"Skara, Bunda gak mau kamu masuk sekolah ini." Verana tiba-tiba berubah pikiran saat menatap Skara yang akan memasuki ruang uji dengan cemas, apa lagi melihat wajah pucat sang putra.
Hari ini adalah hari di mana Skara akan melangsungkan tes yang diselenggarakan di SMA Lesmana. Sebelum berangkat, Skara sudah minum obatnya dengan patuh, makan sesuai yang diatur ahli gizi dan istirahat yang cukup. Tapi tetap saja wanita itu merasa resah melihat anaknya akan ada di dalam ruang ujian selama setengah hari.
Kening Skara mengerut. Dia menjilat bibirnya agar menjadi lembap sebelum membalas kalimat Verana. "Bunda mau kerja kerasku berhenti di sini?"
Dengan satu pertanyaan itu, Verana akhirnya menyerah membujuknya dan menatap punggungnya yang mulai memasuki ruangan. Langkah remaja berusia 16 tahun itu begitu tegas. Ini adalah hari yang ia tunggu-tunggu sejak lama. Sangat mustahil jika dia berhenti di tengah jalan.
Tes perpindahan yang dijalani Skara berlangsung selama tujuh jam, dari pukul 09.00 hingga 16.00 WIB. Sebagai sekolah ternama, tes yang Skara ikuti cukup banyak meliputi tes pengetahuan seperti Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika serta salah satu mata pelajaran dari jurusan yang ingin dimasuki, tes intelektual, tes VCAT dan kebinekaan hingga wawancara.
Begitu Skara keluar dari ruang ujian, Verana dan Wiro yang menunggunya di luar bergegas maju begitu melihat tubuhnya terhuyung.
Sebelum Skara kehilangan kesadaran, bibirnya tertekuk sambil berbisik, "Berhasil."
Kali ini Skara ingin menunjukkan kepada Skaya bahwa dia bisa mendapatkan sesuatu yang tidak bisa didapatkan kembarannya. Dan pencapaian ini membuat Skara puas, meski efek dari usahanya ini adalah kesehatannya sendiri.
***
Skaya berlari kecil memasuki rumah sakit setelah turun dari ojol dan bergegas menuju ruang sesuai isi pesan dari Verana. Napasnya memburu, bahkan seragam putih abu-abu masih melekat di tubuhnya.
Tadi pagi hingga sore dia masih berada di Surabaya, mengambil rapor dengan bahagia karena mendapatkan ranking tinggi di kelas dan berniat menunjukkannya kepada orang tuanya dengan berbangga hati. Namun sebelum dia sempat memberitahu kabar gembira tersebut, Verana sudah lebih dahulu memotong niatnya dan menyuruhnya bergegas pulang ke Jakarta dikarenakan kondisi Skara yang semakin memburuk hingga memasuki ruang ICU.
Pikiran Skaya seketika kosong dan ketika sadar, dia sudah memesan tiket pesawat dengan jadwal malam tanpa memperdulikan harganya yang dua kali lebih mahal dibanding sebelumnya. Saking kalutnya, dia bahkan tidak ada waktu untuk menyempatkan diri mengganti seragamnya dan buru-buru ke bandara kemudian berdiam diri di ruang tunggu dengan perasaan kacau.
Melihat Verana duduk di kursi depan ruang ICU, dengan perasaan campur aduk antara sedih dan bingung, Skaya mendekatinya dengan langkah lambat.
"Apa yang harus Bunda lakukan, Skay?" gumam Verana sambil menoleh sendu. Dia melirik Skaya sekilas lalu kembali menunduk. Melihat Skaya membuatnya teringat Skara, yang semakin meningkatkan rasa sedihnya. "Seharusnya Bunda gak izinin dia mengikuti tes ini. Lihat keadaannya sekarang, semakin memburuk!"
Skaya pun bingung harus bereaksi apa. Pada akhirnya dia duduk di samping Verana, mendengarkan gumaman-gumaman tak jelas dari wanita itu. Dia menundukkan kepala, menonton jari tangannya yang saling memilin. Dia sudah mendengar kabar bahwa sejak awal tahun, Skara telah belajar mati-matian untuk mengikuti tes sebuah sekolah umum yang tak lain adalah Lesmana High School.
Mendengar nama sekolah itu, diam-diam Skaya tidak bisa menahan rasa masam yang menyebar dalam hatinya. Sebelumnya dia telah membujuk kedua orang tuanya untuk memasuki sekolah tersebut, karena menurutnya akan terlihat menyenangkan tinggal di asrama sekolah bersama teman-temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SKARA : Why Me?
Teen Fiction"Gue dan Skaya kembar. Kembar harus merasakan hal yang sama, kan?" **** Skara Agnibrata, cowok yang terlahir dengan kondisi sindrom jantung kiri hipoplasia, membuat fisik dan kondisinya lemah tidak seperti anak-anak pada umumnya. Karena penyakitnya...