31. SIAP JALAN-JALAN

523 60 0
                                    

Hai again! Karena udah memenuhi S&K, aku bakalan up lagi yaw. Ingat-ingat, ya, aku bakalan up kalau mata dah mencapai 500 dan komen mencapai 20.

Bagi yang enggak sabar buat baca di sini, kalian bisa baca di Goodnovel atau Dreame, ya. Di sana dah tamat. Kalau di Goodnovel judulnya jadi "Jadi Istri Duda? Boleh Juga."

***
Hari Ahad. Hari libur seperti ini seharusnya menjadi hari yang menyenangkan untuk para murid dan pekerja kantoran. Mereka bisa menghabiskan waktu untuk melakukan apa yang mereka mau dengan sepuasnya. Namun, berbeda lagi ceritanya dengan hari Ahad Jevano yang sangat membosankan dan sepi di rumah kali ini. Ya, setidaknya itu yang membuatnya malas sekali untuk beranjak dari kasur. Setelah bangun pagi dan menyapu rumah, dia kembali ke kamar untuk membersihkan diri dan terlentang lebar di atas ranjang seperti bintang laut di lautan.

Ketukan di pintu kamar Jevano terdengar jelas. "Jev, kamu enggak makan?" tanya sebuah suara dari balik pintu yang langsung mengundang dengkusan pemuda lima belas tahun itu.

"Ayah masak apa?" tanya Jevano balik. Dia malas sekali mau membuka pintu. Tapi, tak urung juga dia bergerak untuk menghadap ayahnya. Rasanya tidak pantas kalau bercakap tanpa berhadapan langsung. Apalagi yang berbicara adalah orang tuanya. "Maaf. Ayah masak apa?" ulangnya lagi setelah membuka pintu dengan pelan dan menyandarkan badan dan sisi wajahnya di benda itu. Bibir bawahnya sedikit mencuat.

Jamal yang berdiri di hadapan anaknya pun bersendekap tegas. Dia menatap si bocah yang menyambutnya tanpa minat itu. Helaan napas beratnya sudah cukup mewakili bagaimana dia jengah dengan kelakuan buntutnya sendiri itu. "Mau makan apa enggak?"

Jevano yang tadinya agak menunduk, mengangkat pandangannya hingga kornea matanya seakan melirik ke atas. "Ayah yang masak?"

"Terus siapa?"

Jevano mendengkus lagi. "Kali aja Bi Tika ke sini. Kangen masakannya."

"Oh, kangen masakannya Bi Tika. Ayah bisa minta tolong Nenek. Mau masakan Bi Tika yang apa?" Jamal mengikuti saja apa yang dikatakan anaknya meskipun dia tahu bahwa Jevano hanya sedang mengalihkan.

"Enggak usah, Ayah. Keburu laper." Jevano menegapkan cara berdirinya. Dia membuka pintu lebih lebar.

"Sini." Jamal membuka dan melambaikan tangannya untuk mengajak Jevano berjalan bersama. Dia merangkul pundak anaknya. "Kamu lagi punya masalah? Kamu tahu, kan, kalau di sini ada Ayah? Ayah juga lagi enggak sibuk sekarang. Bisa cerita?"

Jevano hanya diam. Pertanyaan itu seperti de javu dalam kepalanya. Biasanya, yang mengatakan seperti itu di hari Ahad adalah bundanya. Baiklah, sang ayah memang dari dulu sangat peduli dengan dirinya dan selalu bertanya demikian. Tapi, entah kenapa, yang muncul di kepalanya sekarang adalah pertanyaan dan suara dari sang bunda. Bagaimana tidak, hampir setiap makan malam dia ditanya seperti itu. Bahkan di akhir pekan saat dia dengan tentram bermain game di gawainya, sang bunda akan datang, duduk di sampingnya dengan pertanyaan yang sama.

"Sekolah kamu gimana, Jev? Baik, kan? Kalau kamu punya masalah atau sesuatu yang kamu inginkan, bilang aja ke Bunda. Gak papa. Kamu tahu, kan, kalau di sini ada Bunda. Bunda akan selalu ada waktu buat kamu. Jadi, mau cerita?" cecaran kalimat sebanyak itu biasa keluar dari bibir bundanya, membuat telinganya bosan. Anehnya, dia bisa hafal dengan detail. Yang lebih aneh lagi adalah ... kenapa dia malah merasa kurang saat tidak mendengar kalimat-kalimat itu lagi sekarang. Ah, tidak, sudah dua hari dia tidak mendapatkan ocehan itu. Padahal meski membosankan, menurutnya itu cukup merdu.

Akhirnya Jevano menggeleng lemah sambil terus menyamakan ritme langkah di samping sang ayah. "Aku baik-baik aja, kok. Sekolah lancar dan keknya gitu-gitu aja."

Jamal menggumam, mengerti apa yang dikatakan anaknya. "Kalau suntuk, katanya kemarin mau jalan-jalan. Ayo."

Pundak pemuda itu langsung tegap. Dia mengangkat pandangannya, sedikit mendongak agar bisa melihat sang ayah. "Beneran? Kita bakalan jalan-jalan?"

Jadi Istri DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang