"Hei.. Hei bernafas dengan benar Jiminie, tenang semuanya ada disini bersamu. Jangan takut, mereka sudah pergi". Seokjin berucap parau sambil memegang erat kedua pipi Jimin, sesaat setelah memasuki ruang tamu di dorm mereka.
Setelah pulang dari variety show yang telah mereka hadiri, Jimin tak henti-hentinya gelisah, ia mengalami panic attack. Traumanya kembali, sorot matanya kosong dan itu cukup membuat para member Bangtan kuwalahan. Mengingat sekeras apa mereka berjuang menarik Jimin dari 'jurang kegelapan'.
Jimin kini belum juga menunjukkan tanda-tanda berhenti dari kepanikannya, Seokjin terus saja merapalkan kata penenang. Di sudut ruangan J HOPE beserta RM juga berusaha menenangkan kedua maknae, mereka juga di landa ketakutan. Mereka terbayang-bayang pada malam dimana Jimin lepas kendali ketika itu.
Melihat itu, Suga mempersempit jarak. Merebut Jimin dari Seokjin dan memaksanya berhadapan dengan dirinya. Mengangkat dagunya agar kedua bola mata mereka saling bersitatap
"Hei, Jiminie dengar Yoongi Hyung. Menangislah, semuanya ada disini. Tidak ada yang akan memarahimu".
Jimin hanya menatap kosong ke arah dada Suga
"Jiminie, hei dengar hyung". Suara Suga juga terdengar mulai bergetar
Jungkook semakin tidak kuasa melihat kejadian ini, suasana dorm seolah sangat 'dingin', ia tidak suka akan hal itu. Ia mulai menggigiti jari tangannya sendiri, seolah mencerminkan betapa takut dan resahnya ia sekarang. Melihat itu, RM dengan cepat menghalau kebiasaan buruk sang bungsu dan memberikan lengannya sebagai ganti pelampiasan sang adik. Ia tak peduli, sekuat apa gigitan Jungkook, bahkan jika harus berdarah sekalipun.
"Jimin, Park Jimin! Menangislah!". Teriak Suga sambil mengguncang kasar pundak Jimin.
"Yoon...". Saut Seokjin
"Menangislah, hyung mohon". Terlampau lirih, bahkan siapapun akan dapat merasakan sehancur apa perasaan Suga sekarang.
Seluruh dunia pun tahu, sekeras apa personality dari si kulit putih pucat ini. Pantang baginya untuk menjatuhkan air mata untuk siapapun. Tetapi kali ini ia menundukkan dirinya, menurunkan egonya, dan memberitahu betapa rapuhnya jika ia berhadapan dengan manusia bernama Park Jimin.
Suara terakhir itu seolah mampu menarik Jimin, ia mendongak. Menatap paras tampan sang hyung, membelai menyusuri garis tegas rahangnya. Membiarkan jari mungilnya berkelana sampai ia berhasil mengusap liquid bening yang dengan berani mengukir 'tirai' di pipi seorang Min Yoongi.
"Kenapa hyung menangis?". Lirih Jimin sambil mengusap pipi Yoongi, yang seolah tak dibiarkan kering oleh sang empu.
"Karena Jiminie tidak bisa menangis, jadi biarkan hyung yang menggantikannya". Jawabnya
"Tapi aku tidak pernah mengizinkannya. Lagi-lagi aku menjadi orang bodoh yang jahat hahaha".
"Tidak-tidak. Jiminie tetap menjadi anak baik, untuk hyungdeul dan kedua dongsaengmu, jangan takut nee. Semua akan baik-baik saja". Ucap Suga sambil menghapus air matanya, membawa kedua tangan mungil milik Jimin untuk ia gengam dengan erat, kemudian ia kecup lembut bergantian.
"Tapi anak baik bisa menjaga dirinya dengan benar hyung, sedangkan aku sudah kotor. Aku... ". Belum selesai Jimin berucap, kegelapan berhasil merenggut kesadarannya.
"Yaa, Jimin ierona. Jebal". Kepanikan kembali melanda Suga
"Jimin hyung". Teriak Taehyung dan Jungkook
"Yoon, bawa Jimin ke kamar kita". Titah Seokjin
Setelah membaringkan Jimin di ranjang, Yoongi dan para member tidak beranjak dari sekitar Jimin barang sekejap pun. Mereka bahkan tetap bersama Jimin setelah dokter menyelesaikan pemeriksaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE HEAVEN JOURNEY
De Todo"Dunia hanya mengetahui bahwa ketiganya adalah sosok yang sempurna, tanpa tahu mereka sudah terlampau sering merindu bebas kakinya menjelajah semesta". ~ Jin Hyung "Mereka berisik, tapi dunia akan kesepian tanpa tawanya dan itu tidak asik". ~Suga...