Beberapa hari yang lalu rencana pernikahan telah didiskusikan bersama keluarga Zoya. Tio sebagai perwakilan keluarga Zoya menyerahkan semua rencana pada Juan dan sang anak. Dia membiarkan keduanya mengurus sesuai keinginan mereka dan hanya memberikan saran-saran kecil. Ini pernikahan anaknya dan dia tidak ingin membuat Zoya terkekang akan keinginan orang tua.
Zoya meminta pernikahan hanya dilakukan di KUA saja, tapi Juan ingin membuat acara resepsi juga. Juan tidak ingin perempuannya ia ambil dengan rangkaian acara sesederhana itu. Perdebatan di antara keduanya jelas ada, hingga akhirnya Tio memberi saran untuk mengadakan syukuran di rumah sebagai pengganti resepsi.
Juan juga meminta untuk akad dilaksanakan di masjid dengan beberapa dekorasi agar ijab qabul terasa lebih sakral. Zoya yang awalnya menolak akhirnya menyetujui hal itu.
Sebenarnya Zoya hanya tidak ingin memberatkan Juan, apa lagi keadaan ekonomi pria itu tak sebagus dulu. Tapi, Juan sebagai laki-laki juga ingin memberikan yang terbaik pada istrinya.
Keputusan mengadakan pernikahan secara sederhana sudah disepakati. Mereka juga sudah membagi tugas untuk mengurus semua yang dibutuhkan untuk acara tersebut.
Perempuan berseragam batik itu berjalan menuju ruang guru dengan membawa beberapa tumpukan buku di tangannya. Dari arah belakang ia ditabrak oleh dua siswanya yang asyik bercanda hingga barang yang ia bawa terjatuh ke lantai.
"Maaf, Bu Zoya... Rangga tidak sengaja." Ucap anak laki-laki berusia 12 tahun itu seraya membantunya mengambil buku yang jatuh.
"Iya gapapa. Lain kali kalau bercanda jangan sambil lari-larian ya. Nanti kalau jatuh gimana?" Balas Zoya lembut.
"Iya, Bu..." Jawab dua anak itu hampir bersamaan.
"Eh, ini dompet siapa jatuh?" Tanya Zoya seraya mengambil dompet yang terbuka di lantai.
"Rangga, Bu." Balas anak itu lantas memandangi Zoya yang tengah terdiam menatap dompet miliknya.
Zoya memandang sendu sebuah foto di dalam dompet Rangga yang tak sengaja terbuka. Ia terdiam cukup lama membuat si pemilik dompet membuka suara.
"Bu... Ibu tidak apa-apa, kan?" Tanya Rangga lembut saat melihat raut wajah Zoya berubah.
Perempuan itu mendekati Rangga lantas menyejajarkan tingginya dengan si murid.
"Ini foto siapa saja? Ibu ingin tau, boleh?"
"Ini Rangga waktu umur tujuh tahun, ini adik angkat Rangga waktu umur dua tahun. Namanya Aluna. Nah, yang menggendong Aluna ini namanya Kak Renza." Balas Rangga membuat mata Zoya memanas.
"Renza?" tanya Zoya memastikan dengan suara yang sedikit bergetar.
"Iya. Tampan ya, Bu? Tapi, sayang... Kak Renza sudah meninggal lima tahun yang lalu. Rangga sedih sekali, padahal dia baik banget sama Rangga." Jelas anak itu sendu, membuat Zoya semakin menahan sesak di dadanya.
Bayi yang saat itu Zoya gendong di panti asuhan adalah anak kecil yang ia lihat di kantor guru beberapa waktu yang lalu. Bayi bernama Luna adalah adik angkat Rangga yang bernama Aluna. Bayi itu sudah besar, telah tumbuh menjadi anak yang cantik.
"Rangga... Ibu boleh bertemu dengan adikmu?"
"Boleh. Nanti dia ikut menjemput Rangga. Sebentar lagi pasti datang."
Setelah percakapan itu Rangga kembali ke kelas untuk mengambil tas. Sedangkan Zoya menuju ruang guru untuk mengembalikan buku dan berpamitan pada Dea untuk pulang lebih awal.
Tepat pukul satu siang sebuah mobil berhenti di samping gerbang sekolah, Rangga praktis berlari menuju kendaraan tersebut. Zoya yang ada di belakang dengan jantung yang berdebar menanti kehadiran anak perempuan yang ingin ia lihat lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thank You Juan | Lee Jeno [END]
Teen Fiction[Spin off Dear Renza] ⚠️Belum direvisi, masih berantakan. #1 on Semesta [06-11-22] Kepergian mu sangat menyakitkan untukku. Seolah semesta tak ingin lagi melihatku bahagia. Dalam pelukan ku, kau direbut paksa begitu saja. Lantas dengan penuh percaya...