Sepuluh; Elisa or Jessica?

147 31 3
                                    

Justin meminum sebotol air putih dengan rakus. Dalam sekali tegukan, air yang hanya tersisa setengah itu lenyap.

Ia kemudian mendudukkan diri di tengah-tengah Ares dan Samuel. Ketiganya tengah berkumpul setelah satu jam lebih bermain basket.

Justin memang mendaftarkan dirinya menjadi anggota basket dan sangat mengejutkan saat ia juga Ares langsung ditawari untuk bergabung dengan tim yang akan maju di turnamen minggu depan.

Baik Justin maupun Ares dengan senang hati menerima ajakan tersebut. Dan hari ini keduanya kembali mengikuti latihan rutin sebelum turnamen.

Sebenarnya latihan rutin hanya dilakukan saat jam pelajaran selesai, namun untuk hari ini pelatih mereka ada acara sore nanti sehingga membuat para anggota tim basket mengirim surat dispensasi ke kelas masing-masing.

Dispensasi merupakan salah satu hal paling menyenangkan selama sekolah, bukan?

Kapan lagi kalian bisa berkeliaran saat jam pelajaran tanpa harus berpikir akan mendapat pengurangan point?

Itulah yang ada dipikiran Ares dan Justin.

Setidaknya keduanya harus berterimakasih pada Samuel Arfiando selaku senior mereka yang hari ini turut bergabung dengan latihan rutin.

"Oh ya guys, turnamennya fix di gedung olahraga kota ya. Udah pada tau kan?"

Para anggota tim basket segera menganggukkan kepalanya serentak.

"Nice. Karena sekarang latihan udah selesai, kalian boleh balik ke kelas lagi," ujar sang pelatih kemudian pamit meninggalkan para siswanya yang masih bertebaran di lapangan.

Untungnya mereka berlatih di lapangan indoor. Jadi panasnya tidak terlalu menyengat.

"Res, balik ntar aja ye? Nanggung dikit lagi istirahat," tutur Justin.

Dua kawan sepermainan itu kompak mempertemukan kedua telapak tangannya sambil tertawa.

"Gak balik lu pada?" tanya Samuel yang turut merebahkan diri di tengah-tengah Ares dan Justin.

"Kagak, nanti aja nunggu istirahat," jawab Ares jujur.

Samuel hanya tertawa mendengar jawaban adik kelasnya itu. Persis seperti kelakuannya dulu.

"Ajak cewe lo pada nanti," ujar Samuel.

"Cewe?"

"Iya lah, emang lo pada gak mau tebar pesona depan cewe lo sendiri?" timpal Samuel.

Ares mengangguk-anggukkan kepalanya menyetujui ucapan Samuel. "Bener juga, nanti gue suruh Nona nonton gue lah."

"Lah tai, terus gue ngajak siapa jing?" cerca Justin tidak santai.

"Jomblo sih."

"Lah itu yang biasa sama lo gimana?" tanya Samuel lagi.

"Siapa dah?"

"Itu yang rambutnya item panjang ponian, terus mukanya kayak kucing," jelas Samuel.

Hal itu membuat Justin segera bangkit dari kegiatan guling-gulingnya. Benar juga, kenapa ia tak kepikiran dengan Elisa sama sekali?

Eh.

Atau ia mengajak Jessica saja?

Justin lalu beralih pada Ares. "Res, menurut lu gue ngajak Elisa apa Jessica aja?"

"Lo beneran naksir Jessica?" tanya Ares balik yang langsung dijawab dengan anggukan yakin dari Justin.

"Buset gercep bener, baru juga sebulan tuh anak pindah."

"Yang mukanya kayak bule itu kan? Temen gue pada ngomongin dia anjir, katanya anak cheer baru dari 10 mipa 1 cakep banget," timpal Samuel.

Ares sontak mengalihkan atensinya pada kakak kelas yang sebenarnya tubuhnya lebih mungil darinya itu.

"Beneran? Kok gue gak tau Jessica ikut cheer?" tanya Ares.

"Lu siapanya bos?"

"Kata gue lo ajak Elisa aja sih. Kalo Jessica ikut cheer kan otomatis dia bakal dateng," saran Ares pada Justin.

Justin lalu mengangguk-anggukkan kepalanya. Ia lalu bangkit dan segera berlari keluar dari lapangan indoor.

"Jadi si Justin sukanya Elisa apa Jessica?" tanya si kakak kelas.

Ares lantas menjulurkan tangannya, menawarkan untuk membantu Samuel berdiri, kemudian keduanya berjalan bersama meninggalkan lapangan indoor.

"Dua-duanya kali."

•••

Ares — Samuel — Justin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ares — Samuel — Justin

You Belong With Me [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang