23 - Pengalaman Baru

716 138 17
                                    

Rupanya menjadi seorang ibu dan ayah bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Sebuah pekerjaan paling tulus yang dilakukan tanpa adanya bayaran. Pagi sampai siang, sore sampai malam, begitu seterusnya sampai kadang lupa akan kondisi kesehatan.

Kebahagiaan anak adalah hal utama bagi mereka. Jika perlu mereka rela mengorbankan diri sendiri demi melihat sebuah garis indah di wajah sang anak. Tapi, itu hanya bagi mereka yang beruntung mendapat orang tua bak malaikat yang turun dari surga.

Dua paragraf itu yang kini sedang terlintas di kepala seorang ayah muda bernama Juan. Beberapa pekan ini tidurnya tak teratur sebab harus bergantian menjaga Rendi yang kerap kali terbangun di tengah malam.

Juan tidak tega jika harus membiarkan Zoya  mengurus Rendi sendirian, meskipun perempuan itu sudah berulang kali melarang dirinya begadang untuk sang anak.

Seperti malam ini, Juan masih sibuk memandang Rendi yang tak kunjung tidur. Matanya terus terbuka seolah ingin mengajaknya untuk tetap terjaga.

Hampir satu jam Juan menggendong Rendi sambil berjalan-jalan di sekitar kamar agar anaknya lekas terlelap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hampir satu jam Juan menggendong Rendi sambil berjalan-jalan di sekitar kamar agar anaknya lekas terlelap. Tapi, mau diajak jalan sampai ke Negeri Jiran pun kalau tidak mengantuk ya tak akan tidur.

Lelah berdiri pria berkaos hitam lengan panjang itu menjatuhkan bokongnya ke sofa. Baru beberapa detik duduk, Rendi sudah menyanyikan lagu kebangsaannya.

“Ya Allah, Nak. Ayah baru aja napas udah karaoke lagi.” Ucap Juan lantas kembali berdiri.

Pria itu berjalan untuk meraih botol susu di atas meja. Rendi memang perlu dibantu dengan susu formula yang sudah direkomendasikan oleh dokter sebab ASI dari Zoya tidak keluar banyak.

“Cup cup cup, anak pinter Ayah... Minum, Nak. Pinter,” tutur Juan seraya memberikan susu pada Rendi.

“Bobok ya... Jangan karaoke terus, nggak sakit apa tenggorokannya?” Lanjut Juan lantas Rendi melepas botol susu di mulutnya.

Bayi itu malah kembali menangis dengan lebih keras.

“Allahu Akbar, iya-iya boleh kok karaoke. Mau dangdutan juga boleh, nanti Ayah sawer.”

Sesaat setelah Juan berkata seperti itu, Rendi praktis terdiam dan mulai meminum susu dengan begitu cepat. Sang ayah memandang tak percaya dengan kelakuan anaknya sendiri. Pria itu menghela napas panjang kemudian berjalan menuruni tangga untuk mencari udara yang lebih segar.

Kini jarum pendek jam sudah menunjuk ke angka dua. Rumah besar ini sudah senyap dari suara apapun.

Seorang perempuan dengan rambut yang diurai menuruni anak tangga mencari keberadaan dua laki-laki yang ia cintai. Kakinya melangkah ke ruang tamu dan bibirnya praktis melengkung indah saat melihat pemandangan yang menghangatkan hati.

Zoya mendekati Juan yang duduk dengan mata terpejam, tapi masih dengan tangan yang seimbang untuk memegangi botol susu yang diminum Rendi. Bayi itu juga terlihat tidur dengan nyenyak.

Perempuan itu lantas menyingkirkan botol susu dan menggendong bayinya. Dengan lembut tangannya menyentuh pipi Juan.

“Sayang, bangun. Pindah ke kamar yuk tidurnya,” ucap Zoya lirih.

Mata Juan praktis terbuka dan memandang ke arah bawah. Pria itu langsung berdiri saat menyadari Rendi tak lagi di pangkuannya.

“Rendi! Nak!” Teriak Juan heboh seolah kehilangan harta yang paling berharga.

“Ini Rendi, Juan...” Zoya berucap lantas terkekeh kecil melihat tingkah lucu suaminya.

Juan praktis menghela napas lega. Keduanya lantas kembali masuk ke dalam kamar.

~•~•~•~•~•~

Sandyakala terlihat indah di langit perumahan. Seorang pria dengan celana training dan hoodie berwarna senada masuk ke dalam rumah seraya menggendong bayinya. Ia berjalan menuju dapur untuk melihat sang istri yang tengah sibuk memasak.

Keduanya melakukan pembicaraan kecil sambil mengajak Rendi berinteraksi. Hingga lima belas menit kemudian anak itu menangis sebab pampers-nya yang telah penuh.

“Sebentar ya, Nak. Mama udah selesai kok,” Zoya berucap seraya membawa makanan panas ke meja makan.

Perempuan itu lantas membawa bayinya ke kamar. Juan mengikuti di belakang. Dengan telaten Zoya melepas pempers dan membersihkan tubuh sang anak menggunakan tisu basah.

Zoya melirik ke arah Juan yang terlihat antusias memperhatikan dirinya mengurus Rendi. Bibirnya tersenyum tipis kemudian menyodorkan pempers ke arah Juan.

“Mau coba?” Tanya Zoya lembut.

“Takut. Tapi pengen coba juga.” Balas Juan kemudian menggaruk kepalanya yang tak gatal.

“Gapapa, sini aku ajari. Duduk sini,” tutur Zoya mempersilakan Juan untuk duduk di tempatnya.

Juan membuka pampers dan bersiap untuk memasukkan kaki Rendi ke dalamnya. Belum juga masuk secara penuh, wajah Juan ditembak menggunakan air berbau pesing dari sang anak.

“Omoo,” lirih Zoya melihat wajah suaminya basah.

Juan menjatuhkan tangannya di kasur lantas menghela napas pasrah. Ia memandang datar wajah Rendi yang kini tengah tersenyum lebar.

“Punya dendam apa kamu, Nak, sama Ayah?” tanya Juan geregetan kemudian beranjak untuk membersihkan wajah di kamar mandi.

Zoya yang masih terkekeh kini mengambil alih tugas Juan. Perempuan itu dengan cepat memakaikan pempers ke tubuh Rendi lantas memindahkannya ke box bayi.

Kini langit sudah begitu gelap dan Rendi belum turun dari gendongan Zoya. Perempuan itu masih memberikan asi pada bayinya.

Pintu kamar terbuka menampilkan sosok pria dengan nampan berisi makan malam untuk Zoya. Juan berjalan mendekati istrinya lantas menyendok nasi. Zoya hanya memandang bingung.

“Aku suapi, kalau nuruti Rendi nggak akan ada habisnya. Ak...” Tutur Juan lembut kemudian mendekatkan sendok ke bibir sang istri.

Perempuan itu tersenyum lantas menerima suapan dari Juan. Zoya jelas makan dengan begitu lahap. Siang tadi dirinya hanya makan sedikit sebab Rendi terus menangis dan mau diam jika ditemani tidur di kasur.

“Makasih ya, kamu udah bantu banyak. Bahkan tanpa perlu diminta,” ucap Zoya membuat atensi Juan tertuju padanya.

“Ini juga tugas aku, Zoya. Jadi, kamu nggak perlu ucap makasih. Rendi dan urusan rumah itu juga tanggung jawab aku. Kita memang harus kerja sama supaya semuanya berjalan dengan baik,” tutur Juan membuat Zoya merasa begitu bersyukur memiliki sosok suami seperti ini.

Sejauh ini Juan dan Zoya memang mengerjakan segala hal dengan bersama-sama. Itu saja masih terasa melelahkan, bagaimana jika masing-masing melakukan pekerjaannya sendiri-sendiri? Pasti akan lebih melelahkan.

Menjadi orang tua merupakan pengalaman pertama bagi keduanya. Semua yang mereka rasakan kaki ini adalah hal yang baru. Tak jarang mereka membuat kesalahan dalam mengurus Rendi. Tapi, dengan kemauan belajar yang tinggi membuat keduanya semakin baik dalam merawat sang anak.

Rendi menjadi warna baru di rumah besar yang lama sunyi. Tangis yang terdengar juga bukan tangis menyakitkan, justru tangis yang membuat hati Juan dan Zoya menghangat.

Memandang Rendi di pangkuan Zoya dalam hati Juan berkata,

Tuhan, jadikan semuanya menjadi lebih baik. Sembuhkan tiap lara yang masih tertinggal. Dan buatlah bahagia dua insan paling berharga ini.”

__________________
__________________

Thank You Juan | Lee Jeno [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang