Dua hari sudah berlalu semenjak aku resmi menjadi istri Sehun. Namaku sekarang berubah menjadi Angela Romano. Membayangkan bahwa aku sekarang menjadi istri seseorang tanpa persiapan apapun membuatku takut. Sehabis ikrar, aku mengunci diri di kamar dan Sehun sama sekali tidak mencoba membujukku untuk keluar. Hingga akhirnya, dua hari yang laku, pria itu mengetuk pintuku dan berkata jika dia akan pergi. Sampai sekarang pun dia belum kembali.
Akhirnya aku memutuskan untuk keluar kamar, menjelajahi rumah sekali lagi dan berkenalan dengan para pelayan di rumah ini. Sarapanku disiapkan sesuai dengan kesukaanku dan aku cukup menikmatinya.
Di sela sarapanku, aku melihat sepupu Sehun bernama Giano yang diminta untuk menjagaku. Kami sarapan bersama dan dia lebih banyak asyik memainkan ponselnya.
Sebenarnya aku cukup penasaran Sehun ada urusan apa sampai membuatnya tidak pulang ke rumah. Padahal papà saja tidak pernah seperti itu karena kebanyakan bawahannya yang bekerja jika itu tidak terlalu penting. Atau memang dia sedang melakukan hal yang penting sampai tidak bisa pulang?
Atau bisa saja....
Aku buru-buru menggelengkan kepalaku meskipun sebenarnya itu tidak aneh melihat seorang pimpinan keluarga mafia bisa bersama dengan perempuan lain selain istrinya. Jangan lupakan jika dia juga anak dari hasil luar pernikahan....
Ah, aku lupa akan satu hal. Aku sudah menyakiti perasaannya kemarin. Amarah yang tidak bisa kutahan malah membuatku mengatakan kalimat paling menyakitkan. Seketika saja aku meletakkan sendok makanannku dan memikirkan bagaimana aku harus menghadapinya sekarang ini.
Ini terasa tidak benar. Setelah sarapan, sepupu Sehun yaitu Giano diperintahkan untuk menjagaku, atau aku merasa seolah dia menjadi babbysitter-ku. Kemanapun aku pergi, dia akan mengikuti. Bahkan ketika aku berada di kamar, dia akan duduk diam di kursi yang ada di depan kamarku. Rasanya seolah aku ada di penjara, meskipun aku tidak pernah ke sana.
Bahkan ketika aku memutuskan untuk membaca buku di ruang tengah, Giano ikut serta memainkan konsol game-nya di dekatku.
"Aku bosan," seruku sambil melihat Giano yang masih fokus dengan permainannya. "Hei."
Giano tidak kunjung mendengarkannya dan aku langsung berlari melepaskan earphone-nya.
"Temani aku belanja."
"Belanja apa?"
"Gucci, Chanel, semua barang bermerek."
"Oke."
Setelah mengganti pakaianku, aku pergi bersama Giano dan satu supir menuju ke pusat perbelanjaan New York. Aku tidak membawa banyak baju kemarin dan aku juga harus memberi perlengkapanku di rumah itu.
Untuk membalas dendam atas apa yang Papà lakukan, aku berencana untuk menggunakan kartu kreditnya sampai batasnya habis. Jadi, ketika aku tiba di salah satu merek ternama, aku memborong semua pakaiannya.
"Apa ini tidak kebanyakan?" tanya Giano yang sepertinya akan kesusahan membawa barang belanjaanku dengan supir yang sengaja kuajak supaya dia bisa membantu Giano.
"Aku tidak punya banyak baju di rumah Romano," jawabku sambil memberikan kartu kredit papà kepada pegawai kasir.
"Kamu membawa dua koper kemarin," sahut Giano yang menatapku dengan aneh.
"Kamu tidak tahu di rumahku, pakaianku tertata rapi di satu kamar besar alias walk in closet," jelasku.
"Maaf, Nyonya...."
Aku menoleh kepada pegawai kasir dan menjawab, "Iya?"
"Kartunya tidak bisa diakses."
"Apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Devil's Weakness
RomanceWARNING!! (21+) Angela tidak punya pilihan ketika papa-nya, menjodohkan dia dengan pimpinan baru keluarga mafia dari Romano, yaitu Sehun. Mereka pun menikah, menjalani kehidupan suami-istri disela argumen mereka, hingga akhirnya tanpa sadar, Angela...