Sembilan Belas; Do You Have a Boyfriend?

150 31 6
                                    

Setelah berhari-hari terlewatkan, kini semua orang sudah mengetahui mengenai berakhirnya hubungan antara Justin dan Jessica.

Atas klarifikasi Justin sendiri dan permintaannya untuk tak seorangpun menyinggung ia dan Jessica tentang hubungan mereka sebelumnya.

Dari situ, orang-orang mulai paham bahwa hubungan mereka berakhir dengan kurang baik.

Namun manusia tetap manusia. Sekalipun sudah diminta oleh yang bersangkutan, tetap saja satu dua mulut masih mempertanyakan alasan mereka putus.

Dan setelah kabar itu tersebar ke seluruh penjuru kelas, Elisa semakin menutup diri dari orang-orang agar ia tak disangkutpautkan dengan Justin dan Jessica.

Elisa terlalu takut, ia yang bahkan belum terlalu dekat dengan teman sekelas kembali menjauhkan diri karena takut dianggap ini itu.

Sebagai seorang INFP-T, bohong kalau Elisa tak memikirkan pandangan orang-orang tentangnya.

Hari itu, Justin mengejar Elisa yang terang-terangan berlari menjauhi laki-laki itu.

Setelah hampir dua menit saling kejar-kejaran, Justin yang memiliki kekuatan fisik lebih dari Elisa berhasil menangkap lengan gadis itu.

"El."

Masih dengan mengambil napas, Justin bertanya, "Kenapa sih? Kenapa lo selalu ngehindar dari gue? Gue udah putus dari Jessica kalau lo lupa."

Elisa merotasikan bola matanya. Ia mungkin tak akan tersulut emosi jika hari ini ia tak kedatangan tamu bulanannya.

"Justru karena lo udah putus dari Jessica, gue harus jauh-jauh dari lo."

"Kenapa?"

Elisa hampir mengeluarkan semua emosinya karena Justin masih saja tak paham. Laki-laki yang sialnya ia sukai ini benar-benar tak bisa mengerti situasi.

"Lo pikir apa yang ada di kepala orang-orang kalau lo baru putus dan deket-deket ke gue?" tanya Elisa.

"Gue gak mau orang-orang nganggep gue alasan kenapa lo putus sama Jessica. Gak gampang buat gue kenal sama lingkungan ini, Justin. Gue baru aja mau menyesuaikan diri, tapi yang gue dapet malah tatapan mencurigakan dari orang-orang yang mikir gue selingkuhan lo."

Elisa menarik dirinya untuk duduk di bangku depan ruang musik yang sedang tak digunakan. Koridor sekolah nampak sepi tanpa satu dua siswa yang lalu lalang.

Sebenarnya jam pelajaran sudah berakhir satu jam lalu. Alasan kenapa Elisa masih berdiam diri di sekolah adalah karena hari ini ia kebagian jadwal piket.

"Kita masih temenan kok, tapi gue gak mau nunjukin di sekolah. Toh lo masih bisa main ke rumah gue atau sebaliknya," saran Elisa sambil kembali berdiri.

"Gue balik duluan, Rena udah nungguin."

Elisa kembali meninggalkan Justin untuk yang kesekian kalinya. Membiarkan Justin yang masih saja bergelut dengan pikirannya seorang diri.

Elisa sendiri tak berbohong saat mengatakan bahwa Rena menunggunya. Hari itu ia memang berjanji menemani Rena untuk bertemu dengan pacarnya.

Entah apa maksud Rena. Yang jelas gadis itu meminta Elisa menemaninya 'berpacaran'.

"Nah, El. Kenalin ini pacar gue, Kak Sam."

"Samuel," kata laki-laki yang berstatus kekasih Rena.

"Elisa, Kak."

"Nah yang ini temennya Kak Samuel, namanya Kak Theo. Gue gak boong 'kan? Kalo Kak Sam juga bawa temen."

Elisa hanya menganggukkan kepalanya pasrah lalu beralih menjabat tangan Theo.

"Theo. Salam kenal, Elisa."

Posisi empat orang itu ada di salah satu cafe yang tak jauh dari sekolah. Rena dan Samuel duduk di meja yang berbeda dengan Theo dan Elisa, tapi masih bersebelahan.

Theo dan Elisa mendadak dilanda kecanggungan. Elisa diam-diam merutuki keputusannya untuk menuruti permintaan Rena.

"Elisa," panggil Theo.

"Iya, Kak?"

"Lo udah punya pacar?"

"Hah?"

"Kalau belum, boleh gak gue deketin lo?"

•••

SIAPA YANG KEMARIN BILANG KAYAKNYA SERU KALO EL DEKET SAMA COWO LAIN?

btw,

btw,

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
You Belong With Me [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang