Tan begitu semangat mengikuti mata kuliah minggu ini. Bagaimana tidak? Buku kesayangannya akan dibahas, walaupun secara mengejutkan Yaya yang mengajukan. Misi cowok itu untuk mendekati adik kelas SMA-nya belum selesai. Banyak yang akan ia gali.
Tidak perlu menunggu waktu lama untuk kelas penuh. Pak Anton juga datang tepat waktu dengan menenteng novel tebal karya Hera Andara. Kelas pun dimulai.
"Oke, sebelum saya yang membahas, saya ingin ada satu mahasiswa yang menceritakan hasil analisisnya." Begitu ucap sang dosen.
Cowok berponi itu dengan sigap mengangkat tangan. Tanda ia ingin menceritakan buku kebanggaan. Namun asa niat terselubung di saat yang bersamaan.
"Ciye, modus lagi," ledek Yanu.
Tan mengacuhkan, kemudian langsung berdiri di depan kelas sambil membawa buku itu. Pandangan cowok itu menyapu seluruh kelas. Sayangnya, satu mahasiswa tidak terlihat. Bahkan bangku yang biasa diduduki menjadi bangku mahasiswa lain. "Mana Yaya?" gumanbya dalam hati.
Setelah lama terdiam, mahasiswa itu memulai ceritanya. Ia menceritakan hasil analisis dengan lugas. Tentu saja tanpa ragu, sebelum itu ia pernah menjelaskan isi buku kepada pengikut sosial medianya. Penampilan Tan pun berakhir dengan iringan tepuk tangan mahasiswa dan dosen yang ada di kelas.
"Benar sekali yang dibilang Tan. Novel ini menceritakan pembunuh berantai yang identik dengan stoking kemudian hilang saat memasuki sebuah terowongan. Jika kalian ingat, cerita ini mungkin terinspirasi dengan kasus pembunuhan 3 tahun lalu. Di mana ia selalu mencekik korbannya menggunakan stoking hitam. Sayang sekali, mahasiswa yang merekomendasikan tidak hadir hari ini."
Wajah Pak Anton berseri ketika menjelaskan. Mendengar penjelasan sang dosen, beberapa mahasiswa bergidik. Tidak sedikit juga yang berbisik membicarakan kasus itu. Namun, disaat yang lain riuh hanya satu mahasiswa yang terdiam dengan wajah datar.
"Yan, Yanu!" panggil Tan yang duduk di sampingnya.
Tidak ada pergerakan, Tan mengambil tindakan. "Woy!" ucapnya sambil menyenggol bahu Yanu.
Seketika Yanu tersadar.
"Lu ngelamun apa?" tanya Tan.
Sayangnya jawaban Yanu tidak memuaskan. Ia menggeleng yang membuat Tan menyerah menanggapi lebih lanjut.
"Yang barisan belakang itu tegang banget mukanya?" sindir Pak Anton.
Tanpa respons dari Yanu, dosen itu menjelaskan jika pembunuh sudah berada di penjara. Tan merasa ada yang tidak beres dengan sahabatnya yang ia kenal sejak tahun pertama kuliah. Selesai kelas, cowok berambut poni itu mengajak Yanu ke kantin fakultas. Langganan mereka di sela perkuliahan.
Gelas berisi jus jambu dan es kopi sudah berada di hadapan mereka. Tan awalnya merasa tidak nyaman untuk bertanya 'mengapa?' tetapi rasa penasaran semakin menghampiri.
"Lu tadi kenapa, Yan?"
Yanu menyeruput es kopinya. "Kasus pembunuhan ternyata bisa jadi cuan buat orang lain ternyata."
"Mungkin itu hanya inspirasi. Kan isinya juga nggak sama persis. Wong ini fiksi, Yan."
Yanu tertawa kaku sambil memainkan sedotan. "Lu tahu siapa korban terakhir pembunuh 3 tahun lalu?"
Tan menggeleng pelan.
"Kakak gue."
Jawaban singkat itu cukup membuat mata Tan membelalak.
"Waktu itu kakak gue memang pulang telat karena lembur, tapi setelah gue tunggu sampai pagi nggak ada kabar. Siangnya, ada berita penemuan mayat di bawah jembatan--"
![](https://img.wattpad.com/cover/325532027-288-k103451.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️ Kukejar Dia dalam Cerita [TAMAT]
Aktuelle LiteraturMenceritakan seorang mahasiswa bernama Tan yang mengidolakan penulis terkenal. Sang penulis tak pernah memperkenalkan diri aslinya sehingga terkesan misterius. Teman-teman Tan menganggap aneh kegemarannya itu. Pada akhirnya ia bertemu dengan teman s...