11. Tipu Muslihat Denada

2.1K 471 111
                                    

"Skara, gue bener-bener mau ajak lo jalan." Denada bersedekap dada, menatap Skara yang melakukan rutinitas monotonnya, membaca buku.

Skara mendongak, menatapnya dengan sudut bibir terangkat namun matanya tetap datar tanpa fluktuasi emosi. "Lo mau jalan rombongan sama keluarga gue?" tanyanya lemah.

"No. Cuma lo sama gue."

"Kalau begitu mustahil."

Denada mencebik. Skara sangat pasrah oleh keadaan, membuatnya gemas ingin memaksa laki-laki itu melawan aturan tak tertulis dari keluarga ini. Gadis itu tersenyum misterius tatkala tiba-tiba sebuah ide cemerlang melintasi benaknya dan berusaha membuat keuntungan.

"Cuma minta izin ke nyokap lo, kan? Kalau diizinin, lo janji keluar sama gue?"

Skara mengangguk asal, namun dalam hati meremehkan kemampuan gadis itu dalam mempersuasi seseorang. Dia bahkan masih belum mengetahui bagaimana Denada berhasil membujuk Verana untuk membiarkannya mendekati Skara dengan iming-iming sebagai teman.

Semua itu bermula saat Denada sengaja datang ke rumah kakaknya untuk memastikan bahwa Skara yang dia lihat di bus benar-benar tinggal di sekitar komplek perumahaan kakaknya.

Mungkin Dewi Fortuna sedang berada di pihaknya, dia malah bertemu dengan Verana yang juga familier. Benar saja, saat berbasa-basi, wanita itu membahas anaknya bernama Skara. Tanpa canggung Denada menceritakan dampak buruk saat seseorang tidak pernah bersosialisasi—yang mungkin berhasil membuat wanita paruh baya itu takut setengah mati—lalu menawarinya sering bermain ke rumahnya.

Denada tertawa, tahu maksud terselubung Verana dan dengan senang hati mengiyakan.

Jadi kali ini, Denada yakin bisa melakukan hal yang sama ke Verana. Rencana yang cukup licik. Tapi untuk Skara, Denada akan melakukan apapun.

"Ah, ya." Sebelum pergi mencari Verana, Denada berbalik menatap Skara dengan cengiran lebar. "Satu syarat lagi. Kalau gue berhasil, lo harus unblock gue dan save nomor gue ke hape lo."

Skara berpikir itu hal yang mudah dan mengangguk acuh tak acuh. Lagipula dia masih meremehkan rencana bodoh Denada.

Denada lega melihat janjinya dan segera pergi mencari Verana. Wanita itu ternyata sedang membersihkan halaman belakang dari dedaunan yang gugur agar Skara menggunakannya dengan nyaman.

"Tante," sapa Denada riang sembari membantu wanita itu memegang tempat sampah saat melihatnya ingin memasukkan dedaunan ke sana.

"Nada? Kenapa kamu di sini?" Verana menghentikan kegiataannya sesaat. "Apa Skara menolakmu lagi?" Dia merasa interaksi kedua anak itu baik-baik saja belakangan ini.

"Nggak, aku cuma mau temenin Tante aja kok. Gak masalah, kan?" tanya Denada tanpa beban sembari ikut menyapu dedaunan dengan sapu.

"Terserah kamu, sih." Verana menggeleng pasrah dan kembali bekerja.

"Tante, aku kan beberapa kali temenin Skara main golf di sini, keliatan banget kalau Skara itu ahli seperti pemain profesional." Denada berkata secara berlebihan, tapi itu berhasil menarik perhatian Verana dan membuatnya bangga.

"Tentu saja anak Tante sangat berbakat." Verana menegakkan punggungnya dengan senyum lebar. "Tidak hanya itu, nilai pengetahuannya juga sangat baik."

"Betul! Aku sempet liat transkrip nilai Skara A semua, Tante!" ucap Denada penuh antusiasme, sehingga Verana sebagai orang tua Skara merasa berbangga hati mendengarnya. "Sayangnya lingkungan Skara mengembangkan bakatnya kurang baik." Denada menghela kasar.

Kerutan mulai muncul di kening Verana. "Maksud kamu apa?"

"Ah, bukan apa-apa Tante." Denada gelagapan seolah salah bicara.

Verana melepaskan sapunya dan mendekati Denada cemas. "Jangan ragu. Kasih tau Tante."

Denada menggaruk pipinya dengan senyum canggung. "Um, itu, Tan. Sebenernya aku gak kepikiran ini sih. Awalnya lihat Skara punya lapangan golf sendiri kayak wah banget. Apa lagi sewaktu Skara main, bolanya masuk hole semua."

Verana mengangguk-angguk, tidak melihat masalah dalam kalimat Denada itu dan memintanya terus melanjutkan.

"Tapi setelah aku berkunjung di salah satu golf club, orang yang berlatih di sana bebas memukul jauh tanpa khawatir lewat pagar." Denada melirik Verana yang semakin mengerutkan kening dan segera menambahkan, "Aku langsung mikir kalau Skara bisa latihan di sana, bakatnya pasti bakal berkembang pesat."

"Begitu, kah?" tanya Verana ragu. "Di sana ramai?"

"Nggak ramai, Tan. Tempatnya itu eksklusif dan keamanannya terjamin. Aku denger-denger sih ada pelatihnya juga yang bakal dampingi, meski biaya yang dikeluarkan cukup banyak."

Verana tidak pernah mempermasalahkan uang selama itu berguna baik untuk Skara. "Apa Tante temenin Skara latihan di sana, ya?" gumamnya seakan tergiur dengan ucapan Denada.

Denada panik. Dengan segera memutar otaknya untuk mencari alternatif lain.

"Gak masalah sih, Tan. Yang penting Tante tahu cara mendaftarnya aja. Mudah kok tinggal...." Denada menjelaskan semua informasi yang dia ketahui, tak lupa melebih-lebihkan kesulitan dalam pendaftarannya yang berhasil membuat Verana berpikir panjang.

"Tante bingung, Nada."

"Sebenernya kalau Tante gak masalah, aku bisa temenin Skara latihan di sana." Denada menggigit bibirnya setelah mengatakan tujuan aslinya.

"Berapa lama latihannya?"

Gadis itu langsung mengangkat jarinya untuk menunjukkan waktu. "Tiga jam!" Tiga jam lebih dari cukup membawa Skara merasakan banyak hal yang telah Denada list dalam pikirannya.

Verana berpikir sejenak. "Tiga jam, gak begitu lama berada di luar," gumamnya setuju lalu bergegas masuk ke dalam rumah.

Melihat punggung wanita itu menghilang dibalik pintu, Denada langsung melompat-lompat girang karena berhasil membujuk wanita itu lalu lari mengejarnya. Dia melihat Verana kini duduk di hadapan Skara dan segera berdiri di belakang wanita itu.

"Skara, besok kamu dan Denada pergi latihan di golf club, oke?" tawar Verana lembut seolah membujuk agar Skara menerima usulannya.

Mata Skara sontak terangkat ke atas, menatap Denada yang kini tersenyum lebar sambil mengangkat dua jarinya, menunjukkan bahwa rencananya berhasil. Jarinya mengelus buku dalam genggamannya lembut, kepalanya tertunduk sejenak menyembunyikan riak matanya yang rumit sebelum mendongak sambil tersenyum simpul, seperti anak baik yang sangat berbakti.

"Oke."

TBC

February 01, 2023.

Vote +komennya jangab dilupa ges☺️👉🏻👈🏻

SKARA : Why Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang