Pintu kamar berwarna biru pucat itu ditutup dengan sebelah kaki oleh pemiliknya. Sebelah tangannya merangkul buku dan sebelah tangannya lagi membawa sebuah helm.
Ia letakkan helm hitam itu di sebelah meja belajarnya. "Aneh, kalo helm lo di sini berarti lo gak bakal bisa ngajak Jessica pulang bareng, Ju."
Tenang-tenang. Tidak ada sosok Justin di sana. Elisa hanya berbicara dengan helm pemberian Justin.
Gadis itu lalu meletakkan buku dan tasnya, melepas sepatu dan kaus kakinya, lalu berbaring di kasur.
Tidak biasanya Elisa seperti ini. Setiap pulang sekolah ia akan men-charger ponsel, pergi mandi, lalu baru rebahan seperti sekarang ini.
Pikirannya benar-benar berkecamuk. Untung saja kedua orang tuanya tengah bekerja dan pulang setiap jam makan malam sehingga tidak ada siapapun yang akan memarahinya.
Kepalanya kembali memutar adegan saat ia dibonceng Justin dengan vespa kuning andalan lelaki itu.
Kalau kalian mengharapkan adegan seperti Elisa tidak sengaja memeluk perut Justin atau Justin mengelus tangan Elisa yang melingkar di perutnya, kalian salah besar.
Ingat. Mereka hanya teman. (Bagi Justin).
Nyatanya, keduanya hanya saling bertukar cerita mengenai apa saja yang mereka lalui hari ini. Dan tentu tak melupakan topik mengenai Jessica sang pujaan hati Justin.
Justin tadi mengatakan bahwa ia terlalu gugup hingga bingung harus berperilaku seperti apa pada Jessica. Padahal ini bukan kali pertamanya menyukai seorang perempuan.
Elisa tersenyum miris mengingatnya. Bagaimana senyum Justin yang terlihat mengembang di balik kaca spion yang Elisa pandangi tadi.
Kalau diingat, ini adalah kali keempat Justin menyukai seseorang. Tentu Elisa hitung saat ia sudah mengenal Justin, ia cukup yakin bahwa sebelum mengenalnya pun Justin sudah memiliki banyak gadis pujaan.
Tiga gadis sebelumnya tidak pernah berakhir menjadi kekasih Justin. Maka, Elisa pun berharap untuk kali ini setidaknya juga berakhir sama seperti sebelumnya.
Ponselnya bergetar. Elisa dapat merasakan itu.
Diraihnya ponsel dengan case bening yang memperlihatkan polaroid di belakang ponsel.
Ada WhatsApp dari Justin dan grup kelas yang sibuk membicarakan acara nongkrong nanti malam di salah satu cafe yang cukup hits di kalangan anak muda seumurannya.
Elisa terhitung baru dua kali menanggapi obrolan di grup kelas. Ia kemudian beralih pada ruang obrolannya dan Justin.
Justin
|El, ikut gak?
Yang di grup?|
|yoi
Nggak deh, rumah gk ada yg jaga|
|rumah ga ada yang jaga
|atau lo nya aja yang males joinLo kan bisa dateng sama Ares|
atau bahkan sama Jessica?||kok tiba tiba ke Jessica?
Kan lo suka sama dia|
|lo cemburu ya?
Itu lo tau! tapi kenapa masih|
pura-pura bodoh, Justin?|
[unsend]|apaan, El?
|kok di unsend?Typo|
Tuh kan, Justin memang sangat tidak peka. Ah atau mungkin memang Justinnya saja yang tidak mau tahu akan perasaannya.
Lagipula, teman-teman mereka seperti Winona, Rena, bahkan Ares pun tahu bahwa Elisa menyimpan perasaan lebih pada Justin.
Elisa memutuskan untuk beralih pada aplikasi spotify yang tidak pernah lepas dari kesehariannya.
Gadis itu menggulir daftar dari playlist liked song. Ia baru menyadari bahwa lagu yang ia sukai, didominasi oleh lagu-lagu dari negeri gingseng.
Tuh kan, sekarang Elisa kembali teringat bagaimana Justin dengan riangnya berkata, "Lo tau gak, El? Ternyata Jessica juga suka Chase Atlantic anjir! Gue ngerasa makin punya banyak kesempatan aja."
Chase Atlantic ya? Elisa bahkan hanya hapal satu lagunya saja.
Ia sudah pernah mencoba mendengarkan semua lagu milik Chase Atlantic yang sangat disukai Justin. Lagu-lagu itu bagus, tapi tidak masuk di telinga Elisa.
Ketika kembali ke home, saat itu muncul playlist dari Spotify dengan judul 'You might like it' dengan lagu berjudul You Belong With Me berada di barisan teratas.
Aneh.
Elisa sudah menyukai lagu itu. Bahkan ia menjuluki lagu itu sebagai national anthem-nya. Ditekannya tombol play yang berada di tengah layar bagian bawah, lalu ia matikan layarnya.
Senandung kecil mulai terdengar dari mulutnya hingga sampai di lirik 'that what you're looking for has been here the whole time'.
"Ini mah bukan lagu, tapi kisah nyata gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
You Belong With Me [✓]
Fanfiction[LOVEPEDIA THE SERIES - 01] Bagi Elisa, Justin itu cinta pertama sekaligus patah hati terbesarnya. Lebih bodoh lagi karena ia tidak bisa menghapus perasaannya.