17 - Lembaran Baru

770 148 25
                                    

"Kalau harus sakit itu biar gue, kalau harus diam itu juga biar gue. Kalian cukup bahagia, biar gue yang urus lukanya."

- Haidar Harisudin -
Dear Renza

~•~•~•~•~•~

Status sebagai seorang istri sudah Zoya lewati dalam sepekan ini. Rasanya jelas masih menyenangkan dalam segala hal. Kita tunggu saja dua atau tiga tahun lagi, mungkin dirinya sudah kerepotan mengurus anak.

Matanya menyipit saat tangannya membuka tirai jendela. Berjalan mengambil remot AC jarinya meningkatkan suhu ruangan karena pagi ini cuaca cukup dingin, padahal semalam terasa panas sekali. Mungkin karena hujan turun sejak subuh tadi.

Membalikkan badan, netranya dengan mudah menangkap sosok pria tampan yang kembali tertidur sejak sepuluh menit yang lalu. Ia mendekat dan duduk di sudut tempat tidur. Jemarinya menyingkirkan rambut suaminya yang mengenai wajah penuh ketenangan itu.

“Tampan,” lirih Zoya seraya menerbitkan senyum.

Mata sipit itu terbuka perlahan dan bibirnya praktis tersenyum saat mendapati wajah manis Zoya sebagai pemandangan pertama yang ia lihat.

“Katanya mau olahraga, kenapa tidur lagi?” tanya Zoya masih memainkan surai hitam Juan.

“Dingin banget, sayang. Mending tidur lagi, yuk.” Balas Juan seraya menaik turunkan kedua alisnya.

“Nggak, ah. Mau bikin teh aja,” ucap Zoya kemudian beranjak dari ranjang.

Pergelangan tangan itu tiba-tiba digenggam oleh tangan kekar Juan. Pria itu menarik Zoya begitu saja hingga perempuan itu jatuh ke pelukan sang suami.

“Aish... Juan lepasin...” Zoya berucap seraya berusaha melepaskan pelukan Juan.

“Mmm... Udah gini aja dulu. Emang kamu nggak dingin?” tanya Juan yang semakin mengeratkan dekapannya.

Perempuan itu menghela napas panjang dan tersenyum. Zoya pasrah dan membiarkan dirinya didekap Juan seperti ini. Lagi pula ini juga terasa begitu hangat, Zoya menyukainya.

Juan menarik kain tebal hingga ke bahu sampai menyelimuti tubuh mereka. Ia terkekeh melihat tubuh Zoya yang hampir tenggelam.

“Nggak jadi bikin teh?” tanya Juan menatap sepasang manik hitam Zoya.

“Kalau kayak gini gimana bisa bikin teh, Juan...” jawab Zoya lembut.

“Ya udah bikin dedek bayi aja kalau gitu,” kata Juan membuat mata Zoya melebar.

Juan terkekeh kecil melihat pipi istrinya yang bersemu merah. Mengikis jarak pria itu lantas mengecup hangat kening Zoya. Detik berikutnya ia menarik selimut hingga menutupi seluruh tubuh keduanya.

Di pagi dengan rintik hujan yang tak mau berhenti, ada sepasang insan yang juga tak ingin kegiatannya dihentikan. Dua orang yang sedang menyempurnakan statusnya menjadi sepasang suami istri.

~•~•~•~•~•~

Seorang pria dengan celana pendek dan kaos Adidas membuka lemarinya lebar-lebar. Ia kemudian melangkah mundur dan menjatuhkan bokongnya di tepi tempat tidur. Memandang isi lemarinya dari sudut ke sudut ia menghela napas panjang.

Menarik sebuah koper yang sudah  disiapkan dirinya berdiri lalu mengeluarkan hampir setengah dari semua pakaian yang ia punya. Dia menatanya dengan rapi kemudian mengecek kembali apakah ada pakaian yang sekiranya ia butuhkan lagi atau tidak.

“Haidar,” panggil seorang perempuan paruh baya dari ambang pintu.

“Ibuk. Masuk Buk,” balas Haidar membuat perempuan itu melangkah maju.

Thank You Juan | Lee Jeno [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang