Justin kira mengakhiri hubungan tiga minggunya dengan Jessica tidak akan membuat hatinya sesakit ini.
Ia terus merutuki kenapa ia berbohong pada Jessica dengan mengatakan bahwa ia tak pernah menyukai gadis itu.
Dan Elisa? Bodoh sekali ia menyeret gadis tak bersalah itu ke hubungannya.
Jam sudah menunjukkan pukul 12 lewat 20 menit tengah malam dan ia masih terus memikirkan mengenai kejadian sore tadi.
Laki-laki itu tiba-tiba beranjak meraih kunci motornya dan pergi melenggang dari rumahnya. Mendadak ia ingin menemui Elisa tengah malam begini.
Sesampainya di depan rumah gadis itu, hanya gelap dan satu dua lampu saja yang terlihat nyala dari luar rumah. Justin terus-terusan menelepon Elisa hingga gadis itu menjawab di panggilan ke-21.
"Kenapa, Justin?" Terdengar suara Elisa yang panik.
"Liat ke luar jendela, El."
3 detik setelahnya, Justin bisa melihat tirai jendela kamar Elisa terbuka disusul penampakan gadis itu dengan piyama bermotif bunga-bunga.
Elisa dibuat terkejut melihat Justin berdiri di sana dengan ponsel yang masih menempel di telinga.
"Ngapain?"
"Mau jalan-jalan gak?"
"Lo gila?"
Justin mengangguk. "Ayo, El. Kapan lagi lo bisa night ride? Sama gue lagi."
Katakanlah Justin gila mengajak Elisa keluar di jam setengah satu pagi. Tapi Elisa Kirana lebih gila karena menyetujui permintaan laki-laki itu.
Karena rumahnya sudah dikunci dan kunci dipegang oleh sang Ayah, Elisa lebih memilih melompat melewati jendela kamarnya.
Untung saja kamarnya ada di lantai satu.
"Sumpah, lo ngapain sih?"
Justin menghiraukan Elisa dan lebih memilih diam sambil membuka jaket hitamnya. Jaket itu ia kenakan pada Elisa yang masih bingung dengan kelakuannya.
"Lo cuma make kaos doang?"
"Gue kuat, daripada lo cuma make piyama gitu doang," ujarnya lalu menarik Elisa ke motornya yang diparkir agak jauh dari rumah Elisa.
Elisa tidak tahu Justin akan membawanya ke mana, ia hanya diam hingga Justin sendiri berkata, "El, gue putus sama Jessica."
Saking terkejutnya Elisa, ia hampir saja kehilangan keseimbangan dan jatuh dari boncengan Justin.
"Kenapa putus?" tanya Elisa. "Eh, jangan dijawab dulu. Mending lo nyari taman atau tempat apa dulu gitu biar bisa enak ceritanya."
Justin pun menuruti ucapan Elisa dan menepikan motornya di trotoar dekat halte bus. Ia lalu menarik Elisa agar duduk di sampingnya dan segera menyandarkan kepalanya di bahu Elisa.
"Jadi kenapa kalian bisa putus? Jessica yang mutusin?"
Gerakan acak dari kepala Justin memang terasa di bahu Elisa. Tapi, gadis itu tidak tau apakah itu gelengan atau anggukan.
"Gue yang minta putus, El."
"Gue tadi ke rumah Jessica, niatnya mau jenguk dia. Tapi gue malah denger Jessica ngobrol sama Jihan, dia bilang dia bingung sebenernya suka sama gue apa Ares."
"Ares?"
Kepala Justin bergerak lagi. "Dia bilang dari awal pindah, dia udah tertarik sama Ares. Emang Ares ganteng sih, gak kayak gue."
Alis Elisa bertaut mendengarnya. Sekarang ia tahu kejelasan dibalik Winona marah-marah di koperasi kemarin.
"Apa sih, Justin! Lo tuh nggak jelek ya, emang belum jodohnya aja sama Jessica. Jangan ngomong gitu ah."
"Emang Ares lebih ganteng dari gue kan, El? Makanya dia udah punya pacar pun masih banyak yang kepincut sama dia. Sedangkan gue sekalinya punya pacar malah gini, plus gak ada tuh yang confess ke gue."
"Lo tuh ya gak tau aja ada yang suka sama elo," balas Elisa.
"Siapa?"
Pertanyaan mendadak dari Justin itu membuat Elisa terdiam. Mana mungkin ia bilang bahwa orang yang menyukai Justin adalah orang yang sama yang sedang dipandang laki-laki itu.
"Ada deh."
"Lo gak tau pokoknya."
"Yang jelas ada."
Entah kenapa senyuman Justin tercipta melihat bagaimana Elisa yang salah tingkah menjelaskan padanya. Padahal tanpa ditanya pun, ia tahu bahwa orang yang dimaksud Elisa adalah dirinya sendiri.
"Jangan-jangan elo ya, El?" goda Justin.
"Apa sih? Enggak! Ngapain juga gue suka sama lo!"
"Ah bohong nih. Sejak kapan, El? Kok lo nggak bilang gue? Sejak gue bilang muka lo mirip kucing? Atau dari SMP?" goda Justin tak henti-henti.
Wajah Elisa sudah sangat merah mendengar pertanyaan-pertanyaan itu terlontar dari bibir Justin.
Justin kemudian mengingat hari dimana turnamen pertamanya dan kejadian di depan rumah Elisa setelahnya.
Ia yang awalnya bercanda, justru terkejut sendiri.
Justin lalu meraih kedua pipi tembam Elisa. "El, jangan bilang pas gue menang turnamen pertama itu, lo pergi karena lo cemburu liat gue sama Jessica?"
Elisa reflek memukul dada bidang Justin, ia kemudian berlari meninggalkan Justin di halte bus.
"El, heh mau ke mana?" teriak Justin yang diabaikan Elisa.
Sebelum benar-benar menyusul Elisa, Justin kembali berpikir, Elisa sungguh menyukainya ya?
•••
Haloo maaf ya aku baru bisa update. Semingguan kemarin hectic banget di kampus 🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
You Belong With Me [✓]
Fanfiction[LOVEPEDIA THE SERIES - 01] Bagi Elisa, Justin itu cinta pertama sekaligus patah hati terbesarnya. Lebih bodoh lagi karena ia tidak bisa menghapus perasaannya.