Hari-hari dilalui Elisa dan Justin seperti biasa. Tiada hari tanpa Justin memberikan harapan yang semakin lama terasa semakin besar bagi Elisa. Terkadang karena terlalu besarnya harapan itu, Elisa menjadi berpikir negatif pada Justin.
Pernah sekali Elisa berkata seperti ini pada Rena, 'Apa jangan-jangan Justin tau gue suka sama dia? Jadi dia sengaja baperin gue terus ngode biar gue berhenti suka sama dia'.
Hal itu berhasil membuat Rena hampir melayangkan pukulannya pada Elisa.
"Udah, El. Stop overthink sebelum gue beneran cubit dimple lo itu sampe bolong terus gigi lo keliatan kemana-mana," cicit Rena yang jengah.
"Ihh serem." Bukannya takut, Elisa justru tertawa mendengar ancaman Rena.
Keduanya lalu kembali mengobrol dengan dibumbui lelucon bahkan pertengkaran-pertengkaran kecil didalamnya hingga tiga orang menghampiri ketiganya, dua siswa dan seorang siswi yang memimpin jalan.
Saat ini mereka sedang berada di kantin, dan siswi yang mendatangi mereka itu adalah Winona. Salah satu teman dari SMP yang saat ini berada di kelas yang berbeda dengan Elisa.
Ah, satu lagi. Winona ini adalah pacar dari Ares. Dan ya, dua orang yang membuntuti Winona adalah Ares dan Justin.
Winona meletakkan tiga mangkuk di depan Rena dan Elisa yang duduk secara berhadapan. Ia kemudian mengambil posisi disamping Rena, sedangkan Justin dan Ares berada di satu bangku yang sama dengan Elisa.
"El, sumpah sorry banget ya? Kang Yamin tadi bilang kelupaan terus tiga-tiganya dikasih sambel deh," tutur Winona.
Mendengar hal itu membuat Elisa cukup gelisah, ia memang bukan pecinta makanan pedas seperti Winona, namun ia juga tak mau membuat Winona semakin merasa bersalah.
"Gapapa kok, gue akhir-akhir ini juga lagi membiasakan diri sama makanan pedes," balas Elisa dengan meraih semangkuk baksonya.
Belum sempat diicipi oleh Elisa, Justin segera memutar dua mangkuk—milik Elisa dan miliknya—membuat semua orang bertanya-tanya.
"Biar gue makan yang ada sambelnya," ujar Justin.
Elisa masih tak paham. Memang apa bedanya antara mangkuk dia dan mangkuk Justin? Toh, Justin sama-sama pecinta pedas seperti Winona.
"Gue tadi liat Kang Yamin naro sambel ke mangkuk pesenan Winona. Jadi gue pesen yang gak pedes aja biar lo bisa makan," jelas Justin yang diakhiri dengan senyum tulusnya.
Lihat.
Bahkan didepan Rena serta Winona dan Ares pun Justin masih melakukan aksinya. Bagaimana ia bisa terlihat lebih romantis dari Ares yang bahkan hanya menikmati baksonya tanpa berbicara apapun pada Winona?
"Serius?"
Justin menganggukkan kepalanya dengan yakin. Ia lalu menunjuk kuah pada mangkuk miliknya—yang sekarang sudah diberikan pada Elisa. Memang kuahnya terlihat lebih merah karena didominasi saus.
Sedangkan kuah pada bakso yang sudah diicip Justin terlihat lebih oren karena memang pengaruh warna sambal.
"Dari kuahnya aja udah keliatan, El. Gih, makan!"
Seperti tidak ada hal spesial yang terjadi, Justin lantas melanjutkan aksi makanya tanpa menyadari bahwa Winona, Elisa, dan Rena sudah saling melempar pandang.
"Makasih, Justin."
Saat dirasa Justin terlalu sibuk dengan baksonya, Elisa merasa memang sudah saatnya ia menyantap bakso dihadapannya sebelum bel benar-benar berbunyi.
Kelima siswa-siswi itu menikmati bakso masing-masing dengan hikmat.
Satu menit setelah Elisa mengucapkan rasa terimakasihnya pada Justin, tak ada satupun diantara Rena, Winona, bahkan Ares yang menyadari bahwa Justin membalasnya dengan sebuah 'puk-puk' di pucuk kepala gadis itu.
•••
Nice!
aku yang nulis, aku yang baper 😔
KAMU SEDANG MEMBACA
You Belong With Me [✓]
Fanfiction[LOVEPEDIA THE SERIES - 01] Bagi Elisa, Justin itu cinta pertama sekaligus patah hati terbesarnya. Lebih bodoh lagi karena ia tidak bisa menghapus perasaannya.