BAB 21: KIDNAP

5 1 0
                                    

THE END

Akhirnya kata itu tertulis di baris paling bawah tulisan milik Freya. Rasa lega tak bisa dipungkiri. Ia menarik napas panjang, kemudian mengembuskannya. Senyum di pipi yang tembam itu mengembang.

Tidak lain penyunting dari naskah Hera Andara adalah kakaknya sendiri. Naskah yang sudah selesai dengan judul 'Taman Bermain' itu ia pindahkan ke flashdisk hitam. Ia keluar kamar untuk menemui kakaknya.

"Hai, Kak editor," sapa Yaya yang menemukan sang kakak di meja kerja.

"Hai, penulis. Ada apa ini?"

Yaya mengulurkan flashdisk yang berisi naskahnya. "Mau nambahin kerjaan Kakak," ucapnya dengan senyum yang semakin mengembang.

Senyum itu menular ke Ika. "Kamu sudah selesai?"

Yaya mengangguk.

"Selamat, ya. Kamu sudah bekerja keras," ucap Ika sambil menerima benda yang diberikan adiknya.

Saat melihat jam, ternyata menunjuk waktu Yaya untuk kuliah. Seperti biasa, Ika bertugas mengantar penulis itu dengan aman. Setelah siap, mereka pun berangkat.

Keduanya sudah sampai di depan gerbang kampus. Hari ini jadwal mahasiswa 19 tahun itu untuk kuliah.

"Setelah kuliah, kita ke penerbit lagi, ya?" ucap Ika sebelum adiknya keluar dari mobil.

"Siap, nanti aku kabari Kakak kalau sudah selesai."

"Kaya baru pertama kali aja. Kakak udah hafal jadwal kamu."

Gadis berambut cokelat itu tertawa mendengar kalimat kakaknya. Usai perbincangan itu Yaya keluar dari mobil. Ia menuju kelasnya dengan jalan yang begitu tegap. Ia lebih percaya diri dari sebelumnya.

Cukup lama rasanya Tan dan Yaya tidak saling bertemu. Terakhir di kantin, itu pun dari kejauhan. Terlebih saat ini tidak ada mata kuliah yang mengharuskan mereka bertemu. Tentu karena sang dosen menghilang sejak kejadian di taman bermain.

Tan masih setia membaca novel 'Terowongan' milik penulis idolanya. Mungkin itu yang bisa ia lakukan untuk mengobati rasa rindu. Hubungan mereka cukup rahasia, tidak ada yang menyadari kecuali Ika dan Yanu yang memang menjadi saksi.

Ditemani jus jeruk di gazebo kampus, Tan masih hanyut dengan cerita yang bukan sekali ia baca. Namun, pandangan mahasiswa 20 tahun itu teralihkan pada seseorang yang tidak asing melintas. Ia memandang hingga Yaya menghilang di persimpangan gedung. Tidak ada niat untuk mengejar.

Yaya mengikuti perkuliahan seperti biasa. Terkadang ia berbincang dengan rekan sesama mahasiswa untuk mendiskusikan materi. Seperti tak ada beban yang menghinggap.

Dua jam berlalu, sang dosen menutup perkuliahan hari itu. Ponsel Yaya berdenting, pesan dari kakaknya diterima. Ia keluar kelas dulu sebelum membalas. Keburu kelasnya ditutup.

Kak Ika
Kakak sudah di depan gerbang

Tunggu 10 menit, aku mau ke kamar mandi

Sesuai ucapannya, Yaya menuju kamar mandi wanita di gedung kuliahnya. Tak lama, hanya beberapa menit. Kemudian ia keluar, tetapi seseorang menghalangi jalan.

Lelaki yang jauh lebih tinggi dari Yaya berdiri di lorong kecil arah ke kamar mandi. Awalnya gadis itu mencoba mencari celah. Namun, ia menyadari sesuatu. Tiga tahi lalat yang membentuk diagonal. Yaya mengenal orang itu.

Gadis mungil itu gemetar, kakinya juga mundur selangkah. Apa daya, jalan di belakangnya tak tidak ada lagi. Lelaki itu pun membalikkan badan. Ternyata orang yang selama ini ditakutkan muncul.

✔️ Kukejar Dia dalam Cerita [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang