Sekarang d-1 dan besok puncak acara yang di tunggu murid murid.Jerih payah mereka sudah terbayar akan hari esok, tapi besok pasti akan lebih lelah.
Sembari memulihkan tenaganya Tian memberi intruksi kepada anggota nya untuk berkumpul sebentar sebelum mereka pulang.
" Maaf ya gue sita waktu nya sebentar, sebelumnya gue mau ucapin makasih banget sama kalian yang udah dari awal sampe akhir ikut berpartisipasi, udah ikut bantu bantu, makasih banget dan projek kemaren ga bakal gue ubah lagi dan gue mohon besok, jalanin sesuai rencana ya jangan ada yang melenceng " Tian melihat ada 1 sosok mata yang sedari tadi menatap nya tak suka dan segera mengacungkan lengannya.
Tian mempersilahkan wanita itu untuk berbicara.
" Projek yg lo buat menurut gue masih makan waktu banyak, coba bayangin 12 orang itu kalo ntar ada yang telat, ada yang salah, gimana? Makin ngulur waktu kenapa ga dari kelas 10, 1 orang, kelas 11, 1 orang, kelas 12, 1 orang jadi acara tanya jawab atau Q&A sama dorprise nya makin panjang " Tian mengernyitkan tak setuju, bagaimana mungkin dia merombak kembali rencana semuanya, dan sangat tidak kondusif karena besok adalah acaranya.
" Gila lo? Besok puncak acara nya, dan lo pengen ngubah rencana semuanya? Otak Lo di simpen dimana sih ketua devisi, kenapa pas gue usulin rencana itu kenapa ga lo komen? Hah, lo mikir ga secape apa yang lain, dan lo seenak jidat nyuruh ganti rencana maksud lo apaan melisa " Tian mengepalkan tangannya agar emosi nya lebih stabil.
Jerry yang ada di belakang nya, mengusap lembut bahu itu agar lebih tenang dan rilex.
" Ko lo kaya ga terima banget gue koreksi, kan kata lo ketua osis, kalo ada apa apa omongin aja, udah gue omongin kenapa Lo sewot " Melisa mulai terpancing emosi dan mulai berdiri melawan Tian untuk bertanding debat.
" Ya jelas lah gue ga terima, kalo lo mau koreksi kenapa ga dari jauh jauh hari aja, lo mikir pake otak " adu mulut mereka semakin panjang dan panas sampai Melisa keluar dari ruangan itu dengan amarah yang bergejolak.
Yang ada di ruangan itu ikut menegang dan takut jika akan terus berlanjut sampai besok.
Jerry menyuruh mereka untuk segera pulang, agar tak kemalaman pulang nya.
Mulai fokus kepada kekasih nya yang sedang mengatur nafasnya yang berat dengan emosi yang akan sedikit lagi membludak.
" Sttt " Jerry mengelus lembut kepala itu dengan sayang, dia merengkuh pelan tubuh ringkih itu.
Membawa kedalam kehangatan yang sebenarnya dia butuhkan untuk menangkan pikiran.
Yang di rengkuh hanya pasrah dan semakin mengeratkan pelukannya, pikirannya terlalu ribut untuk di debatkan.
Rasanya ia ingin menangis sehebat hebat nya di pelukan itu, tapi dia harus tau kondisinya dahulu.
" Gue capek, gue ga kuat, kenapa dia harus bertingkah sih " usapan itu turun, dagu itu sedikit di angkat untuk berhadapan dengan nya.
" Luka tadi masih sakit? " tangan itu mengusap lembut pipi sedikit berisi sang kekasih, meresapi betapa lembutnya permukaan kulit pipi sang kekasih.
Menatap dengan dalam bola mata itu, bulu mata yang lentik really beautiful eyes.
Sang kekasih menampilkan luka di tangannya sedikit besar luka itu, tetapi darahnya sudah berhenti mengalir.
" Ko belum di obatin? Sini aku obatin kamu duduk dulu ya " di kecup sekilas kening itu mengisyaratkan untuk menunggu sejenak.
Tian memperhatikan gerak gerik sang pangeran, boleh kah dia memuji pangeran itu? Sungguh dia sangat terpesona gelagatnya, sikap nya, tutur bicaranya, semua yang ada di diri pangeran itu dia suka.
Jika dia di beri pertanyaan 'mengapa kamu sangat tertarik padanya?' cukup simple dia hanya perlu menjawab 'karena hanya dia yang sanggup dengan sikap saya'.
Siapa yang tahan dengan sikap kasar, egois, ego tinggi, dan tidak mau kalah sesama siapapun?, Jawabannya yang pasti adalah Jerry talaman.
Lelaki tampan, siapa saja yang melihatnya pasti terpikat dan saat tau bahwa lelaki tampan itu terpikat pada sosok dambaannya, mereka pasti akan menjawab 'pasti cantik, anggun, kalem' 'kalo cowok sih pasti nya yang kaya Ambara, kalem gitu tambah anggun ga pernah lagi ngomong pedes' dan bla bla bla, pemikiran mereka masih sangat sempit, tanpa terduga bahwa yang di cintai sosok lelaki tampan itu adalah Tian latarum, ketua osis yang jauh dari kata ramah, garang, dan tak pandang bulu jika ada yang ingin berselisih dengannya, siapapun akan dia lawan.
Tapi prinsip Jerry tetap sama, dia hanya mencintai kekasih nya tanpa mendengarkan ocehan tak penting dari orang orang.
Sampai ada yang mengatakan, 'Tian ga cocok jadi pasangan ka Jerry' demi apapun hati nya sangat sakit, sang kekasih di bicarakan seperti itu, rasanya dia ingin memelintir leher orang itu sampai putus.
Apapun halang rintangannya akan dia terobos.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
SENANDIKA (ON GOING)
Teen FictionJika harus memilih antara 2 pilihan, kita hanya akan bisa memilih salah satu saja. Jika kita memilih yang ke 2 maka tidak akan tahu isi yang ke 1 itu apa, dan jika kita memilih yang ke 1 kita tidak tahu isi yang ke 2 itu apa. Menurut saya, saya akan...