paling penting aku tidak ingin menyakiti hati perempuan yang aku cintai.” Jelas Juan membuat Siska jengah.
“Kamu bisa mendapatkan laki-laki yang lebih dari aku, lebih dalam segala hal.” Lanjutnya.
“Tapi, bagaimana jika mau ku hanya kamu?” Tanya Siska dengan mata berkaca-kaca.
“Itu berarti tanda bahwa sebenarnya kamu tidak cinta sama aku, tapi terobsesi. Kita sudah dewasa, belajarlah menerima bahwa tidak semua hal yang kita inginkan itu bisa terwujud. Termasuk untuk kamu memiliki ku.” Balas Juan penuh penekanan.
“Oke, terserah kamu. Aku terima semua keputusan kamu, Juan. Aku harap kamu tidak menyesal atas pilihan yang udah kamu buat hari ini.” Final Siska lantas pergi meninggalkan Juan.
Pria itu mengacak rambutnya frustrasi. Dirinya hanya berharap semoga ucapan Siska hanya ancaman belaka. Semoga ayahnya baik-baik saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thank You Juan | Lee Jeno [END]
Teen Fiction[Spin off Dear Renza] ⚠️Belum direvisi, masih berantakan. #1 on Semesta [06-11-22] Kepergian mu sangat menyakitkan untukku. Seolah semesta tak ingin lagi melihatku bahagia. Dalam pelukan ku, kau direbut paksa begitu saja. Lantas dengan penuh percaya...