Sambil menikmati anggur merah di perpustakaan Romano, aku juga mengamati lukisan tidak dikenal yang diberikan seseorang. Lukisan seharga 20 juta dollar yang sempat kuinginkan. Mau aku cari bagaimanapun, sampai bertanya ke pelayan, aku tetap tidak menemukan siapa pengirimnya. Jika aku memutar otakku, jelas sekali pengirimnya adalah orang yang mengenaliku dan berhasil melewati penjagaan Romano.
Selain catatan yang sudah kusimpan ---dengan maksud meminta bantuan Giano besok untuk melacak tulisan itu, aku hanya berpikir jika orang yang mengirim ini pasti ikut hadir di pelelangan tadi. Aku bahkan menanyakannya kepada perempuan Romano, tapi mereka juga tidak tahu.
Belum selesai urusan lukisan, malam ini aku juga tidak dibuat tidur karena masalah kematian Lando. Pihak keluarga Bellucci pasti sedang heboh sekarang dan mereka pasti sedang merencanakan pembalasan dendam terhadap pembunuhnya. Mungkin akan butuh waktu, tapi itu tidak akan lama jika mereka mendapatkan bukti siapa pelakunya.
Dan jika benar Russo-Romano terlibat ... ah aku hanya ingin berdoa agar mereka bukan penyebabnya. Tidak mungkin mereka berlebihan hanya karena dia menggangguku, kan? Maksudku, kerjasama dengan mereka seharusnya lebih penting...
Ini membuatku frustrasi. Aku menghela napas dan memejamkan mata, mencoba mengalihkan pikiranku dari masalah Lando maupun lukisan asing ini.
"Angela?"
Mataku terbuka. Aku melihat Sehun yang menggunakan piyama sutranya berjalan dengan sebuah dokumen di tangannya. Dia berjalan ke sofa dan duduk tepat di hadapanku, menyilangkan kakinya.
"Apa yang kamu lakukan semalam?"
"Semalam?" Alisnya terangkat. "Sedang menginterogasiku, Angela?"
"Kamu tidak membunuhnya, kan?"
Dia diam, seolah diamnya memberiku jawaban jika dia yang memang mengotori tangannya kepada Lando.
"Aku penasaran apa alasanmu sampai menuduhku?"
"Kamu membencinya," jawabku langsung. Aku mulai menyadari sesuatu setelah apa yang kudengar dari Letizia. Pria ini ... dia terobsesi denganku.
"Lando rekan kerja yang sempurna."
"Kamu pernah menembaknya," kataku lagi.
"Itu hanya satu tembakan."
"Dan itu karena dia menyentuhku," ucapku lagi. "Kamu..." Perkataanku terhenti ketika yang kulihat adalah tatapan dingin Sehun. Itu membuat tubuhku merinding seketika dan aku bisa merasakan aura gelapnya yang seolah menyadari apa yang akan kukatakan selanjutnya.
"Kalau kamu terus begini, itu hanya akan membuatmu lebih buruk. Berhentilah melakukan sesuatu hanya karena aku."
"Angela..."
"Kamu membunuh sepupumu karena dia menodongkan pistol ke aku. Kamu menembak Lando karena dia menyentuhku. Dan kamu hampir membunuh Danielle karena sebuah pesta. Kalau kamu benar membunuh Lando hanya karena dia menguntitku, maka masalahnya benar-benar ada di kamu. Kamu sakit, Sehun."
"Aku berusaha melindungimu."
Hah. Bibirku terangkat dan berkata, "Melindungi? Hei, aku menikah dengan pria yang dipanggil Iblis Cosa Nostra. Menurutmu siapa yang harusnya melindungiku?"
"Hei?" tanya Sehun.
"Kalau aku sakit dan tidak bisa disembuhkan, apa kamu akan membunuh dokter yang mengobatiku?"
"Apa itu perlu dipertanyakan?"
"Kalau begitu kamu memang sakit, Sehun. Kamu terlalu menyepelekan nyawa seseorang dibalik kata 'melindungi' dan ketahuilah aku tidak butuh perlindunganmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Devil's Weakness
RomanceWARNING!! (21+) Angela tidak punya pilihan ketika papa-nya, menjodohkan dia dengan pimpinan baru keluarga mafia dari Romano, yaitu Sehun. Mereka pun menikah, menjalani kehidupan suami-istri disela argumen mereka, hingga akhirnya tanpa sadar, Angela...