Foto yang diterima Ika dikirimkan ke Detektif Reynal. Orang yang bertanggung jawab di bidang kriminalitas itu mengamati. Berusaha mencari petunjuk lain selain gambar Yaya yang tertunduk.
Mata jeli detektif itu akhirnya menemukan pantulan seseorang di kaca hitam belakang Yaya. Bukan ketidaksengajaan, melihat kecerobohan yang terlihat, orang itu malah seperti menantang. Bawahan Reynal membawa berkas untuk diserahkan padanya.
Reynal membuka berkas itu. Kasus pembunuhan di taman bermain kota belum tuntas. Motif pembunuhannya sama dengan 3 tahun lalu, di mana wanita 20 tahunan ditemukan dengan bekas jeratan di leher. Namun, tidak mungkin seseorang yang sudah di penjara bisa berkeliaran. Apalagi setelahnya narapidana itu tewas di sel.
Kasus ini semakin membuatnya pusing. Detektif itu mengacak rambutnya. Kantung mata juga semakin terlihat. Setelah berkutat dengan pikirannya sendiri, ia dapat mengambil keputusan. Anak buah pun dipanggil.
"Perjelas wajah orang di foto ini. Buat sketsanya." Perintah dilayangkan sambil menunjuk pantulan seseorang di foto Yaya.
Detektif itu mengambil jaket kulitnya. Ia bergegas keluar kantor.
"Ke mana, Bos?" tanya si anak buah.
"Rumah sakit," jawab Reynal singkat.
Reynal menuju rumah sakit tempat Ika di rawat. Sejak kejadian kemarin, wanita itu masih membutuhkan perawatan.
Lelaki 30-an tahun itu memasuki kamar rumah sakit yang berisi satu orang. Di sana ada Tan yang menemani. Terlihat Ika langsung terduduk melihat detektif datang.
"Bagaimana, Pak?" tanya Ika.
"Kami menemukan petunjuk di foto itu. Ada pantulan orang di kaca hitam belakang. Kita akan tahu siapa pelakunya." Reynal menjelaskan.
Tan yang awalnya duduk dekat jendela, mendekat ke ranjang Ika. "Sepertinya saya tahu orang yang Pak Detektif maksud," ucapnya.
"Jangan bilang-" Detektif itu ingin menduga.
"Pak Anton--dosen kami. Saya yakin Yaya digunakan sebagai umpan untuk saya dan Yanu."
"Kamu tahu dia tinggal di mana?"
Tan menggeleng. "Yang saya tahu dia tinggal di apartemen."
"Oke, nanti akan kita pastikan."
"Apa tidak terlalu lama? Ini sudah 24 jam," tanya Ika.
"Tenang, Bu. Kita juga sedang berusaha," sanggah detektif itu.
Tan memegang pundak, kemudian mengelus pelan. "Yaya akan baik-baik saja, Kak."
Begitu Ika tenang, detektif itu pun kembali ke kantor. Begitu Tan yang juga mengikuti. Sampai di kantor, sudah ada Yanu yang menunggu. Kedua mahasiswa diminta untuk menunggu di ruang tunggu. Reynal masuk untuk mengambil beberapa berkas.
Begitu Reynal sampai di ruangan, anak buahnya menghampiri. Ia membawa kabar mengenai hasil analisis wajah yang ada di foto itu. Sebuah sketsa wajah juga ditambah untuk hasil yang lebih jelas. Detektif itu mengembuskan napas panjang, berharap petunjuk itu memang berarti.
Di ruang tunggu, kedua sahabat itu tak banyak bicara. Mata Tan kosong menatap benda yang ada di hadapannya. Yanu memegang lengan sang sahabat, benar saja, ia tersentak.
"Lu nggak apa-apa, Tan?"
Embusan napas itu hingga terdengar. Tan menggeleng, entah artinya memang tidak apa-apa, atau tidak baik-baik saja. Tangan Yanu beralih mengelus punggung sahabatnya, berharap hal yang dirasakan membaik.
"Bagaimana keadaan Kak Ika?" tanya Yanu.
"Dia baik-baik aja sekarang."
"Syukurlah. Lu nggak akan menyerah, kan? Gue akan bantu lu juga."
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️ Kukejar Dia dalam Cerita [TAMAT]
General FictionMenceritakan seorang mahasiswa bernama Tan yang mengidolakan penulis terkenal. Sang penulis tak pernah memperkenalkan diri aslinya sehingga terkesan misterius. Teman-teman Tan menganggap aneh kegemarannya itu. Pada akhirnya ia bertemu dengan teman s...