BAB 12: STORY THEMES

3 1 4
                                    

Perkuliahan Kritik Sastra yang menyatukan Tan, Yanu dan Yaya kembali dilakukan. Pak Anton sebagai dosen hadir tepat waktu saat mahasiswa juga sudah siap di tempat duduk. Kuliah pada hari ini akan membahas mengenai proses tugas besar yang akan mereka kumpulkan dipertemuan terakhir.

"Kalian sudah menemukan berita apa yang akan dipakai untuk tugas akhir?" Pak Anton mengawali perkuliahan.

Sebagaian besar mahasiswa menjawab 'sudah' dengan lantang. Walaupun ada beberapa yang menengok teman yang lain tanpa menjawab. Begitu pula sebenarnya Tan dan Yanu belum terpikir untuk mendapat berita yang mana.

"Baik, kalau sudah akan saya data sebagai proses awal tugas akhir kalian," lanjut Pak Anton yang kemudian duduk di meja depan menghadap laptopnya.

Dosen itu mendata dari mahasiswa yang duduk paling depan untuk menyebutkan nama dan berita yang akan di angkat. Kaki Tan tidak bisa didiamkan. Otaknya dipaksa berpikir. Begitu pula Yanu yang menghadap depan dengan tatapan kosong. Tanpa sadar ia juga menggigiti kuku jempolnya.

"Kenapa Kak Yanu dan Kak Tan nggak ambil berita yang kita cari di koran kemarin?" bisik Yaya yang duduk di samping Tan.

Kaki Tan kini berhenti bergetar. "Oh, iya." Senyum merekah di wajah cowok berambut poni itu. "Makasih, imut." Acakan lembut ke rambut pacar pun tak ketinggalan.

Tepat sebelum waktunya, masih beberapa mahasiswa lagi untuk ia ditunjuk. Tan melihat sahabatnya yang terlihat lega. Sepertinya ia juga sudah menemukan berita.

"Saya akan mengambil berita mengenai penemuan tersangka pembunuhan di terowongan bawah jalan tol, Pak." Tan menjawab dengan percaya diri.

Kening Pak Anton berkerut. "Itu berita kapan?"

"3 tahun lalu, Pak. Saya terinspirasi dari karya Hera Andara dan kebetulan ada berita tentang itu juga."

Dosen itu menangkap penjelasan Tan. "Terowongan itu masih ditutup, ya? Saya sering lewat sana untuk ke rumah saudara saya. Sekarang saya harus lewat jalur yang lebih jauh." Ia menanggapi untuk basa-basi, lalu dilanjutkan, "Karena itu berita lama, kamu bisa riset lebih dalam, ya."

Tan mengangguk. Senyum leganya jelas terurai di wajah. Giliran Yaya yang mengatakan jenis berita yang berbeda. Kemudian, dilanjutkan Yanu yang mengatakan kasus penemuan mayat di perumahan.

Pak Anton terkekeh dengan jawaban Yanu. "Kenapa kalian berdua terobsesi berita 3 tahun lalu?"

Yanu menjawab dengan raut datar. "Saya belum bilang itu berita kapan, Pak."

Seketika mata semua orang tertuju pada Yanu. Termasuk Pak Anton yang terlihat sedikit getaran di matanya. Ia juga menelan ludah walau tidak kentara.

Tiba-tiba Yanu terpingkal melihat reaksi dosen dan mahasiswa lain di kelas itu. "Kenapa pada lihatin saya?" ucapnya dengan canda.

"Gila, lu, Yan. Jawaban lu ke Pak Anton yang bikin kita diem." Tan membisik.

Pak Anton memecah keheningan. "Baiklah. Berita kapanpun itu, nanti kamu cantumkan di pengumpulan outline minggu depan."

"Baik, Pak. Betul itu berita 3 tahun lalu, kok," ujar Yanu.

Penyebutan berita pun berlanjut ke mahasiswa selanjutnya hingga selesai. Pendataan proses mahasiswa memakan separuh waktu perkuliahan. Walaupun belum selesai pada waktunya, dosen itu mengakhiri kelas dengan tugas pembuatan outline cerita.

Dosen itu keluar setelah mengucapkan salam perpisahan. Ia berjalan cepat menuju ruang khusus dosen. Di dalam ruang itu tersekat yang disediakan setiap sekat berisi satu dosen. Pak Anton langsung meneguk air mineral yang sudah ada di meja. Napasnya lebih cepat dari biasa.

✔️ Kukejar Dia dalam Cerita [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang