Selama aku tumbuh di Korea, aku tidak pernah sekalipun menginjakkan kaki di sebuah gereja. Bahkan ketika ibu memaksaku, aku akan selalu menolaknya dan memilih untuk pergi keluar. Namun, semenjak aku di Amerika, gereja yang ada di kawasan ini seolah menarikku untuk mendekat.
Aku hanya merasa memasuki gereja akan membuatku terlihat munafik. Pembunuhan yang kulakukan tidak terhitung banyaknya, dan aku yang sudah dibaptis-pun seolah dipaksa untuk menginjakkan kaki di sini.
"Sehun?"
Aku menoleh, melihat keluarga Russo yang sepertinya juga datang untuk berdoa di gereja ini. Padahal gereja yang ada di wilayah mereka lebih dekat, dan aku heran kenapa mereka memilih ke sini.
Tapi aku tidak menginginkan jawaban itu ketika aku melihat Angela dalam balutan gaun hitam polos yang pas dengan tubuhnya. Rambutnya yang biasa dibiarkan tergerai, kini diikat satu. Wajah tanpa make up nya juga memperlihatkan bintik-bintik merahnya yang manis.
Dia sialan cantik sekarang. Aku langsung saja mengingat kejadian malam itu dan buru-buru menggelengkan kepala karena ini adalah gereja. Aku tidak mau berpikiran tidak pantas di tempat ini.
Angela memilih untuk duduk di depanku, di samping para sepupunya dan demi Tuhan, ini membuatku tersiksa oleh aroma bayinya yang menenangkan.
"Aku tidak tahu kamu orang yang cukup religius," ucap Angela yang langsung aku tahu jika itu ditujukan untukku.
Aku mencondongkan tubuh dan mendekat supaya bisa mengobrol tanpa gangguan, meski sebenarnya obrolan ini akan didengar oleh sepupu-sepupunya.
"Jangan bilang kamu juga tidak tahu nama baptisku, Angela."
"Kita baru bertemu beberapa hari, itu bukan hal yang aneh."
"Tapi aku mengenalmu dengan baik, Angela. Rasanya seolah ini tidak adil."
"Kalau begitu kamu bisa berhenti mencaritahu. Lagipula ini pernikahan bisnis. Itu tidak akan menguntungkanku sama sekali."
Tidak menguntungkan?
"Aku penasaran kenapa pernikahan ini tidak memberimu keuntungan. Kamu akan menjadi Nyonya Romano, Angela."
Jesus, aku tidak bisa berhenti mengucapkan namanya yang indah.
"Apa menurutmu selama aku menjadi Russo, aku tidak menikmati namanya?"
"Aku yakin Papà-mu memberikan semuanya kepadamu, tapi tentu itu ada batasannya. Fakta jika kamu masih ada di sini, sedangkan teman kuliahmu sedang bersenang-senang di luar sana adalah bukti jika hidupmu sebagai Russo tidak semenguntungkan itu."
Jika ditanya sebanyak apa aku mengetahui Angela, maka aku akan menjawab banyak sekali hingga rasanya aku seolah bisa membaca pikirannya semenjak kejadian kue tempo hari.
Angela sekarang sedang menempuh sekolah seni-nya, sang pelukis handal yang sayangnya menjadi bagian dari Russo dan membuat ayahnya mengurung dia setelah pembicaraan pernikahan.
"Aku curiga apa kamu seorang stalker atau tunangan," sindir Angela.
"Kamu bisa menyebutku tunangan yang mengetahui banyak informasi."
"Aku yakin kamu juga tahu jika pernikahan ini membuatku tidak bisa pergi ke sana lagi, kan?"
"Tentu aku tahu dan percayalah Angela, bahkan ketika kamu sudah menyandang nama Romano, tempat itu tidak akan bisa kamu kunjungi tanpa seizinku."
Menyandang nama Romano berarti Angela akan berada di pengawasanku, dan Jesus, aku tidak ingin keamanan yang minim untuknya nanti. Musuhku di luar sana lebih banyak dibandingkan Russo dan aku tidak ingin mereka menggunakan Angela sebagai...
Aku hampir gila.
"Jadi aku memang tidak punya keuntungan sama sekali."
Angela benar. Seharusnya sejak kecil dia sudah diajarkan untuk mengetahui nasibnya yang merupakan bagian dari Cosa Nostra. Tidak ada celah baginya untuk melarikan diri, maupun merasakan cinta yang diidamkan wanita di luar sana.
"Kalian sepertinya masih belum akur."
Aku melirik sepupu Angela yang bernama Sara, gadis itu kalau tidak salah berusia yang sama dengan Angela dan sudah dijodohkan oleh seseorang dari keluarga Bellucci.
"Untuk informasi, aku kesulitan akur dengan seseorang yang sudah merusak gaunku."
"Aku sudah menggantinya, Angela," sahutku.
Aku tidak tahu sampai mana dia akan kesal karena gaun itu.
"Kamu juga merusak pestaku."
"Jika aku tidak merusaknya, kamu tidak akan ada di hadapanku saat ini dan aku bisa saja menikahi Isabelle."
Aku mendengar suara Angela yang kesal.
"Kalian harus akur," sahut Sara yang mencoba masuk ke dalam pembicaraanku dengan Angela. "Jika kalian tidak akur, mungkin saja tahun depan tidak akan ada tambahan anggota untuk Romano."
Aku paham maksudnya, begitu juga dengan Angela yang bisa kulihat jika wajahnya memerah. Bibirku seketika terangkat.
"Sara, diam."
Aku bisa mendengar bagaimana Angela kesal dari suaranya itu.
"Well, aku mengerti perasaanmu tentang perjodohan ini, Angela, tapi belajarlah dariku yang mencoba menikmati ini. Apa kamu tahu, jika kita menjadi Nyonya, kita tidak perlu lagi menggunakan kartu kredit Papà yang ada batasnya."
"Benarkah?"
Alisku naik ketika sadar jika Angela sungguh tertarik dengan hal ini.
"Mamma mengatakan itu kepadaku. Katanya aku bebas menggunakan uang suamiku dan percayalah aku sedang membujuk mereka untuk mempercepat pernikahanku, tapi sayangnya kamu harus menikah duluan. Jadi, bisakah kalian mempercepat pernikahan?"
"Ada banyak hal yang harus diurus, Sara," sahut Martini. "Bisa kamu bayangkan apa ucapan orang-orang jika pernikahan Russo-Romano tidak mewah?"
Sebenarnya aku tidak terlalu peduli kapan dan bagaimana pernikahan akan diadakan. Hanya saja, ide mempercepat pernikahan sepertinya terdengar menyenangkan. Tapi apa Dante akan setuju? Apalagi aku sudah membujuknya untuk meniadakan pesta pertunangan. Waktu itu saja aku kesulitan membujuknya dan terselamatkan karena pekerjaan yang tidak bisa ditinggal.
"Lagipula gaun yang akan Angela kenakan belum selesai," lanjut Martini.
"Mungkin saja aku bisa mendapatkan gaun pernikahan dalam kurun waktu kurang dari 24 jam jika aku melakukan sesuatu dengan desainernya."
Angela jelas menyindirku. Aku pun semakin mendekatkan diri kepadanya dan berkata, "Jika kamu mau, aku bisa melakukannya, Angela."
"Desainernya pria."
Aku tersenyum, "Aku tidak peduli dia pria atau wanita. Selama ada lubang, aku pikir itu tidak masalah untukku."
Saat itu juga Angela yang tidak menoleh sedikitpun ke arahku berakhir menampakkan wajah merahnya yang kesal.
"Demi Tuhan, kita. ada. di. gereja," tegas Angela.
Aku rasanya ingin tertawa. Tanganku langsung menutup mulutku dan melihat bagaimana merahnya telinga Angela membuatku semakin bersemangat untuk datang ke gereja dan mencari celah untuk menggoda Angela.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Devil's Weakness
RomanceWARNING!! (21+) Angela tidak punya pilihan ketika papa-nya, menjodohkan dia dengan pimpinan baru keluarga mafia dari Romano, yaitu Sehun. Mereka pun menikah, menjalani kehidupan suami-istri disela argumen mereka, hingga akhirnya tanpa sadar, Angela...