54. SUASANA YANG BERBEDA

1.2K 145 5
                                    

-Teruslah melangkah walau pun seraya merangkak sampai allah memanggil mu untuk kembali-

Assalamualaikum....
Duh,,,,duh,,,,,duhhh
Update nih
Maaf ya telat beberapa minggu xixixixixi
Soalnya sibuk sih, malem minggu kemarin ada acara di diniyyah aku, Dan besok aku upacara
Tau kan besok hari apa
22 oktober 2022
Hari spesial bagi para santri.

Wah kak wawa santri?
Xixixixi iya, santri nduduk/kalong
Tau??
Udah-udah, ngomong terus. Mana banyak banget lagiiii

Happy reading

Suara kokok an ayam terdengar di telinga penghuni rumah ini, mereka semua membangunkan tubuh mereka. Terutama Faizan dan istrinya, laki-laki itu sudah siap dengan baju koko yang menempel di badannya.

Jam dinding menunjukkan pukul 02.35 Faizan membangunkan istrinya untuk di ajak sholat tahajud bersama.

“Sayang ku, yang sebentar lagi mau jadi umi, bangun yuk!, tahajud an” Rachita yang merasakan usapan halus di pipinya pun hanya menggeliat tanpa membuka mata

“sepuluh menit lagi Zan,” Faizan tak kunjung putus asa, laki-laki itu mencium i seluruh inci wajah istrinya. Biar lah dia harus wudu lagi,

Faizan tak peduli karena yang penting sekarang istrinya bangun. Rachita mendorong wajah Faizan untuk menjauh, Faizan tersenyum kemudian ciuman ia layangkan kembali di perut istrinya, Rachita akhirnya membuka mata dan seketika di suguh i oleh pemandangan yang Masyaallah sekali.

Faizan tersenyum manis “bangun yuk, tahajud an” perempuan itu masih diam menatap suaminya dengan tatapan dalam

Faizan terkekeh sedikit “aku emang ganteng, biasa aja kali liat in nya” Rachita memukul lengan Faizan pelan dan menggeleng

Faizan tertawa ringan “udah-udah sana, mandi, wudu terus sholat ya” Rachita mengangguk dan melangkahkan kaki menuju kamar mandi.

Pagi hari telah tiba, semua orang yang ada di dhalem beraktivitas seperti halnya di kota. Rachita dan Faizan sekarang ini berada di rumah sendirian, sementara yang lainnya jalan-jalan mengelilingi pondok yang sudah memiliki cukup banyak santri.

Rachita menyiapkan makanan untuk suaminya, teh pun ia suguhkan untuk Faizan. Laki-laki itu tersenyum manis dan berterima kasih

“Kok sepi, kemana abah, umma, Abang Raffa, sama Laura?” Faizan yang hendak menyeruput teh nya pun ia urungkan

“jalan-jalan liat pondok” Rachita menganut-anut “nanti ke pasar sama aku ya” seketika wajah Rachita berbinar

“kapan?”

“abis ini sayang”

“aku pengen banget ke pasar tradisional, apa lagi makanannya. Pasti enak-enak” wanita itu sudah mengiler dengan sendirinya.

Rachita yang berdiri di samping suaminya pun memegang baju Faizan “aku ganti baju dulu ya”

Faizan tak mengangguk tetapi malah berdiri membuat sang empu menatap semua pergerakan nya. Laki-laki itu menghela napas ringan

“kamu tau enggak ada yang lebih manis dari pada teh di pagi hari” Rachita menyatukan alisnya bingung. Tadi kan dia tak membahas tentang teh tapi kenapa sekarang malah membahas tentang teh.

“kok malah bahas teh sih Zan, melencong banget” Faizan menyilangkan tangannya di depan dada

“tau apa enggak?” Rachita menggeleng membuat Faizan tersenyum, laki-laki itu mendekat ke arah telinga istrinya

RAFAIZAN {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang