Sesuai janji, hari ini Tan dan sahabatnya akan ke lapas untuk menemui tersangka pembunuhan 3 tahun lalu. Cowok berponi itu bersiap dengan kemeja kotak. Sedang asyik berkaca merapikan rambut, denting ponsel berbunyi. Pesan dari penulis idola diterimanya.
Yaya
Kak Tan, jemput aku setelah kuliah, ya?Cowok 20 tahun itu terdiam. Tak seberapa lama, ponsel yang dipegangnya pun berdering.
"Kak Tan, kok, lama balasnya?" Suara gadis mungil itu terdengar.
"Ini juga mau ngetik, kamu udah telepon. Nggak sabar banget." Tan menyanggah.
"Gimana, Kak? Bisa?"
Tan bergumam beberapa detik. "Sepertinya tidak bisa. Tapi, nanti sore aku ajak makan es krim mau?"
"Memangnya Kakak mau ke mana?"
"Rahasia, dong," jawab Tan cengengesan.
Jantung cowok itu berdetak tidak beraturan. Ia masih kepikiran, apakah yang ia lakukan ini benar?
"Pasti mau jalan sama Kak Yanu." Gadis bernama asli Freya itu berkata ketus.
"Iya. Aku mau sama Yanu. Makanya nggak bisa jemput. Tapi, nanti sore giliran kamu." Cowok itu mencoba meyakinkan.
Yaya pun luluh. Ia mengizinkan Tan untuk bersama sahabatnya. Napas lega keluar setelah penulis idola yang kini menjadi pacarnya menutup telepon. Ternyata ada pesan lagi dari Yanu yang mengatakan bahwa dia sudah siap.
Tan bergegas menghampiri sahabatnya di rumah. Sampai di sana, ternyata sang sahabat sudah menunggu dengan menenteng helm fullface. Terlihat juga pintu rumah yang terbuat dari kayu tertutup rapat.
"Yang lain ke mana?" tanya Tan.
"Nyokap ke rumah saudara, Bokap ada tugas di kantor." Yanu menjawab sambil menaiki jok belakang motor sahabatnya.
Mereka pun melaju menuju lapas yang ada di pinggiran kota. Butuh waktu hampir setengah jam untuk sampai.
"Yan, bokap lu kan polisi juga. Apa nggak bisa minta tolong?" celetuk Tan sambil menyetir.
"Kalau bisa, mah, udah dari dulu kasus kakak gue selesai. Persidangan aja ruwet dan tersangkanya belum dijatuhi hukuman."
"Selama itu?"
Yanu mengangguk. Walaupun anggukannya tak terlihat oleh Tan, tetapi diam menandakan kebenaran.
"Lagian bokap gue bukan bagian kriminal," lanjut Yanu yang membuat Tan tak bertanya lagi.
Tak terasa mereka sudah memasuki wilayah lapas. Halaman yang tertutup paving cukup luas. Dari gerbang sampai ke bangunan kantornya saja akan terasa lelah jika jalan kaki. Beruntung tempat parkirnya tidak bertempat di dekat gerbang.
Hanya beberapa kendaraan yang terlihat. Lapas itu tidak terlalu ramai pengunjung. Di dalam dekat pintu masuk kantor terdapat rak berisi lembar pengajuan untuk bertemu dengan penghuni lapas.
"Lu aja, kah, yang masuk?" tanya Tan pada sahabatnya.
Yanu terdiam sejenak. "Iya, kayanya gue aja. Gue coba korek informasi sebanyak mungkin."
Setelah sepakat, Yanu menulis di blangko itu. Kepala sipir diam sambil membaca blangko yang diterima. Yanu dan Tan pun yang mengucap satu patah kata. Mereka merasa kecil di sana.
"Kalian yakin mau mengunjungi dia?" tanya kepala sipir itu.
"Iya, Pak. Saya adik korban pembunuhan 3 tahun lalu. Ada yang ingin memastikan sesuatu." Yanu menjawab.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️ Kukejar Dia dalam Cerita [TAMAT]
General FictionMenceritakan seorang mahasiswa bernama Tan yang mengidolakan penulis terkenal. Sang penulis tak pernah memperkenalkan diri aslinya sehingga terkesan misterius. Teman-teman Tan menganggap aneh kegemarannya itu. Pada akhirnya ia bertemu dengan teman s...