55. TIDAK MASUK SECARA LOGIKA

1.2K 127 1
                                    


-Ketika kamu memprioritaskan akhirat maka duniamu akan ikut dengan sendirinya-
Rafaizan elvano kalianda


“kamu kok enggak pernah anterin aku kontrol sih Zan,?” Faizan yang tadinya tiduran di paha istrinya kini pun menatap Rachita.

Jujur Faizan masih takut jika dokter di sini juga mengatakan hal yang sama seperti dokter Sonia, siapa mereka hingga menentukan jika anak Faizan tidak akan selamat.

“i-iya nanti aku antar” Rachita tersenyum dan mengangguk.

“Zan”

“iya Khala, sayang. Mau apa?”

“nanas” mata Faizan seketika membola mendengar tutur kata istrinya

“orang hamil gak boleh makan nanas sayang” Rachita menekuk alisnya hingga hampir bertautan

“kenapa?” Faizan menghela napas ringan, laki-laki itu bangun dari tidurnya, mengelus perut istrinya yang hampir buncit

“nanas itu panas, entar anak kita bisa—” Faizan mengangkat alisnya seraya mengangguk satu kali “paham kan?”

Wanita muda itu mengendus kesal “tapi, nanti kalo anak kamu—” seketika Faizan membungkam mulut istrinya

“kalo lagi hamil jaga omongan, jangan suka di batin, dan juga di katakan. Nanti anak kita akan jadi seperti apa yang kamu omong in itu”

Rachita mengangguk malas “tapi pengen nanas” pintannya dengan pipi yang di gembungkan

“gakboleh, yang lain aja ya” Rachita tetap menggeleng sekuat tenaga membuat Faizan mencubit pipi gembul istrinya itu

“gak boleh, ya enggak boleh sayang” Rachita berdecih pelan, akhirnya wanita itu mengalah dengan suaminya.

“ya udah ayok”

“kemana?” Rachita memutar bola mata malasnya

“ke dokter Zan, katanya mau anterin aku”

“nanti ya, capek banget” Faizan hampir menidurkan badanya di pangkuan istrinya lagi, akan tetapi Rachita menghalangi kepala itu dengan tangan

“nanti kapan? Malem? Kan kamu nanti malem ada ceramah di masjid gang lima” Faizan melongo mendengar istrinya itu. Bagaimana ia bisa lupa jika akan menghadiri acara ceramah di masjid saat nanti malam.

******

Faizan terus saja memainkan jari jemarinya seraya menunggu sang dokter keluar dari ruangan pemeriksaan, sungguh laki-laki itu tidak tenang saat ini juga, rasanya berkecamuk menjadi satu.

Beberapa menit bergulat dengan pikiran yang tidak-tidak akhirnya sang dokter keluar dari ruangan tersebut

“suami Rachita?” Faizan seketika mengangguk seraya menunduk

Sang dokter menghela napas ringan “saya memang bukan tuhan, tapi sepertinya salah satu dari permata anda akan gugur sa—”

“Stop dok” seketika Faizan menghentikan ucapan sang dokter, laki-laki itu tak terima jika sang dokter berkata sedemikian rupa.

RAFAIZAN {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang