“Untuk gadis pertama yang berhasil membuatku tertawa, terima kasih karena sudah ada.”
Fahrenza Radiata Sagara
(Dear Renza)~•~•~•~•~•~
2025Suara serempak dari kursi yang digeser membuat perempuan berusia seperempat abad itu berdiri dari duduknya. Ia pandangi satu per satu anak-anak yang berdiri di depannya dengan perasaan yang hangat.
“Terima kasih Bu Guru atas ilmunya.” Ucap mereka serentak setelah mendapat satu aba-aba dari anak laki-laki yang berdiri di barisan paling depan.
“Iya, sama-sama.” Balasnya lantas mempersilakan para muridnya untuk pulang.
“Langsung pulang ya, jangan mampir-mampir dulu. Sudah mau hujan soalnya. PR nya jangan lupa dikerjakan ya anak-anak.” Tutur perempuan itu seraya menerima jabatan tangan dari murid-muridnya.
Setelah memastikan seluruh siswanya ke luar kelas, perempuan itu lantas membereskan buku-buku dan laptopnya. Ia kemudian berjalan menuju ruang guru untuk segera makan siang, karena perutnya sudah teriak minta di isi sejak dua jam yang lalu.
Baru saja meletakkan bokong di kursi, seorang perempuan dengan rambut sebahu menghampirinya dengan wajah yang begitu cerah.
“Zoy, gue lagi seneng banget nih. Tebak karena apa coba?” Tanya perempuan yang sudah menarik kursi di depan meja Zoya.
“Emmm, dapat warisan?” Tebak Zoya asal membuat si lawan bicara refleks memukul bahunya.
“Sembarangan, orang tua gue masih sehat woi.”
“Ya kan gue cuma nebak. Terus apaan dong?”
“Pacar gue pulang yeyy, gue nggak LDR lagi sekarang.” Jawab perempuan bernama Dea itu dengan semangat.
“Ya ampun seseneng itu ya sampe lebar banget senyumnya.” Ucap Zoya diakhiri dengan kekehan kecil.
“Ya iya lah. Lo sih gak punya pacar jadi nggak tau rasanya, makanya cari Zoy biar nggak jomblo terus. Eh bentar Angga telfon.” Final Dea lalu mengangkat panggilan dari sang kekasih.
Zoya meluruhkan senyumnya seraya memandangi punggung Dea yang mulai meninggalkan ruangan. Pacar ya?
Ia pernah punya, tapi sudah diambil oleh semesta.
Perempuan dengan rambut sepunggung itu kemudian membuka tempat makannya. Ia begitu lahap karena memang sudah sangat lapar, apalagi perutnya juga tak diisi oleh sarapan.
Sambil makan siang Zoya mulai mengoreksi tugas-tugas muridnya. Jika tidak seperti ini pekerjaannya tak akan selesai. Belum lagi ia harus membuat beberapa presentasi untuk rapat bersama kepala sekolah besok pagi.
Baru menyelesaikan dua tugas siswanya tiba-tiba bolpennya mati. Zoya membuka benda kecil itu lantas menghela napas saat mengetahui tinta merahnya sudah habis.
Sambil menyuapkan makanan ke mulut, tangannya membuka laci. Ia mencari-cari stok bolpen yang biasa ia letakkan di sana.
Bukannya menemukan bolpen, perempuan itu justru menemukan sebuah foto yang membuat dadanya nyeri seketika. Zoya meletakkan sendoknya lantas mengambil foto lama itu.
Gambar seorang pria yang tidur di atas rumput dengan senyum indah yang sudah lama sekali tak ia lihat secara langsung. Foto itu ia ambil secara diam-diam saat mereka pergi bermain bersama untuk pertama kalinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thank You Juan | Lee Jeno [END]
Ficção Adolescente[Spin off Dear Renza] ⚠️Belum direvisi, masih berantakan. #1 on Semesta [06-11-22] Kepergian mu sangat menyakitkan untukku. Seolah semesta tak ingin lagi melihatku bahagia. Dalam pelukan ku, kau direbut paksa begitu saja. Lantas dengan penuh percaya...