12. Perkelahian Saudara 🦇

3.6K 482 13
                                    

Happy Reading 

Happy Reading 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

• • •









"Jino sialan! Jaan dan Shion sedang beradu senjata! Sedangkan kau ada di sini?!!!"

Jino dan Alana yang sedang terdiam seketika menghadapkan pandangannya pada sosok yang baru saja datang sudah marah-marah seperti seorang gadis yang baru saja datang bulan.

"Tutup mulut mu tuan muda, jika aku tidak membawa Alana ke tempat ini mungkin kau sudah tidak bisa menyicipi darahnya" Ujar Jino ketus dan membuat sosok di hadapannya menghela nafas jengah.

Solon, pria itu hanya bisa memandang remeh Alana, entah mengapa sejak kedatangan gadis itu aura dirinya lebih mencekam di bandingkan hari-hari sebelumnya, jujur saja Jino merasakan hal itu.

Sedangkan Alana sendiri hanya bisa menundukan kepalanya karna di tatap seperti itu oleh Solon. Ck... Pria so jual mahal, padahal dia akan butuh darah gadis itu, Alana berjanji tidak akan memberikan darahnya pada pria itu sebelum si empu menangis darah sambil bersujud di hadapannya.

"Singkirkan tatapan konyol mu itu Solon" ucap Jino yang hanya di balas oleh decihan dari pria es itu.

"Sudahlah, jangan menjadi menyebalkan, bantu aku urus kedua makhluk bodoh yang sedang berkelahi itu"

Setelah mengatakan hal tersebut Solon keluar dari ruangan menggunakan pintu, tidak berteleportasi kan diri, mungkin tenaga dia sudah mengurang saat memisahkan kedua saudaranya yang sedang berkelahi seperti orang konyol itu.

~•🦇•~

"Apa yang kalian lakukan bodoh?!"

Heli sudah tidak habis fikir dengan keduanya, ternyata Jaan yang akan menolong gadis itu malah tersulut emosi oleh Shion, jelas saja karna Jaan memiliki emosi setipis helaian rambut bayi.

"Teruskan perkelahian kalian, jika salah satu di antara kalian ada yang mati akan ku kabari ayah agar menyiapkan peti" Ucap Noa yang sudah lelah dan pasrah di ujung ruangan karna pria itu baru saja terpental setelah di hantam Shion.

"Cih.. Pernyataan konyol apa itu" Jino datang dan langsung mendesis tidak setuju dengan ucapan si bungsu, karna jika ayahnya tau... Bukan hanya salah satu di antara mereka yang di hukum, tapi dia juga salah satu pangeran tertua akan terseret oleh keadaan yang menyebalkan seperti sekarang.

"Perut ku sakit sialan, kau hanya kebagian hadiahnya dengan membawa gadis itu pergi, sungguh tidak adil" Ucap Noa menggerutu pada Jino.

"Bukan aku yang tidak adil, tapi kau yang tidak punya otak, aku menyuruh kau memisahkan kedua makhluk bodoh itu, bukan mengguyoni mereka dengan membawa-bawa ayah" Jelas Jino serinci mungkin.

Karna memang sudah jelas, andaikan Noa tadi langsung memisahkan keduanya, mungkin Shion dan Jaan akan berhenti karna Noa nyatanya adalah anggota yang paling kuat dalam sisi fisik.

Tapi karna makhluk itu malah mengolok-olok saudaranya dengan membawa nama ayah, mereka malah tambah emosi dan berujung menghantam anak itu, sangat miris.

Shion dan Jaan hanya bisa diam dan saling memberikan tatapan tajam, mereka kini ibarat musuh bebuyutan, padahal mereka bisa di katakan yang paling memiliki hubungan kuat.

"Huh... Hentikan perkelahian konyol ini, aku mendapat telepati dari bunda Raterin malam ini kita harus ke istana utama untuk menghadiri makan malam dengan para putri" Ujar Solon dengan nada yang seakan malas menyampaikan hal tersebut.

"Aku tidak ikut" Ucap Jakah to the point.

"Aku juga ah, tidak ikut" dan di ikuti oleh si anak bungsu yang memasang wajah malas.

"Aku juga sepertinya tidak, telinga ku seperti ingin hilang pendengaran nya jika dekat dengan para putri itu" Ujar Jino sembari mengorek telinganya seakan membayangkan hal yang sangat berisik mendatanginya.

"Mau tidak mau kalian harus datang jika tidak mau mati di waktu yang bersamaan" Heli sudah malas untuk banyak berbicara dan bergerak lagi, rasanya ia butuh asupan.

Heli pergi dari ruangan sebelumnya dan menuju lantai atas untuk menuju kamarnya, tidak berteleportasi.. Ia hanya berjalan santai saja, lagian kamarnya hanya satu lantai dari ruang milik Shion.

Cklek!

Saat Heli membuka pintu kamarnya, hal yang paling pertama ia lihat adalah lukisan abstrak yang memiliki bentuk samar seperti wajah seorang gadis, sangat mustahil ada yang peka bahwa itu lukisan berwajah seseorang, mereka hanya akan menganggapnya lukisan yang tidak memiliki harga jual yang tinggi, dan tentunya bagi sesosok Heli... Lukisan itu adalah nyawanya yang selama ini ia pertahankan untuk tidak di sentuh sembarangan oleh siapapun, tanpa terkecuali, selain dirinya dan... Seseorang yang akan datang nanti, ah tidak.. Tapi dari kemarin.

"Sudah lama aku menunggu mu, tidak ku sangka ini sudah beratus-ratus tahun, dan kamu kembali lagi pada ku sebagai....






Mangsaku Elena?"









  The Vampire Castile 
Enhypen

Vote + Komennya Juseyoooo~

The Vampire Castille | Enhypen [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang