07. Mengobati 🦇

4.3K 532 14
                                    

Happy Reading 

Happy Reading 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

• • •







Alana kini tengah terdiam memandangi kedua makhluk yang sudah di baringkan di kasur mereka masing-masing.

Setelah kejadian tadi, Alana benar-benar di titah untuk mengurus keduanya. Ia ada di kamar pangeran Jakah dan Noa, kebetulan keduanya ternyata sekamar dan memiliki kasur yang berbeda, jadi Alana tidak perlu mondar-mandir untuk ke kamar pangeran Jaan dan Jakah yang jaraknya lumayan jauh.

"Aku harus bagaimana sekarang?"

Gumam Alana jengah, ia tidak faham dengan makhluk seperti mereka, ia tidak tahu harus berbuat apa dan harus mengurus mereka bagaimana.

Tanpa Alana sadari pangeran Jino kini tengah memandangi nya di langit-langit kamar, ia menggantung kan tubuhnya seperti kelelawar, mungkin jika Alana menyadarinya ia akan berteriak histeris dengan pemandangan seperti itu.

Bruk!


Jino mendaratkan kakinya di lantai dan itu sukses membuat Alana sedikit terpenjat. Gadis itu menatap heran Jino, mengapa pria itu bisa ada di kamar ini? Dan kapan ia datang? Mengapa tidak ada kebulan asap?

"Aku tidak menyangka jika kami akan mendapatkan mangsa yang ceroboh dan bodoh seperti mu" Ucap pria itu begitu menusuk, sedangkan Alana yang mendengarnya hanya membuang pandangan, ia sangat tidak suka dirinya di katai bodoh.

"Kau hanya perlu merobek sedikit kulit mu, lalu teteskan darah mu ke gelas, dan sehabis itu berikan kepada mereka" Walaupun Jino terkesan sedikit ketus kepada Alana beberapa waktu belakangan ini, pria itu tetap membantu Alana memberi jalan keluar agar gadis itu terbiasa dan tau apa yang harus ia lakukan ketika keadaan sedang seperti sekarang.

Alana tertohok dengan kata-kata 'merobek sedikit kulit mu', apa dia gila?! Alana datang dengan keadaan mengenaskan tanpa sengaja saja sudah sangat menyakitkan, apalgi dengan dirinya yang mesti menyakiti diri sendiri? Oh oh oh... Tidak, dia masih waras.

"Tidak ada cara lain?" Tanya Alana pada Jino, pria itu mengangguk dan memberikan jawaban yang membuat Alana semakin merasa terpuruk.

"Ya, mereka meminum darah mu langsung dari sumbernya, leher mu"

Alana menggelengkan kepalanya, ia masih trauma dengan apa yang di lakukan Jaan, Jakah dan Heli, lalu kini dirinya musti melakukan hal serupa? Tentu dia tidak mau!

"Yasudah tinggal robek sedikit saja area kulit mu, ingin ku bantu?" Tawar Jino pada gadis itu.

"Apa menyakitkan jika kau membantu ku?"

"Tentu sakit, namun tidak akan semenyakitkan dirimu yang menyakitinya sendiri" Jawabnya pada gadis tersebut.

Alana hanya mengangguk, ia tidak tau harus merespon seperti apa lagi. Berbeda dengan Jino yang mengartikan anggukan itu sebagai persetujuan bahwa Alana mau di bantu untuk merobek kulitnya.

The Vampire Castille | Enhypen [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang