Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
"Zy," panggil Jazzel menahan laju Enzy.
Rautnya wajah Jazzel seperti sedang memprotes ucapan Enzy sebelumnya, namun tak tahu bagaimana cara mengungkapkannya. Jazzel takut ini adalah kali terakhirnya nonton dengan Enzy, seperti katanya.
"Kenapa?" tanya Enzy menyadari hoodie yang dikenakan Jazzel berwarna hitam juga seperti baju yang ia kenakan.
"Lo kayak gak pake celana." celetuk Jazzel lalu jalan duluan.
"Iiih, sumpah ya lo ngeselin." sungut Enzy.
"Siniin hp gue, nih gue balikin hp lo, gue mau pulang!" pekik Enzy.
Suara Enzy sedikit bergema karena mereka masih di area parkiran sekarang.
Jazzel berbalik badan. Seringainya muncul.
"Udah gue bilang kan jauhin gue, gue gak mau deket-deket sama lo lagi, lo tuh kasar, cuma bikin gue darah tinggi gara-gara marah-marah mulu!" cerocos Enzy.
"Marah tanda sayang." ujar Jazzel.
"Gue gak suka sama lo!" ungkap Enzy ketus.
"Gue suka sama lo." sahut Jazzel.
"Gue benci sama lo." sahut Enzy lalu tersenyum tipis karena Jazzel bilang suka padanya.
"Gue gak benci sama lo." sahut Jazzel pelan.
Enzy diam menahan emosinya. Jazzel bilang ia menyukai Enzy. Sebenarnya Enzy sedang bersiap untuk terbang. Walaupun di bibir sewot, di hati lain lagi.
"Gue sayang sama lo." tutur Jazzel.
"Gak segampang itu sayang sama orang." potong Enzy.
"Tapi lo yang bikin semua jadi gampang." sahut Jazzel.
Enzy tertawa aneh karena ia pikir Jazzel lucu. Ia bahkan bilang sayang pada Enzy.
"Lo cuma bikin emosi gue naek turun doang, gue stress." ungkap Enzy.
Jazzel terdiam. Entah ia sedang menatap apa, matanya mengedar ke atas tangan kirinya berkacak di pinggang. Wajahnya terlihat kalut.
"Gue udah bilang ke anak-anak kalo kita udah jadian." ungkap Jazzel menatap Enzy.
Pernyataan Jazzel sukses membuat Enzy melongo. Sejak kapan jadian itu jadi keputusan sepihak?
"Kok bisa? Emang kapan lo nembak gue? Emang gue bilang kalo gue mau jadi pacar lo?" tanya Enzy.
