Bangunan bertingkat tiga dengan dinding didominasi warna coklat di hadapan Skara tidak memberikan Skara gelombang perasaan sedikit pun.
Dibanding sekolah lain, isolasi suara dari gedung pengajaran SMA Lesmana memang sangat baik sehingga suara dari siswa-siswi di dalam kelas tidak terdengar hingga luar bangunan.
SMA Lesmana juga bisa dikatakan sekolah yang memasuki awal semester paling cepat. Contohnya sekarang, di awal tahun, sekolah sudah memulai aktivitas belajar-mengajarnya. Yang mana ini bertepatan dengan niat orang tuanya yang ingin melihat-lihat bagaimana kehidupan siswa-siswi di sekolah ini.
Saat ini Skara mengenakan hoodie putih dengan celana jeans hitam, terlihat simpel mengunjungi calon sekolahnya. Dia berdiri di depan gedung pengajaran, menunggu orang tuanya, Verana dan Wiro yang sedang pergi menuju ruang kepala sekolah bersama satpam untuk meminta izin melihat-lihat sekolah ini.
Skara menarik lengan hoodienya, memperlihatkan jam tangan yang melekat di sana. Sekarang sudah pukul 08.15, tetapi Skara belum sempat melihat batang hidung siswa-siswi Lesmana sejak tadi. Ini membuktikan bahwa peraturan ketat yang digadang-gadangkan oleh media mengenai pelajar Lesmana dilarang meninggalkan kelas selama jam pelajaran berlangsung memang benar adanya.
"Skara, ayo pergi." Entah sejak kapan datang, sebuah buggy car putih terparkir tak jauh dari posisi Skara. Verana yang duduk di kursi belakang melambai dengan senyum lebar. Sedangkan Wiro duduk di depan bersama seorang pria berseragam maroon yang akan menjadi pemandu mereka.
Sudut bibir Skara berkedut, tidak menyangka sekolah ini menyediakan fasilitas ini untuk para tamu. Duduk di samping Verana dalam diam, dia menatap pemandangan sekolah ini dengan tenang.
Verana dan Wiro sejak tadi bertanya panjang lebar mengenai hal-hal sekolah ini kepada pria paruh baya di kursi pengemudi yang merupakan salah satu staf tata usaha dan kemudian mengangguk puas setelah mendengar jawaban darinya.
Mereka mengelilingi sekolah dengan melewati lapangan lintasan lari, gedung perpustakaan, kantin, lapangan bola kaki dan basket, laboratorium, hingga akhirnya sampai di lapangan golf. Mereka semua turun dari buggy car, melihat lebih leluasa lapangan besar itu.
"Skara, ini yang kamu mau?" Verana berjalan di belakang Skara, melihat-lihat lapangan tersebut sembari mengangguk. "Bener kata Denada, lapangan golf mini di rumah gak ada apa-apanya dibanding yang asli."
Pikiran Skara rumit mendengar Denada lagi-lagi muncul dari bibir bundanya. Seberapa licik gadis itu agar bisa memengaruhi Verana untuk mendengar nasihatnya? Jika memang semudah itu, sejak dulu dia dan Skaya mudah membujuk sang bunda. Apakah Verana terlihat lebih mempercayai orang luar dibanding anaknya sendiri? Sepertinya tidak begitu. Pasti Denada memiliki trik tersendiri dalam mempersuasi Verana.
Mereka kembali menaiki buggy car karena masih ada sebagian sekolah yang belum terjamah dan ini menyadarkan Verana dan Wiro bahwa apa yang orang tua lain agung-agungkan mengenai sekolah ini pun tidak mengada-ada. Jika sebelumnya mereka lima puluh persen menyetujui Skara masuk sekolah ini, sekarang keyakinan mereka sudah diambang seratus, apa lagi sejak mendapat perlakuan khusus mengendarai mobil tersebut untuk mengelilingi sekolah.
Pada akhirnya dibawah antusiasme Wiro dan Verana, Skara dibiarkan berjalan-jalan sendiri di dalam gedung pengajaran. Dia menekan lift menuju lantai dua, berjalan di lorong yang sepi karena aktivitas belajar-mengajar masih berlangsung. Namun setiap kelas sangat hening. Bahkan jika ia melintasi jendela, tidak ada seorang pun di dalam kelas yang menoleh penasaran kepadanya. Sayangnya semua keheningan itu musnah saat seorang siswa berseragam berantakan melangkah lebar melewatinya memasuki kelas di depan.
"MANA YANG NAMANYA SAGARA?!"
Skara menghentikan langkahnya mendengar raungan di dalam kelas tersebut. Pada akhirnya dia bersandar di salah satu jendela kelas tersebut dan menonton ke dalamnya tanpa minat. Bukannya ingin menonton keseruan, tetapi dia hanya penasaran seperti apa hubungan siswa-siswa di sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
SKARA : Why Me?
Teen Fiction"Gue dan Skaya kembar. Kembar harus merasakan hal yang sama, kan?" **** Skara Agnibrata, cowok yang terlahir dengan kondisi sindrom jantung kiri hipoplasia, membuat fisik dan kondisinya lemah tidak seperti anak-anak pada umumnya. Karena penyakitnya...