33 - Semesta Telah Memilih

1.3K 168 50
                                    

Seorang perempuan dengan dress abu polos dan blazer yang menyelimuti punggung tengah memandangi gedung-gedung tinggi melalui kaca jendela. Tangannya memeluk diri dengan mata sayu yang tak berkedip.

Terlihat begitu tenang padahal nyatanya ia terus merapalkan doa dalam hati. Perasaannya tak karuan menunggu seseorang yang ia sayang tengah berjuang untuk bertahan.

Derap langkah yang terdengar begitu tegas membuat perempuan itu membalikkan badan. Dengan sendu ia tatap mata pria paruh baya di depannya.

“Papa...” lirih Siska seraya memeluk tubuh Bram.

“Semua akan baik-baik saja, percayalah.” Ucap bram lalu mengusap pelan punggung Siska.

Perempuan itu terisak di pelukan sang papa. Berharap mendapat sedikit ketenangan di sana. Tapi, sepertinya semesta memang tak mengizinkan Siska untuk tenang barang sejenak. Pasalnya tiba-tiba orang kepercayaan Siska datang memberi kabar tak mengenakkan.

“Saudara Juan kritis, Nona. Kini dokter tengah melakukan tindakan operasi,” tutur pria dengan setelan jas berwarna navy.

Mendengar hal itu Siska praktis berlari menuju ruang operasi. Dengan mata yang basah ia memaksa diri untuk melihat Juan dari jarak dekat, tapi para perawat melarangnya. Namun berkat sang papa ia akhirnya diizinkan untuk melihat Juan.

Dari ruangan yang dibatasi menggunakan kaca besar Siska berdiri dengan begitu khawatir. Meski jaraknya cukup jauh, ia bisa melihat dengan jelas wajah pucat pria tampan teman masa kecilnya.

Begitu besar rasa sayang Siska pada Juan hingga dia berani bertindak sejauh ini. Tanpa memberi kabar pada Zoya, ia membawa Juan hingga ke Negeri Singa. Ia hanya tak ingin Zoya menghalanginya lalu gagal membawa Juan berobat.

Banyak drama yang sudah ia mainkan bersama Juan untuk membuat Zoya mau diajak berpisah. Awalnya Siska hanya murni menawari Juan untuk menjadi model di majalahnya, tapi hal gila Juan minta dengan begitu nelangsanya.

Mendengar semua cerita dan alasan mengapa Juan memintanya untuk ikut bersandiwara, akhirnya Siska menerima. Perginya Juan bersama dirinya juga bukan sekedar melakukan pemotretan, tapi juga untuk pengobatan.

Dulu ia begitu terobsesi untuk memiliki Juan, tapi mendengar bahwa pria itu sedang berjuang melawan kanker membuat hati Siska melembut. Cintanya kini bukan lagi obsesi, melainkan ketulusan untuk membuat Juan pulih kembali.

Jika nanti Juan berhasil sembuh, ia berjanji pada dirinya sendiri untuk membiarkan Juan bahagia bersama Zoya. Ia tak akan lagi mengusik hidup pria itu. Tapi, ia perlu Juan untuk sembuh agar janjinya bisa terwujud.

~•~•~•~•~•~

“Suami kamu masih kerja di luar kota?” tanya perempuan paruh baya pada Zoya.

“Iya, Ma. Zoya belum tau Mas Juan pulang kapan.” Balasnya lalu menggendong Rendi ke pangkuannya.

Anak itu masih sakit, tapi untungnya suhu tubuhnya tidak lagi tinggi. Ia hanya butuh istirahat lebih banyak.

Tok tok tok

Suara pintu diketuk begitu keras oleh seseorang, membuat ibunda dari Zoya itu segera beranjak dari sofa. Zoya juga kemudian menidurkan Rendi ke tempat tidur dan ikut melihat siapa tamu yang datang di jam sembilan malam.

“Zoy, Angga tadi minta gue jemput lo. Bisa ke rumah sakit sekarang, kan?” tanya Dea yang langsung dibalas anggukan oleh Zoya.

Keduanya lantas segera bergegas menuju rumah sakit. Dea sendiri tidak tahu mengapa suaminya meminta mereka datang cepat-cepat. Tak ingin berpikiran negatif, Dea kembali fokus pada kemudinya.

Thank You Juan | Lee Jeno [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang