Lampu-lampu tepat di depan matanya menyilaukan pandangan Skara. Ada suara samar para ahli medis yang tengah mempersiapkan operasi kepadanya. Kelopak matanya ingin terangkat lebih lebar, namun ia tidak memiliki kemampuan untuk melakukan hal itu. Obat bius sudah bekerja, sehingga semakin lama, pandangannya semakin buram karena obat bius yang telah bekerja.
Hari ini dia akan melakukan transplantasi jantung karena pendonor yang ditetapkan untuknya tiba-tiba menjadi lebih kritis. Mengetahui kabar tersebut, dokter spesialis yang menangani Skara langsung memberitahukan Verana dan Wiro untuk bersiap siaga karena kemungkinan besar operasi Skara bisa dilakukan dalam waktu dekat.
Pendonor Skara adalah seorang wanita berusia 25 tahun yang mengalami cedera berat di kepalanya dan kebetulan dirawat di luar negeri, sehingga tanpa basa-basi Verana dan Wiro membawanya ke sini. Dia secara aktif menyetujui untuk mendonorkan organ tubuhnya saat mendengar mengenai kondisi remaja laki-laki itu.
Sebulan yang lalu kondisinya semakin membaik sehingga dokter memilih mencari alternative pendonor lain untuk Skara, karena syarat untuk mendonorkan jantung adalah pendonor tersebut harus telah meninggal. Tetapi semalam, pendonor tersebut mengalami masa-masa kritis dan di pagi hari dinyatakan meninggal karena mengalami stroke.
Di ambang kesadaran Skara, terbesit satu pertanyaan. Setelah operasi berhasil, apakah dia bisa menjalani hidup yang lebih baik?
***
Suara percikan air terdengar menggema dalam ruang kolam renang indoor, digabung music dari speaker di pinggir kolam. Air di kolam bergelombang seiring pergerakan sosok yang berada di dalamnya.
Dua laki-laki yang tengah beristirahat di kursi santai pinggir kolam meneguk minuman soda sambil menonton sosok yang tengah berenang dari ujung kolam ke ujung lainnya dengan lincah diselingi percakapan random.
"Zah, lo napa bisa dipanggil ke ruang BK lagi, ogeb?" tanya laki-laki dengan rambut berwarna coklat sambil melempar kaleng kosong bekas minumannya kepada sosok yang duduk tak jauh darinya berada.
"Alwin bangke!" Laki-laki berambut merah dengan sigap menangkap kaleng tersebut dan melemparkannya balik. "Gegara gue ketahuan mau bolos. Behahahaha...." tawanya menggelegar.
Alwin mendelik setelah berhasil menghindari kaleng. "Keren lo begitu? Gak setia amat jadi temen!"
"Iya, ya. Seharusnya gue ngajak lo biar dihukum bareng." Zahair mengangguk-angguk, seolah membenarkan perkataannya sendiri. "Ngapain susah-susah sendiri."
"Gak sudi gue." Alwin meringis jijik. Melihat sosok yang sejak tadi berenang kini menepi, dia mengabaikan Zahair dan melangkah mendekatinya. "Big Bos, gue punya dua kabar. Mau denger duluan yang baik apa buruk?"
Sosok yang dia panggil Big Bos tersebut mengusap wajahnya dari air. Tubuhnya masih berada di dalam kolam. Setelah melepaskan kacamata renangnya, dia melirik Alwin sekilas. "Kabar?"
"To the point, Win. Big Bos bosen denger bacotan lo," ujar Zahair santai dari tempatnya.
"Oke, oke." Alwin berdeham lalu melanjutkan dengan serius. "Gue dapet info kalau di kelas kita bakal ada anak pindahan!"
Sagara— yang mereka panggil sebagai Big Bos, menyandarkan satu lengannya di pinggir kolam, melepaskan swim cap-nya lalu menyugar rambutnya ke belakang. Wajahnya tidak terlihat penasaran dengan topik Alwin tersebut.
Namun Zahair berbeda dari Sagara. Mendengar perkataan Alwin, dia segera mengajukan pertanyaan. "Cowok atau cewek?"
"Cowok."
"Ck." Zahair memutar bola matanya sambil menggoyangkan kakinya. "Gak asik."
"Nah, denger dulu lanjutannya," ujar Alwin dengan sabar. Dalam hatinya, dia berharap mereka yang mendengarnya akan terkejut. "Gak cuma pindah ke kelas kita aja, tapi si anak baru juga bakal tinggal sekamar dengan kita!"
"HAH?!"
Kali ini bukan hanya Zahair yang tertarik, tetapi juga Sagara. Laki-laki itu keluar dari kolam renang, mendekati meja di samping Zahair dan mengambil handuk putih untuk menutupi tubuh shirtless-nya yang basah kuyup.
Alwin akhirnya puas melihat mereka tertarik dengan informasinya. "Kaget, kan, lo?"
"Tapi napa harus kamar kita? Kamar lain masih banyak loh." Zahair menggaruk kepalanya lalu melirik Sagara.
Sebenarnya mereka akan welcome terhadap siapa pun yang datang, tapi akar dari permasalahan ada pada Sagara. Laki-laki itu tidak suka orang asing tiba-tiba masuk ke dalam lingkungan pribadinya.
Sagara meneguk jus sambil menatap ponselnya. Mungkin merasakan tatapan dari kedua temannya, dia berkata acuh tak acuh, "Suruh dia pindah sewaktu dateng."
Tiba-tiba secara sekilas ingatan beberapa bulan lalu mengenai sosok berhoodie yang menyaksikan perkelahian mereka di belakang sekolah melintasi ingatan Sagara. Alisnya terangkat satu.
Waktu itu karena jarak yang cukup jauh dan kesiagaan sosok itu menyembunyikan wajah, Sagara tidak tahu bagaimana tampangnya. Dan jika benar sosok itu adalah anak pindahan yang Alwin maksud, Sagara yakin mereka tidak akan cocok bergaul, apalagi dengan kepribadian pengecut sosok itu.
Kenapa Sagara menilai sosok itu sebagai pengecut? Itu karena adalah hal umum jika seseorang yang melihat perkelahian di sekolah langsung melaporkannya kepada guru. Sosok itu juga tidak berani menunjukkan wajahnya, yang memberi Sagara kesan bahwa dia takut mencari masalah untuk dirinya sendiri.
"Tapi kita udah sering nolak orang yang diatur ke kamar kita, Big Bos. Emang gak papa?" tanya Zahair penasaran.
Sagara meliriknya sekilas. "Kita bayar uang sekolah, termasuk kamar asrama. Dalam hal ini, mereka gak bisa atur kita seenaknya."
Mendengar penjelasan singkat dari Big Bos mereka, Alwin dan Zahair saling berpandangan. Seketika rasa semangat mengetahui anak baru sirna karena ketidakpedulian Sagara. Mau itu anak baru atau anak SMA Lesmana, Sagara tidak akan membiarkan mereka berada dalam zona nyamannya.
***
"Woi, woiii! Hari ini saatnya kita melihat muka si anak baru!" Sejak pagi Alwin selalu mengumandangkan kata-kata seputar anak baru yang akan datang secara terus-menerus.
Zahair benar-benar berada di ambang batas kesabarannya. Dia melemparkan ponselnya ke atas kasur lalu melompat menyergap Alwin yang sangat berisik hingga menghancurkan konsentrasinya dalam bermain game. Lengannya mengapit leher Alwin erat hingga menyebabkan wajah Alwin berubah warna. Sigap, Alwin segera melawan untuk melepaskan diri sambil menggertakkan gigi.
"Zahair babi! Gue gak bisa napas, cok!" pekik Alwin sambil menjambak rambut pendek Zahair kuat.
"Gara-gara lo gue AFK, goblok!" Zahair senantiasa mengapit leher Alwin, hingga tanpa terasa keduanya kini sudah duduk di lantai sambil menjerat satu sama lain.
Saat mereka sedang sibuk-sibuknya bergelut, pintu kamar mereka tiba-tiba terbuka, menampilkan sosok cowok berwajah baby face muncul dengan sebuah koper besar di belakangnya.
Mereka bertiga saling bertatapan sejenak, dengan ekspresi yang berbeda.
"S-sorry salah kamar."
BRAK!
Pintu kembali tertutup dengan bantingan. Zahair dan Alwin saling melirik lalu ekspresi mereka menjadi heboh.
JADI ITU ANAK BARU YANG DIMAKSUD?!
TBC
June 09, 2023
Vote dan komen jangan dilupa~
KAMU SEDANG MEMBACA
SKARA : Why Me?
Teen Fiction"Gue dan Skaya kembar. Kembar harus merasakan hal yang sama, kan?" **** Skara Agnibrata, cowok yang terlahir dengan kondisi sindrom jantung kiri hipoplasia, membuat fisik dan kondisinya lemah tidak seperti anak-anak pada umumnya. Karena penyakitnya...