BAB 8: I DO

10 3 9
                                    

Yaya termenung di meja makan dengan tatapan kosong. Kedua tangannya sibuk memainkan nasi dan lauk yang ada di piringnya. Ika menyadari hal aneh dari sikap sang adik.

"Kenapa habis pulang kencan bengong begitu? Awas kesambet," ucap Ika.

"Nggak, Kak. Yaya bingung aja."

"Memangnya kemarin sore kalian ngapain? Nggak aneh-aneh, kan?"

"Apaan, sih, Kak? Memangnya adik Kakak ini apaan." Yaya menggerutu.

"Terus apa?"

Yaya menunduk dengan memanyunkan bibirnya. "Kak Tan suka sama aku."

Gelak tawa keluar setelah mendengar kalimat dari sang adik. Ika pun tidak jadi menyuapkan nasinya karena sibuk tertawa. Yaya yang melihat itu tetap pada raut manyunnya, ditambah rona yang semakin kentara.

"Udah, dong, Kak. Yaya malu."

Ika berusaha berhenti dari tawanya. Napas dalam ditarik, lalu diembuskan. "Kamu ini. Dia suka karena dia kan fans kamu."

Gadis mungil 19 tahun itu menyilangkan tangan. Ia membantah, "Bukan! Dia suka bukan sebagai penggemar. Tapi-" Kalimat Yaya terhenti.

Seketika Ika menaruh perhatian pada adiknya. "Tapi?" Ia bertanya sambil menyuapkan nasi.

"Kak Tan ngajak Yaya pacaran."

Seketika nasi yang masih di batang tenggorokan tidak bisa tertelan. Ika batuk karena tersedak. Beruntung ada minuman yang membuatnya lega.

"Dia serius atau main-main?" tanyanya.

"Dari wajahnya semalam, dia serius."

Ika menyandar ke kursi. "Tahu apa kamu? Panggil dia ke sini. Kamu bukan orang sembarangan, lo."

"I-iya, deh." Yaya mengangkat sendoknya dan melanjutkan makan.

Pertama kali Yaya merasakan kebimbangan mengenai cinta pagi itu. Ia menyadari tak mudah baginya menjalin hubungan percintaan dengan orang lain. Namun, entah mengapa ia menganggap Tan lebih dari seorang penggemar.

Cowok berambut poni itu masih berlindung di balik selimut. Hari libur memang enak untuk bangun lebih lambat. Sayangnya, tidak. Pikirannya masih kalut dengan kejadian semalam dengan sang penulis idola.

Ia membuka selimut. Tan membuang napas hingga bersuara untuk menghilangkan rasa ganjal di dada. Suara ketukan pintu mengalihkan perhatiannya. Ia pun beranjak. Seperti biasa, tidak ada orang lain yang akan datang selain Yanu.

"Pagi banget," gerutu Tan.

"Pagi?" Yanu melihat jam dinding di atas komputer milik Tan. Terlihat sudah menunjuk pukul 9.

"Pagi gundulmu! Makanya jendela dibuka," gerutu Yanu.

Tan langsung membuka tirai yang berada tepat di samping kasur. Seketika cahaya matahari bisa masuk hingga menerangi kamar. Cowok yang baru beranjak dari kasur itu menghalangi cahaya mengenai matanya karena silau.

"Tumben lu bangun siang, Tan?" tanya Yanu.

"Nggak bisa tidur gue semalam." Tan kembali ke kasur, tetapi dengan keadaan duduk.

"Memangnya semalam ngapain?"

Ketukan keras mengenai kepala Yanu. "Lu pikir gue ngapain?"

Yanu mengaduh kerena getokan itu. "Kenapa gue yang digetok?"

"Lu nya mikir aneh-aneh, sih."

"Lu yang mikir macam-macam! Maksudnya, lu ada apa semalam sama Yaya? Getok lagi gue tendang, lu!" ancam Yanu karena kesalnya.

✔️ Kukejar Dia dalam Cerita [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang