"DENADA BANGSUL!" Seorang gadis berseragam pramuka yang berdiri di ambang pintu kelas dengan satu tangan memegang cup berisi pop ice coklat mendelik kesal. Dia berjalan tegas ke arah gadis lain yang tertidur nyenyak di atas mejanya sebelum menggebrak meja keras. "WOI DENADA!"
"Apa sih, ah! Gangguin orang mimpi indah aja." Denada mendengus sembari mengalihkan posisi wajahnya ke arah lain agar tidak berhadapan dengan posisi gadis itu berada.
"Molor mulu lo kerjaannya di sekolah! Liat tuh di papan mading udah ada pengumuman jadwal ujian," ujar gadis itu sembari duduk di kursi depan Denada lalu menowel-nowel iseng pipi Denada menggunakan jemarinya yang dingin terpapar minuman pop icenya.
Denada yang merasakan dinginnya jari sang teman langsung menampar tangannya sembari membuka mata kesal karena tidur siangnya terganggu. "Gangguin orang bobok mulu lo, Rin. Awas karma hubungan lo digangguin juga!"
"Dih, nyumpahin gue lo ya?!" Rina, teman Denada, memelototinya marah. "Lagian lo molor mulu di kelas. Ngapain aja sih di semalem?"
"Temenin ayang bergadang." Denada menguap malas sambil bertopang dagu, menatap temannya yang kini memiliki ekspresi shock di wajahnya dengan seringai tipis. Belakangan ini Denada baru tahu Skara suka begadang hingga tengah malam. Entah apa yang dilakukannya, Denada tidak tahu. Gagasan kuat yang terpatri di otaknya adalah Skara sedang belajar, belajar, dan belajar. Ya, pasti dia hanya melakukan hal membosankan itu. Sehingga dengan berbaik hati Denada merecokinya dengan berbagai cerita horor yang sangat cocok dijadikan kisah penghantar tidur—meski ujung-ujungnya Denada sendiri yang parno saat mematikan lampu ketika ingin tidur.
Tapi sepersekian detik kemudian temannya menggeleng keras sembari melipat tangannya di depan dada. "Mantan yang bikin lo gamon?"
Seringai di muka Denada membeku sejenak sebelum mengulurkan tangan untuk menabok Rina—untungnya ada meja yang membatasi gerakannya sehingga Rina bisa mundur menyelamatkan kepalanya dari tangan jahat Denada. "Sini gak lo?! Kata siapa gue gamon?"
Rina ragu-ragu sejenak sebelum menunjuk seorang laki-laki jangkung yang baru masuk. "Mantan lo!"
Mata Denada berkilat kejam, melompat bangun menuju laki-laki yang berlabel mantannya dan segera menerkamnya. "Woi bangsul, lo bikin gosip apa tentang gue?!"
Laki-laki itu kaget dengan serangannya sejenak sebelum berusaha mengamankan tangan Denada yang mencakarnya. Namun meski berhasil memegang erat tangan gadis itu, kini yang dia terima adalah tendangan maut di kakinya, membuatnya memekik kesakitan dan kehilangan kekuatan untuk menahan serangan Denada lainnya. "Berhenti, Nada! Sakit!"
"Jawab!"
"Gue gak bikin gosip apa-apa!" Laki-laki itu berusaha lari, namun kerahnya kini dicengkram kuat sama Denada sehingga dia mau tak mau harus menghadapi tatapan maut Denada. "Ini nih, Nad, yang bikin cowok-cowok gak betah sama lo. KASAR!"
Denada semakin mengeratkan cengkramannya di kerah laki-laki itu. "Gue kasar, emang kenapa? Lo aja jadi cowok lemah. Gak becus!" katanya sengit sambil mendorong laki-laki itu mundur. Dia mendengus keras sembari kembali ke kursinya, tanpa memerdulikan banyaknya mata-mata kepo di kelas yang memandangnya dengan laki-laki itu.
Denada kesal, ini sebabnya dia malas bergaul dengan teman-teman sekolahnya. Setiap dia hang out dengan seseorang, laki-laki yang berstatus mantannya itu selalu ikut dengan berbagai alasan. Entah itu bertemu secara kebetulan, telah membuat janji dengan temannya, atau bergabung tanpa diundang saat mereka membuat kesepakatan hang out. Denada merasa teman-teman di sekolahnya sengaja mendekatkannya dengan sang mantan. Bukan Denada namanya kalau dia tidak mengerti maksud mereka semua. Dia sangat peka, sampai-sampai merasa muak dengan semua skenario ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
SKARA : Why Me?
Roman pour Adolescents"Gue dan Skaya kembar. Kembar harus merasakan hal yang sama, kan?" **** Skara Agnibrata, cowok yang terlahir dengan kondisi sindrom jantung kiri hipoplasia, membuat fisik dan kondisinya lemah tidak seperti anak-anak pada umumnya. Karena penyakitnya...