Hai! Welcome di spin-off dari cerita Skaya And The Big Boss!
Karena cerita ini spin-off, jadi jelas berdiri sendiri sehingga buat kalian yang belum baca cerita SATBB tetap bisa mengikuti cerita ini.
How excited are you?
Biar aku semangat nulis, bisa kalian janji bakal aktif vote dan komen tiap part?
Happy reading!
***
“Skara seneng masuk TK, gak?”
Skara yang baru berusia lima tahun mengedarkan pandangan sebelum mendongak, menatap sang bunda lalu mengangguk pelan. Senyuman lembut merekah di bibir Verana, bundanya, lalu dia melihat sang bunda menoleh ke arah kembarannya. “Skaya, karena kakakmu sekelas sama kamu, jaga baik-baik ya? Kalau terjadi apa-apa sama kakakmu, Bunda bakal marah. Kamu ngerti?”
Skara menatap wanita berusia akhir 20-an dan adik di sampingnya heran. Dia merasa sudah besar, tidak perlu dijaga. Apa lagi adiknya yang menjaganya. Sebagai kakak, seharusnya Skara yang menjaga Skaya, bukan? Skara tidak ingin dipandang lemah oleh adiknya sendiri. Tapi jika saat ini dia menyuarakan isi pikirannya, Skaya yang akan dimarahi Verana, bukan dia. Skara tidak mau adiknya menangis lagi karenanya.
“Iya, Bunda.” Gadis kecil berambut kepang dua itu mengangguk patuh, lalu menggenggam tangan Skara erat sambil menoleh ke arahnya dengan senyuman manis. “Ayo, Kak, kita masuk.”
Tanpa sepatah kata pun, Skara mengikuti Skaya dengan tangan mungil mereka yang saling bertautan. Beberapa pasang mata langsung menatap keduanya begitu mereka memasuki pintu kelas. Tatapan dari anak sebaya mereka hanya satu, tertarik. Mungkin ketertarikan mereka terjadi karena wajah identik antara Skara dan Skaya.
Guru pendamping segera mengatur tempat duduk untuk mereka. Sayangnya Skara harus duduk jauh dari sang adik, berada lebih dekat dengan tempat guru berada. Skara yang bosan diam-diam berbalik, menatap adiknya yang kini tengah asyik bermain puzzle dengan teman semejanya. Skara mengerutkan bibirnya. Selain Skaya, Skara tidak tahu harus berbicara dengan siapa di sini.
Beberapa hari telah berlalu sejak Skara memasuki taman kanak-kanak, tapi tidak seperti Skaya yang sudah menjalin hubungan baik dengan teman-teman sekelas, Skara justru tidak memiliki seorang teman pun karena tidak bisa mengikuti mereka bermain.
Saat ini Skara duduk di bawah naungan pohon, menatap teman-teman sekelasnya yang sedang bermain kejar-kejaran lalu cup. Dia menatap Skaya yang sedang berlari dari sosok masang. Yang Skara dengar, masang adalah orang yang bertugas mengejar semua orang. Sudut bibir Skara terangkat dengan mata berbinar. Betapa asyiknya memainkan permainan ini.
“Skala, ayo main!” Beberapa bocah laki-laki memanggil Skara dengan cadel sembari menariknya bergabung dalam permainan.
Skara mengedarkan pandangan untuk mencari keberadaan guru. Tidak melihat satu pun, dia tersenyum lebar lalu menyetujui ajakan bermain tersebut. Mereka melakukan hompimpa untuk menentukan masang. Setelah menentukan masang, mereka semua segera berlari menjauh, begitu pula Skara. Ini pertama kalinya Skara merasakan kesenangan dalam bermain dengan teman sebayanya. Melihat masang menargetkannya, Skara melebarkan mata lalu berlari lebih cepat, mengabaikan detak jantungnya yang langsung meningkat tajam. Merasakan sakit di dada kirinya, lari Skara mulai melambat dengan napas terputus-putus.“Dapat!” pekik bocah yang menjadi masang sambil menyentuh pundak Skara yang sedang membungkuk sambil meremas dada kirinya. “Skala?” panggil bocah laki-laki itu melihat wajah kesakitan Skara. Bocah itu ketakutan dan segera memanggil guru.
“Ya ampun, Skara!”
Di ambang batas kesadarannya, Skara bisa mendengar guru-guru memanggilnya panik dan kemudian semuanya menjadi gelap dengan kesadaran yang hilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
SKARA : Why Me?
Teen Fiction"Gue dan Skaya kembar. Kembar harus merasakan hal yang sama, kan?" **** Skara Agnibrata, cowok yang terlahir dengan kondisi sindrom jantung kiri hipoplasia, membuat fisik dan kondisinya lemah tidak seperti anak-anak pada umumnya. Karena penyakitnya...