"Aku mau masuk sekolah ini." Skara memberikan beberapa lembar kertas yang berisi informasi lengkap mengenai sekolah yang ingin ia tuju. Ada berbagai foto yang terlampir, baik gedung sekolah dari depan, samping, gedung kantin, laboratorium, lapangan-lapangan olahraga, kelas, hingga semua fasilitas penunjang sekolah tersebut. Bahkan ia menyertakan informasi mengenai apa akreditasi sekolah itu, penghargaan apa saja yang telah dicapai dalam lima tahun belakangan ini, hingga keunggulan-keunggulan yang dimiliki sekolah tersebut tapi tidak dimiliki sekolah lain di negeri ini.
Verana membalikkan kertas-kertas itu dengan kening yang semakin berkerut. "Kamu mau masuk sekolah umum, Skar? Tapi kamu—"
"Aku bakal setuju operasi transplantasi jantung kalau Bunda juga setuju aku masuk ke sana." Skara berkata dengan pelan penuh tekanan tiap kata, membiarkan Verana lebih mudah mengetahui tekadnya kali ini.
"SMA Lesmana? Bukannya sekolah ini yang ingin Skaya masuki sebelumnya?" tanya wanita itu bingung.
Mata Skara tidak menyipit mendengar itu. Dia hanya duduk tenang di hadapan Verana, mengamati wanita itu membalik-balikan lembar kertas yang ia berikan. "SMA Lesmana memang makin terkenal karena prestasinya belakangan ini."
Ada helaan napas keluar dari bibir Verana. Dia meletakkan sekumpulan kertas itu di atas meja, lalu mendongak menatap Skara yang tidak memiliki ekspresi. Selalu seperti itu. Tapi ada yang aneh menurut Verana. Sifat Skara menjadi semakin dingin. Dia jadi tidak nyaman jika anaknya seperti ini.
"Tapi kondisi kamu kalau bersekolah di sekolah umum gimana, Skar? Bunda takut tidak ada yang bisa jagain kamu." Verana mengutarakan keresahannya.
"Dengan transplantasi jantung, aku bakal lebih baik, kan? Bunda coba pikir, kalau tahun ini aku gak pindah sebagai siswa kelas 11, otomatis tahun depan aku bakal masuk sebagai kelas 12. Aku sulit nemu temen lagi di saat yang mana semua orang fokus sama ujian kelulusan."
Perkataan Skara secara tidak langsung menyodok keinginan Verana yang mau Skara memiliki banyak teman di sisinya. Laki-laki itu mengenal kemauan bundanya dengan baik dan dengan sengaja mengungkapkannya. Dia sendiri tidak peduli apakah memiliki teman atau tidak, namun berbeda dengan Verana. Wanita itu menginginkan Skara mendapatkan apapun yang terbaik.
"Biar Bunda pikirkan ini dulu. Setelah Bunda diskusi sama Ayah, Bunda bakal kasih tau keputusan kami."
Sudut bibir Skara sedikit melengkung melihat ketidakpastian di mata Verana. Dia tahu bundanya saat ini pasti sedang perang batin, antara menerima atau menolak usulannya. Jika menolak, Verana bisa menduga Skara tidak akan setuju dengan mudah untuk transplantasi jantung. Dan jika dia menerima, otomatis dia tidak bisa menjaga Skara di bawah pengawasannya. Matanya menatap Verana pergi, beberapa saat kemudian tangannya terulur mengambil salah satu kertas yang berisi berbagai foto penampakan SMA Lesmana. Mau tak mau ingatan beberapa bulan lalu menguasai pikiran Skara hingga dirinya tenggelam dalam adegan tersebut.
"Bunda, aku pengin masuk sekolah ini. Lihat, Bun. Sekolah ini namanya Lentera Semesta Kirana, singkatnya Lesmana. Katanya ya Bun, kalau lulus dari sekolah ini ada peluang besar buat lolos di universitas favorite!"
Suara menggebu dari Skaya memasuki rungu Skara yang baru keluar dari kamar. Dia melihat kembarannya itu tengah bergelayut manja di lengan Verana, sambil menunjuk-nunjuk layar ponselnya semangat, seolah berusaha merayu sang bunda.
Setelah sekian lama, Skara akhirnya melihat keinginan kuat Skaya akan sesuatu. Sepertinya terakhir kali saat Skaya meminta tanda tangan untuk mengikuti marching band namun ditolak, gadis itu seakan menjadi lebih tertutup di rumah dan lebih jarang meminta sesuatu.
"Sekolah ini keliatannya mahal banget," ucap Verana tak enak hati. Semakin bagus nama dan fasilitas sekolah, tentu saja biaya yang dikeluar akan semakin besar. "Bunda lagi persiapin biaya untuk pengobatan kembaranmu. Gak papa, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
SKARA : Why Me?
Teen Fiction"Gue dan Skaya kembar. Kembar harus merasakan hal yang sama, kan?" **** Skara Agnibrata, cowok yang terlahir dengan kondisi sindrom jantung kiri hipoplasia, membuat fisik dan kondisinya lemah tidak seperti anak-anak pada umumnya. Karena penyakitnya...