Masalah Otak

84 5 0
                                    

Setelah menaiki bus selama beberapa puluh menit akhirnya aku sampai di rumah sakit. Tante sebenarnya ingin mengantarku tapi karena mobil mereka dipakai Om untuk bekerja aku bersikeras memintanya tetap di rumah agar bisa melakukan pembicaraan pribadi dengan Dokter Nia. Aku yakin ini tidak akan menjadi pembicaraan yang menyenangkan untuk didengar orangtua.

Dokter Nia menyambutku di ruangannya. Penampilannya masih sama seperti yang aku ingat. Jas putih, rambut pendek, dan kaca mata bulan separo yang membuatnya tampak seperti nenek-nenek berumur tujuh puluh tahun meskipun usianya mungkin masih sekitar empat puluhan. Tante sudah menghubunginya lewat telepon sebelum aku tiba jadi di mejanya sudah berhamburan apa yang aku yakini sebagai hasil tes check-up Gemini.

“Sebenarnya tak ada hal yang terlalu aneh dari apa yang aku dapatkan, tapi karena orangtuanya bilang dia punya tanda-tanda psikopat aku terus melanjutkan tes dan hasil yang kudapatkan cukup mengejutkan. Ahh! Apa kau mau minum? Sebentar aku buatkan.”

Aku membaca beberapa tes pertanyaan di arsip yang dia berikan padaku. Menurutku ini hanya pertanyaan-pertanyaan biasa, tetapi jumlahnya sangat banyak dan jelas sekali Gemini bermain-main dengan jawabannya. Coba lihat saja beberapa pertanyaan ini:

Q: Apa kau takut mati?
A: Aku lebih takut menjawab pertanyaan ini.

Q: Jika ibu dan kekasihmu tenggelam di tempat yang berjauhan dan kau hanya bisa menyelamatkan satu maka siapa yang akan kau selamatkan?
A: Aku akan cari kekasih yang pandai berenang. Ngomong-ngomong, aku sendiri tidak bisa berenang.

Q: Jika semua hal menjadi legal, kejahatan apa yang ingin kau lakukan?
A: Jika semua menjadi legal maka tak ada yang namanya kejahatan.

Q: Jika kau tidak perlu tidur seumur hidup maka bagaimana caramu mengisi waktu luang?
A: Pingsan.

Aku berhenti membaca setelah pertanyaan keempat. Saat mengajar di bimbel aku pernah menanyakan pertanyaan-pertanyaan semacam ini tapi selayaknya anak sekolah mereka menjawab sesuai dengan keinginan sang guru. Namun seperti yang diharapkan dari Gemini, otaknya berada di dimensi yang berbeda.

“Jawaban yang menarik, benar tidak?”

Dokter Nia meletakkan secangkir teh herbal di dekat tanganku dan kembali duduk di kursinya. Teh yang dia berikan mengandung aroma obat-obatan yang kuat, tetapi rasanya lumayan enak.

“Umm, dia itu penulis novel jadi berpikir kreatif adalah pekerjaannya.” Aku mencoba membela tindakannya tapi Dokter Nia hanya tersenyum.

“Pertanyaan-pertanyaan seperti ini memang tidak dimaksudkan untuk dijawab dengan benar, terkadang jawaban yang konyollah yang mengungkapkan pemikiran sesungguhnya seseorang. Dari jawaban Gemini aku bisa melihat sosok yang bebas, sekaligus sosok yang penuh penolakan. Bukankah dia seolah menolak menjawab pertanyaan itu? Itu bisa dianggap sebagai bentuk ketakutan.”

“Aku bisa mengerti kalau seseorang takut mati, tapi kenapa dia harus takut menjawab kegiatan untuk mengisi waktu luang? Dia bisa saja menulis bowling atau semacam itu kan?”

“Ya… mungkin saja dia memang takut untuk terjaga selama dua puluh empat jam. Aku sendiri merasa tidur adalah sebuah kewajiban. Kau tahu kan? Terlalu lama berpikir dan mengurus pekerjaan bisa membuat kepala meledak.”

Aku tertawa pelan. “Jadi dari pertanyaan sebanyak ini, apa yang bisa Anda simpulkan tentangnya? Apa… apa dia benar-benar punya kelainan otak?”

“Aku merasa semua orang pasti punya kelainan otak. Tak ada orang yang benar-benar normal, dan jika tidak ada orang yang normal maka tak ada juga orang yang bisa disebut kelainan.”

“Anda bermain kata-kata.”

“Ya, aku paham maksudmu. Jika kita menggunakan standar umum maka aku yakin dia punya gangguan kejiwaan, setidaknya dia benar-benar menyembunyikan sesuatu di dalam tengkoraknya. Kira-kira apa itu?”

AZURETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang