Tumpukan dokumen memenuhi meja kerja pria yang tengah sibuk menatap layar laptop. Tangannya menari-nari di atas keyboard dengan cepat. Sesekali matanya melirik ke arah jam dinding, dia sudah lapar dan ingin segera pergi untuk makan siang.
Pukul 12 siang tepat Juan menghela napas panjang. Ia sandarkan punggungnya di kursi seraya memijit pangkal hidung untuk mengurangi sedikit rasa pusing di kepalanya.
Pria itu kemudian berjalan menuju kantin dan meninggalkan pekerjaan yang belum ia selesaikan seluruhnya. Setelah mengambil beberapa makanan untuk diletakkan di piring Juan mencari tempat duduk yang nyaman. Ia memilih sebuah meja di paling ujung dan duduk sendirian di sana.
Juan makan dengan begitu lahap karena dia benar-benar kelaparan. Kemarin seharian dia hanya minum segelas susu dan paginya hanya mengisi lambung dengan satu buah tomat dan air putih. Persediaan makanan di rumah sudah habis dan dirinya belum gajian. Alhasil Juan harus mengisi perut dengan apa saja yang masih tersisa di dalam kulkas.
Juan tinggal memiliki uang sebesar dua ratus ribu untuk dua minggu ke depan. Ditambah ia harus membayar tagihan listrik dan pajak tanah tahun ini yang nominalnya cukup besar. Dirinya harus bisa berhemat, keadaan ekonominya sedang memburuk.
Selesai makan Juan lantas melangkah menuju toilet untuk mencuci muka. Namun tiba-tiba seseorang yang baru ke luar dari lift menabraknya. Juan sedikit terkejut karena segelas kopi moccachino menumpahi kemejanya.
“Astaga maaf, saya tidak sengaja. Saya bantu bersihkan.” Ucap seorang perempuan dengan setelan jas berwarna merah muda, terlihat begitu elegan dengan tas branded yang menggantung di pergelangan tangan.
“Ah... Iya sudah-sudah tidak apa-apa.” Balas Juan seraya menjauhkan tangan perempuan itu dari dadanya.
“Maaf, baju kamu jadi kotor. Saya memang ceroboh. Saya akan bertanggung jawab, tunggu sebentar.” Lanjutnya lantas menghubungi seseorang.
“Tidak per-“ Kalimat Juan terpotong saat sambungan itu terhubung.
“Tolong siapkan kemeja pria dan antar ke alamat yang saya kirimkan. Sekarang juga, saya tunggu.” Perempuan itu memutuskan sambungan lantas mengetikkan sesuatu di ponselnya.
“Kalau begitu bagaimana jika kita menunggu di sana?”
Juan tidak bisa menolak, karena dirinya memang butuh pakaian yang bersih saat ini. Tadi dirinya mendapat pesan bahwa atasannya meminta dia untuk menghadiri rapat yang akan dimulai setengah jam lagi. Mana mungkin Juan hadir menggunakan pakaian yang kotor, bisa-bisa dia terkena omelan sang manajer.
“Kita belum saling kenal bukan? Perkenalkan, nama saya Siska.” Ucapnya seraya mengulurkan tangan.
“Juan.” Balas laki-laki itu sambil menjabat tangan perempuan di depannya.
Tak lama kemudian seorang pria bertubuh tinggi besar dengan pakaian serba hitam datang membawa sebuah paperbag. Setelah Siska menerima paperbag, pria itu dengan penuh hormat pamit meninggalkan tempat.
“Ini untukmu. Sekali lagi saya minta maaf.” Ucap Siska seraya menyerahkan paperbag berisi kemeja pada Juan.
“Tidak apa-apa, sungguh. Terima kasih untuk kemejanya. Tapi, maaf saya harus buru-buru pergi karena sebentar lagi ada meeting.”
“Ah, iya tentu saja. Selamat bekerja, Juan.”
Juan dengan segera berjalan masuk ke dalam toilet. Saat membuka isi paperbag Juan sempat tidak menyangka, perempuan itu memberinya empat kemeja dengan bahan yang berbeda. Semuanya terlihat mewah dengan merk ternama. Akhirnya Juan memilih satu-satunya kemeja yang dirasa paling sederhana, meskipun tetap saja itu terlihat berlebihan jika dipakai oleh seorang karyawan biasa sepertinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thank You Juan | Lee Jeno [END]
Novela Juvenil[Spin off Dear Renza] ⚠️Belum direvisi, masih berantakan. #1 on Semesta [06-11-22] Kepergian mu sangat menyakitkan untukku. Seolah semesta tak ingin lagi melihatku bahagia. Dalam pelukan ku, kau direbut paksa begitu saja. Lantas dengan penuh percaya...