Terhitung sudah seminggu penulis dan penggemarnya menjalin hubungan asmara. Yaya terbilang tidak pernah berbaur dengan orang banyak, sedangkan Tan kebalikannya. Tan menjaga penulis idolanya layaknya adik. Kontak fisik yang dilakukan pun hanya bergandeng tangan.
Kencan pertama mereka lakukan di taman kota. Tempat pertama Tan menyatakan rasa suka pada Yaya. Hari itu masih siang. Matahari memancarkan terik walau terkadang tertutup awan. Beruntung di taman itu ada kursi dengan payung besar. Yaya dan Tan menikmati kebersamaan mereka.
Segelas es krim vanila dengan dua sendok menjadi kudapan yang dipilih sejoli itu. Belum ada perbincangan yang terjadi. Mereka masih sibuk menyendok es krim yang hampir mencair.
Yaya masih belum terbiasa dengan kebersamaannya. Dada gadis mungil itu berdetak lebih cepat. Cara duduk dengan menggetarkan kaki memperlihatkan jika dirinya belum nyaman. Ia juga melirik ke arah lain, seperti ingin lari. Hal itu berbeda dengan Tan yang terfokus pada penulis idola yang sekarang menjadi kekasihnya.
"Ya," panggil Tan.
Yaya tersentak. Ia langsung menatap wajah kekasihnya.
"Kamu nggak nyaman, ya?" tanya Tan.
Gadis mungil itu tersenyum canggung dengan sendok yang digigitnya--tanda ia menyetujui kalimat Tan. Bukannya marah ataupun tersinggung, Tan membalas jawaban Yaya dengan senyum.
"Apa yang membuatmu nggak nyaman?" tanya Tan.
"Nggak tahu, Kak. Rasanya masih asing aja," ungkap gadis itu.
Tan mengangguk. "Wajar, ini pertama kalinya kamu menjalin hubungan dengan lawan jenis, kan?"
Anggukan Yaya menjadi jawaban. Terbesit topik pembicaraan lain yang gadis berambut cokelat itu ingin utarakan. Raut canggungnya kini berubah semringah.
"Oh, iya. Waktu Kak Tan datang ke rumah dan ngobrol sama Kak Ika kemarin. Apa yang kalian omongin?" tanya gadis itu.
Pertanyaan pacarnya mengundang tawa Tan. Ia mengacak pelan rambut poni Yaya dengan gemas. Cowok itu mendekatkan badannya sampai hampir membentur topi yang dipakai Yaya. Yaya pun mundur dibuatnya.
"Kenapa? Takut?" tanya Tan lagi.
Tak dipungkiri raut Yaya mengiakan pertanyaan Tan. Cowok itu kembali tersenyum gemas ke pacarnya. Ia hanya bercanda.
"Kamu sendiri? Kenapa waktu itu nggak ada? Bukannya kamu yang nyuruh aku ke rumah?" Tan kembali menodong pertanyaan.
"Waktu itu Kak Ika yang minta. Mau diintrogasi katanya. Terus aku juga berharap bisa ketemu Kakak. Tapi, pas Kak Ika buka pintu kamar, Kak Tan juga udah hilang." Yaya membela diri.
Terbesit ide jail di otak Tan. "Tahu, nggak? Waktu itu keadaan mencekam banget."
"Hah? Mencekam bagaimana?" Yaya memiringkan kepala.
Cowok berponi itu berusaha menyembunyikan senyumnya. "Jadi, waktu aku masuk ke rumah, Kak Ika duduk di sofa dengan menyilangkan kaki. Tatapannya tajam seolah berkata, 'beraninya kamu mendekati penulis terkenal'. Kak Ika membawa gulungan koran dan menepukkan di tangannya."
Mendengar penjelasan sang pacar, Yaya bersandar ke belakang. Raut wajahnya pun berubah. "Kak Tan ngarang, kan?" ucapnya.
Gelak tawa kembali pecah dari Tan. Melihat raut sebal dari pacarnya membuat cowok 20 tahun itu semakin suka. Namun, sudah cukup bercandanya.
"Iya, iya. Aku jawab serius, ya. Jadi, waktu itu Kak Ika mau memastikan, aku bisa jaga kamu atau tidak. Yaya, kan, bukan orang biasa. Dan, pertanyaan sejenis itu lah." Tan menjelaskan.
![](https://img.wattpad.com/cover/325532027-288-k103451.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️ Kukejar Dia dalam Cerita [TAMAT]
General FictionMenceritakan seorang mahasiswa bernama Tan yang mengidolakan penulis terkenal. Sang penulis tak pernah memperkenalkan diri aslinya sehingga terkesan misterius. Teman-teman Tan menganggap aneh kegemarannya itu. Pada akhirnya ia bertemu dengan teman s...