Langit mendung mengiringi perjalanan pulang Enzy. Hari ini Jazzel mengajaknya pulang bareng lagi setelah dua hari yang lalu makan nasi bebek bareng. Walau sudah beberapa kali pulang bareng, tetap saja masih kaku.
"Yahh, ujan." gumam Enzy saat melihat jalanan di luar diguyur hujan lebat, terlihat juga di atap kaca di atasnya.
Ia memandangi Jazzel yang terus menatap depan. Tak ada tanggapan darinya sama sekali. Sekali pun hujan, mungkin itu tak penting buatnya. Lagi pula mereka ada di dalam mobil, jadi tak masalah jika hujan lebat.
"Kok kita lewat sini?" tanya Enzy saat menyadari ini bukan jalanan menuju rumahnya.
"Ke kosan gue dulu." jawab Jazzel.
Enzy terdiam. Setelah mendengar jawaban Jazzel, pikiran buruknya mulai bermunculan. Di saat hujan seperti ini, untuk apa ia harus ikut ke kosan Jazzel? Enzy diam dengan penuh tanda tanya dan kecemasan.
Dan akhirnya mobil yang ia naiki memasuki parkiran basement sebuah bangunan yang mirip apartemen. Kosan Jazzel termasuk kosan mewah karena untuk masuk pun harus menggunakan kartu akses.
"Ayo!" ajak Jazzel setelah selesai memarkir dan mematikan mesin mobil.
Enzy turun dari mobil dengan penuh keraguan yang menggelayut di hati. Enzy menyimpan semua pikiran negatifnya. Ia diajak ke kosan oleh cowok yang ia suka, seharusnya ia senang. Ia berusaha berpikir positif kali ini. Banyak hal positif yang bisa ia lakukan walaupun hanya berduaan.
Lagi pula Jazzel tinggal bersama Haruto, jadi apa yang harus Enzy cemaskan. Enzy teringat ucapan Jazzel saat makan nasi bebek kemarin bahwa tak diperbolehkan membawa cewek ke kosannya, tapi nyatanya sekarang ia membawa Enzy pulang.
Jazzel mengeluarkan kartu aksesnya untuk bisa masuk ke dalam. Mereka memasuki sebuah lobby yang lumayan luas lengkap dengan sebuah lift. Tak ada orang lain selain mereka di ruangan itu. Terlihat jelas raut cemas di wajah Enzy.
Ting!
Jazzel mengenggam tangan Enzy untuk masuk ke dalam lift. Saking kagetnya, Enzy seperti tersetrum tangan Jazzel. Seperti ada aliran listrik saat tangan mereka bersentuhan tadi.
Lift berhenti di lantai 3. Enzy masih belum berani untuk menanyakan ini itu pada Jazzel. Dan akhirnya ia manut saja berjalan menyusuri lorong sepi di genggaman tangan cowok yang ia sukai itu.
Akhirnya mereka tiba di kamar 303. Jazzel melepas genggaman tangannya. Sedangkan Enzy mematung di depan pintu setelah masuk kosan Jazzel. Ia mengedarkan pandangannya, terlihat sofa kulit warna hitam yang berhadapan dengan sebuah televisi yang layarnya cukup lebar menempel di dinding.
Kemudian ada dua single bed dekat jendela. Dua meja komputer lengkap dengan kursi gamer yang menghadap jendela luar. Ruangan ini menyatu dengan dapur mini yang lengkap dengan meja makan.
Di luar masih hujan lebat karena terlihat dari pintu kaca besar menuju balkon.
"Haruto belum pulang?" tanya Enzy akhirnya memberanikan diri.