“’Pergilah ke ladang, petik dan bawalah setangkai gandum yang paling besar dan paling baik. Tapi ingatlah, setelah kau melewati satu gandum kau tak boleh kembali, kesempatanmu hanya sekali.’
"Menuruti perintah gurunya Plato pun pergi ke ladang namun dia kembali dengan tangan kosong. Socrates bertanya mengapa dan Plato menjawab, ‘aku melihat gandum yang besar dan baik saat melewati ladang, tetapi aku berpikir mungkin ada yang lebih besar dan lebih baik jadi aku melewatinya, tetapi aku tak menemukan yang lebih baik dari yang kutemui di awal, akhirnya aku tidak membawa satu pun.’
"Mendengar itu Socrates pun menjawab, ‘itulah cinta. Hakikat utama dari cinta adalah terus mencarinya untuk menemukan yang lebih baik, membandingkan yang satu dengan yang lain. Dan hasilnya kita membuang cinta yang sudah kita dapatkan dan terus mencari, namun tak pernah mendapatkan yang lebih baik. Dan kemudian yang tersisa hanya kehampaan.’”
“Oww, terdengar seperti keluhan dari orang yang hidup penuh penyesalan.”
“Jangan menghina Socrates. Semua filsuf di jaman modern hanyalah perpanjangan catatan kaki dari beliau. Walau terdengar seperti saran kakek-kakek galau tapi kau harus ambil hikmahnya, jika kau terus mencari yang lebih baik maka yang kau dapatkan hanyalah kehampaan.”
“Okay okay, tapi sejak kapan kau pindah jurusan ke filsafat? Apa mahasiswa psikologi juga mempelajari orang seperti Socrates? Kalau iya aku heran kau bisa dapat ipk sempurna selama lima semester.”
“Well, kejeniusanku terkadang memang menakutkan.”
Kami sedang sarapan saat Azure memulai kuliahnya. Sarapan yang berlangsung agak siang karena aku ketiduran ini ditemani dengan semangkuk bubur yang tidak manis. Selain bubur ada telur dadar, irisan ayam, dan kecambah. Setidaknya aku bersyukur tak ada timun dan tomat di awal hari.
“Jadi Socrates menyuruh semua pejuang cinta untuk menjaga apa yang sudah kita dapatkan? Benar begitu?” tanyaku pada Azure yang sibuk sarapan di depan televisi.
“Kira-kira seperti itulah. Tak ada jaminan kau bisa mendapat yang lebih baik jika kau melepas yang kau punya saat ini. Tak perlu kuperjelas apa maksudku kan?”
“Aku mengerti dengan sangat baik, sepupu. Aku memang tak pernah dapat ipk sempurna, tapi aku nggak bodoh. Kalau boleh jujur, pengalaman sudah mengajariku untuk menjadi lebih bijak. Rawat yang kau miliki dengan baik, dan jangan pernah tinggalkan. Yeah, aku mengerti itu.”
“Baguslah, sedikit kebijaksanaan ekstra tak pernah sia-sia. Kalau kau merasa gandum yang kau petik tak sebagus gandum lain maka berusahalah meningkatkan nilai dari gandum tersebut, bukan membuang dan mencari yang lain. Ahh, aku lelah bicara tentang ini. Kau mau saus?”
Sedikit kebijaksanaan ekstra tak pernah sia-sia, kalau dipikir-pikir sudah lama aku tidak membaca sesuatu yang bermanfaat seperti buku pengembangan diri. Buku-buku tentang Socrates memang hebat, tapi aku lebih suka penulis masa kini yang lebih relevan dalam menyajikan kasus. Kalau saja Socrates hidup di jaman Metaverse aku yakin dia tak akan membuat pengandaian dengan kebun gandum.
Kalau begitu sudah diputuskan, hari ini mari ajak Elicia ke perpustakaan.
***
Elicia hanya memberiku pandangan geli saat tak lama kemudian aku sudah tiba di rumahnya. Dia menyuruhku masuk dan menyajikan segelas air putih sebagai bentuk penghormatan kepada tamu. Aku memandangi air kosong itu lama sekali.
“Aku tak punya kopi atau sirup, cuma itu yang ada,” Elicia menjawab pandanganku. “Bukan, bukan karena berhemat. Air putih itu lebih baik untuk kesehatan.”
“Banyak orang makan sepiring berdua dengan alasan romantis padahal mereka sebenarnya tidak punya uang. Kuharap kau bukan golongan mereka.”
Ini adalah pertama kalinya aku memasuki rumah Elicia. Tak ada yang spesial, benar-benar sama seperti rumah cetak massal pada umumnya, hanya saja tak bisa dipungkiri bahwa rumah ini sudah terlihat begitu tua dan kusam meski sangat bersih. Untuk perabotannya sendiri tidak ada yang mencolok, hanya ada sedikit barang-barang. Aku curiga Elicia sudah menjual sebagian isi rumahnya untuk biaya hidup.
KAMU SEDANG MEMBACA
AZURE
RomanceSuatu hari aku terbangun dan mendapati mantan pacarku telah menikah. Aku menstalking mantan pacarku dan tanpa sengaja bertemu dengan mantan pacar dari suami mantan pacarku yang ternyata adalah mantan teman sekelasku sekaligus cinta pertamaku. Ruwet...