BAB 3 || Angela

657 68 9
                                    

Kalian bisa bertanya di seluruh Cosa Nostra, bagaimana perilaku putri kesayangan Dante Russo. Seluruhnya akan menjawab; Angela adalah seorang malaikat.

Bodoh.

Hanya Russo yang tahu aku siapa.

Setelah dengan sengaja menjatuhkan setengah kue vanila yang mamma buat untukku, aku merasa lega dan memberikan senyuman kecil di bibirku ketika melihat Sehun mengepalkan tangannya.

Jika dia menanyakan apa alasanku melakukan ini, alasannya hanya satu; dia membuat gaun, heels dan wajahku tercampur dengan darah menjijikkan itu. Bukan hanya itu, dia berani memerintahku di wilayah Russo. Meski dia menyangkal hal itu, aku tahu dia mencoba untuk mengontrolku.

Dia adalah tipeku dan membuatku terpesona sepersekian detik, tapi fakta bahwa dia membuatku kesal saat ini, di ulangtahunku adalah kesalahan besar.

"Rasanya enak."

Aku mengerutkan kening ketika Sehun mencicipi kue yang kini sudah dia letakkan di piringnya. Dia bangkit, berdiri di depanku dan menatapku dengan wajah dinginnya. Cukup dekat sampai aku melihat tato yang ada di lehernya dengan jelas.

"Kue buatan Mamma adalah yang terbaik. Tinggallah lebih lama. Aku bisa meminta Mamma membuatkan cheesecake yang enak."

Tidak. Kembalilah ke wilayahmu, Romano. Fakta bahwa hari ini kamu merusak hariku tidak bisa kutoleransi.

Aku tersenyum, memperlihatkan wajah paling manis yang bisa membuat semua pria fokus hanya kepadaku.

"Mungkin setelah aku masuk ke dalam, menceritakan apa yang terjadi dan izin menggunakan pakaian siapapun yang ada di sini, selain pakaian Lucio."

Aku mengalihkan pandangan ke arah Lucio yang pakaiannya penuh dengan darah. Sampai keluarga Romano belum kembali ke wilayah mereka, mayat itu akan terus berada di sini. Tidakkah mereka ingin segera mengubur pria malang ini?

"Aku cukup menikmati malam ini, Angela."

Pandanganku teralih ke arah Sehun yang dalam sekejap menyentuh pinggangku, menarikku lebih dekat dan membuat wajah kami semakin dekat.

Tangannya mengarah ke wajahku, mengusap darah Lucio yang tidak ingin kuhapus sebelum pria ini dan keluarganya pergi.

"Harus kuakui, aku terpesona."

Set

Darah Lucio kini berada di bibirku. Pria gila ini mengolesnya dengan cepat dan membuatku mendorong tubuhnya dengan kasar. Aku mengusap darah Lucio dengan punggung tanganku seraya memberi tatapan marah kepada pria bajingan ini.

"Angela?"

Aku menoleh, melihat papà dan Alessio datang ke arah kami. Tampak di wajah Alessio yang bingung dengan penampilan kacau Sehun, sedangkan papà hanya menatapku dengan penuh tanda tanya.

"Apa yang terjadi?"

"Aku membalasnya, Papà," jawabku yang membuat Sehun menaikkan alisnya. "Dia merusak gaunku."

Terdengar helaan napas papà dan aku bisa melihat bibir Sehun terangkat, seolah terhibur dengan pengakuanku.

"Itu hanya sebuah gaun, Angela," kata papà.

Mataku membesar dan menjawab, "Papà, ini gaun Gucci edisi terbatas seharga 1,5 juta dollar. Apa Papà lupa bagaimana aku dan Martini pergi dua hari sebelum peluncuran untuk mendapatkan ini dan kembali ke sini dalam keadaan sakit?"

"Oke, tapi itu tetap hanya sebuah gaun," jawab papà yang malah membuatku semakin kesal.

Apa pria memang setidakmengerti ini tentang fashion? Aku mengerahkan tenagaku mendapatkan ini di balik persaingan para gadis di Cosa Nostra.

The Devil's WeaknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang