Kuning sinar matahari dari arah barat berpendar ke seluruh sudut langit. Klakson yang saling bersahutan menjadi suara paling jelas terdengar di telinga. Di tengah-tengah keramaian ini sepasang suami istri berusia muda berusaha agar cepat sampai ke tempat tujuan sebelum kehabisan waktu yang telah ditentukan.
Hampir setengah jam menyibak jalanan yang penuh keramaian, motor hitam besar itu berhenti di depan sebuah bangunan tingkat yang didominasi warna putih dan biru. Berjalan beriringan keduanya masuk dan menuju ke sebuah ruangan.
Membuka pintu perlahan, pria berjaket kulit itu masuk seraya menyapa sosok yang sudah sepekan ini tak ia kunjungi. Di belakangnya seorang perempuan mengikuti dengan membawa tentengan plastik berisi makanan.
"Ayah, ini Juan dan Zoya. Ayah apa kabar? Maaf, karena baru bisa ke sini sekarang. Tapi, sepertinya keadaan ayah cukup baik. Juan lega lihatnya." Juan berucap seraya memandangi wajah Dion yang semakin tirus.
"Oiya, Yah. Zoya tadi bawa makanan kesukaan ayah. Ayah makan ya biar Juan suapi." Lanjutnya kemudian berdiri mendekati sang istri.
Zoya kemudian berjalan menuju meja dan menyiapkan nasi bersama udang saus mentega. Dion yang sedari tadi tak merespon ucapan Juan hanya diam melihat awang-awang.
Kalian pasti bertanya-tanya bagaimana bisa Dion kembali lagi menjalani pengobatan di rumah sakit. Hal itu bisa terjadi karena kemurahan hati Tuhan yang menjadikan Haidar sebagai perantara.
Tepat selesai menghadiri pernikahan Juan dan Zoya, Haidar pergi ke sebuah rumah sakit jiwa yang berbeda dari rumah sakit tempat Dion dirawat sebelumnya. Pria itu mengurus semua administrasi dan pembayaran pengobatan Dion selama beberapa bulan.
Tak hanya itu, Haidar juga mengusahakan agar Dion mendapatkan biaya yang murah di sana tapi tetap dengan fasilitas yang baik agar tidak memberatkan Juan dalam meneruskan masalah pembiayaan. Setelah berhasil mengurus semua itu Haidar lantas memberi kabar pada Juan kemudian Dion dibawa ke rumah sakit keesokan harinya.
Juan bersyukur sekali memiliki sosok teman baik seperti Haidar. Pria itu selalu dengan mudah mengulurkan bantuan tanpa perlu diminta. Sering kali dirinya berpikir cara terbaik yang seperti apa untuk membalas seluruh kebaikan Haidar selama ini.
Jam jenguk hanya tinggal beberapa menit lagi, Juan dan Zoya lantas berpamitan pada Dion untuk pulang. Pria berpiyama itu mengangguk cepat kemudian sibuk lagi dengan rubiknya.
Tak benar-benar pulang. Juan dan Zoya justru menuju ke panti asuhan setelah mampir ke minimarket untuk membeli banyak camilan dan susu. Entah kenapa hari ini Zoya ingin sekali bertemu anak-anak di sana.
Memakirkan motor di halaman, keduanya lantas masuk ke bangunan yang sudah mereka anggap sebagai rumah sendiri. Baru beberapa melangkah dari ambang pintu, tubuh Zoya sudah ditabrak oleh anak-anak. Mereka memeluk Zoya dengan wajah bahagia, seperti seorang anak yang baru bertemu ibunya setelah ditinggal lama pergi.
Di sini seperti biasa mereka saling berbincang dengan ibu panti dan bermain bersama anak-anak. Sebagian dari mereka terlihat sedang sibuk mengerjakan PR dan mempelajari materi untuk ulangan harian besok pagi.
Seorang anak berusia satu tahun sedari tadi menangis, padahal Juan sudah menggendong dan mengajaknya berjalan-jalan di teras. Zoya berjalan cepat menuju dapur kemudian membuat susu formula ke dalam botol dot.
Baru melangkah ke luar dari dapur tiba-tiba kepala Zoya terasa begitu sakit. Ia hampir terjatuh kalau saja Bu Retno tidak menahannya saat terhuyung.
"Juan! Nak!" Teriak Retno memanggil Juan seraya memapah Zoya ke sofa.
Juan yang mendengar suara Bu Retno praktis berjalan cepat menuju sumber suara. Ia terkejut melihat wajah Zoya yang pucat.
Perempuan paruh baya berjilbab itu meraih seorang batita laki-laki dari gendongan Juan, membiarkan pria itu memberikan perhatian pada sang istri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thank You Juan | Lee Jeno [END]
Novela Juvenil[Spin off Dear Renza] ⚠️Belum direvisi, masih berantakan. #1 on Semesta [06-11-22] Kepergian mu sangat menyakitkan untukku. Seolah semesta tak ingin lagi melihatku bahagia. Dalam pelukan ku, kau direbut paksa begitu saja. Lantas dengan penuh percaya...