Prolog; The First Love and The Heartbreak

470 49 0
                                    

Sebuah jam dinding berbentuk apel berwarna hijau kekuningan itu menunjuk pada angka delapan. Disampingnya, terdapat kalender yang didominasi angka tiga puluh dan tulisan 'Desember' di bawahnya.

30 Desember 2022. Pukul 20:09.

Di ruang tengah sebuah rumah dengan papan bertuliskan 'KOS PUTRI' didepannya itu terdapat enam gadis yang tengah duduk melingkari botol kosong berlabel cleo.

"Puter lagi, Je, puter lagi!"

Yang dipanggil 'Je' segera memutar botol itu hingga putarannya berhenti dan ujung botol menunjuk pada sosok gadis bersurai hitam sepunggung dengan dimple melekat di pipinya.

"ELISA," teriak yang lain bersamaan.

Pemilik nama Elisa hanya bisa merutuki kebodohannya karena ia mau-mau saja diajak bermain Truth or Dare—namun sepertinya sudah berubah sistem menjadi Truth or Truth—bersama para tukang gibah ini.

Dapat dipastikan, setelah ini ia akan mendapat pertanyaan-pertanyaan yang selama ini ia hindari.

"Gue mau nanya, gue mau nanya," serobot salah satu gadis yang duduk berhadapan dengan Elisa.

Kedua teman disisi gadis itu hanya mengaduh pelan. "Lu bisa kalem dikit gak, Be?"

Namun menghiraukan protesan temannya, Bea segera melontarkan pertanyaannya. "El, jujur ya ...."

Mendengar Bea menjeda ucapannya justru membuat Elisa semakin gugup.

"Elisa, siapa pirs lope mu?" tanya Bea dengan nada yang sama seperti sebuah video yang sempat viral di internet beberapa tahun lalu.

Tuh kan. Elisa sudah menduga hal ini. Melihat teman-temannya yang sudah diam setelah insiden 'pirs lope' nya Bea tadi, kini semua orang menaruh atensi pada Elisa.

"Justin," jawab Elisa sesingkat mungkin.

"Bieber?"

"Timberlake," balas lagi oleh Elisa, kali ini disusul ia berdiri dan berpamitan pada lima gadis perusuh itu.

Lalu, tanpa mendengar respon dari teman satu kosnya lagi, Elisa segera menutup pintu kamarnya. Atensinya segera beralih saat ia menemukan Hani—teman sekamarnya— tengah melakukan rutinitas malamnya.

"Lah? Udah kelar main ToD nya?" tanya gadis itu sambil mengoles krim malam pada wajahnya.

Elisa merebahkan dirinya di kasur milik Hani sambil menggelengkan kepalanya. "Gue abis kena, terus ditanyain siapa first love gue."

"Terus lo jawab?"

"Iya."

Hani lantas membalikkan badannya, membuat ia dengan mudah bertukar pandang dengan Elisa. "Siapa?"

"Justin."

"Bieber?"

"Lo persis banget kaya Jeje," balas Elisa sambil tertawa kecut. "Beneran Justin, Han," tambahnya lagi.

"Ya udah sih, terus lo kenapa balik ke kamar?" tanya Hani lagi.

Elisa kembali duduk. Menatap punggung Hani yang masih sibuk dengan segala peralatan skincare nya. "Gue takut mereka nanya-nanya soal Justin."

"Ya tinggal dijawab dong," balas Hani lagi. Namun setelahnya, gadis dengan fitur muka bayi itu tak mendengar penuturan lagi yang keluar dari Elisa.

Lantas Hani kembali membalikkan badannya, memastikan apa yang terjadi pada roommate nya itu.

Elisa menunduk, sesekali menghela napas. Hani menyadari ada yang aneh dari gadis itu, sehingga ia segera meninggalkan mejanya dan menghampiri Elisa.

"El?"

"Heh, lo kenapa? First love lo beneran Justin?"

Elisa kemudian mengangkat kepalanya. Memandang Hani dengan raut wajah yang hampir menangis. "Iya, Han. Justin first love gue, sekaligus first heartbreak gue juga."

You Belong With Me [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang