Delapan Belas; You've to Draw the Line

143 32 1
                                    

Pagi setelah berakhirnya hubungan Justin dan Jessica yang masih seumur jagung, serta Elisa yang terbangun dengan keadaan mirip zombie karena ia baru tidur jam 2 pagi.

Justin kembali pada kebiasaan lama dimana ia menjadi tukang antar jemput Elisa. Ngomong-ngomong bukan Elisa yang meminta, ya!

Justin sendiri yang memaksa.

"Makasih. Gue duluan, Justin," pamit Elisa lalu ia segera berlari meninggalkan Justin di parkiran sekolah.

Ingatkan Elisa bahwa ia sudah berusaha mengerahkan semua tenaganya untuk menghindari Justin.

Bukan karena apa, Elisa hanya tak mau kabar berakhirnya hubungan Justin-Jessica dibarengi dengan cocoklogi karena ia berangkat bersama Justin.

Saat di belokan menuju koridor kelasnya, dari jauh Elisa dapat melihat Jessica yang duduk seorang diri.

Jessica melamun hingga tak sadar bahwa Elisa berada tak jauh darinya.

Ketika langkah kaki Elisa semakin terdengar, menyadarkan Jessica dari lamunannya, gadis itu menatap sendu ke arah Elisa.

Aura kesedihan yang terpancar menandakan bahwa gadis itu mungkin menangis semalaman. Tapi, Elisa tak bisa berbuat apa-apa.

Tak ada satupun kata yang bisa keluar dari bibir Elisa, hingga Jessica berdiri dan meninggalkan Elisa begitu saja.

Jessica yang masih menggendong tasnya itu pergi di beberapa menit sebelum jam pelajaran pertama dimulai.

"El, kok lo ninggalin gue sih?" tanya Justin yang menyusul dari belakang. Ia melingkarkan rangkulannya di bahu Elisa.

Elisa bergerak melepaskan dirinya dari rangkulan Justin, lalu masuk ke kelasnya. Kembali meninggalkan Justin yang masih kebingungan dengan tingkah Elisa.

Selama jam pelajaran berlangsung, Jessica sama sekali tak kembali ke kelasnya. Bahkan hingga jam istirahat berbunyi, gadis bersurai pirang itu benar-benar menghilang dari kelas.

Elisa bersyukur saat ia melihat Justin pergi dengan Ares keluar kelas. Ia pun membereskan alat tulisnya dengan kepala penuh pikiran.

"El, gue boleh tanya gak?"

Beberapa anak datang ke meja Elisa, mengelilingi gadis itu yang bertanya-tanya ada apa.

"Tanya apa?"

"Justin sama Jessica beneran putus ya?" tanya salah satu teman sekelas.

Elisa mengerutkan dahinya. Gosip benar-benar menyebar lebih cepat dari cahaya.

"Oh ya? Kalian denger dari mana?" tanya balik Elisa.

"Lah elo gak tau? Kan lo temen deketnya Justin."

"Kalau gue gak tau berarti gosip itu belum tentu bener dong. Kan harusnya gue lebih dulu tau daripada orang lain," balas Elisa santai.

Beberapa teman sekelasnya yang terdiam pun perlahan pergi dari meja Elisa. Meninggalkan satu dua saja yang masih pada pendiriannya.

"Bisa aja lo udah tau tapi pura-pura gak tau."

Mendengarnya membuat Elisa membuang napasnya kasar. Jadi begini kah sifat asli dari teman-teman sekelasnya?

"Gini ya, kalaupun mereka putus dan Justin gak cerita ke gue, itu tandanya dia emang gak mau orang lain tau. Kalau ke gue yang notabenenya temen dia dari lama aja gak dia kasih tau, berarti dia gak mau orang-orang juga tau. Kalau udah gitu pasti dia punya alasan 'kan? Dan gue rasa alasan itu yang biasa kita sebut privacy."

Elisa mengakhiri penjelasan panjangnya dengan menutup bukunya. Kemudian ia berdiri dan pergi keluar kelas.

Kenapa sih orang-orang suka banget ngelewatin batas privasi orang lain? batin Elisa menggerutu.

You Belong With Me [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang