MDKK 7. Akting

70 15 0
                                    

"Aduh," adu Ryan sembari mengelus perutnya, Ana sempat bingung tapi didetik kemudian dia langsung berakting.

"Kakak harus minum obat, atau gak makan dulu biar perutnya gak sakit lagi." Ucap Ana begitu pandai bersandiwara.

"I-iya An," seru Ryan pura-pura menurut, pak Tegar memandang mereka lekat mencari kebongan mereka.

"Ryan kamu sakit?" Tanya nya memastikan.

Ryan mengangguk "Kak Ryan sakit magh pak, jadi An antar kesini supaya dapat beristirahat." Ujar Ana memasang wajah kasihan, Ryan terkekeh melihatnya ingin tertawa kencang tidak bisa karena bisa merusak Aktingnya nanti.

"Terus itu mata kamu kenapa?" Tanya pak Tegar menaruh curiga.

"An ngantuk pa," ucapnya sembari menguap.

"Oh yasudah, An kamu pergi ke tenda dan beristirahatlah, dan kamu Ryan makan dulu setelah itu minum obat. Ingat besok ada banyak kegiatan yang harus kamu ikuti, jaga kesehatan." Jelas pak Tegar panjang lebar.

"Siap pak." Ucap mereka bersamaan, tak mau membuat pak Tegar curiga Ana langsung ngabrit ke tendanya dan benar-benar tidur, melewatkan materi juga arahan untuk kegiatan besok.

Pagi harinya Ana bangun karena terganggu suara bisik di luar, Ana bangun dan bergegas untuk mempersiapkan diri, hawa di puncak masih terasa dingin.

'Andai aku minum susu, pasti anget deh.' Pikirnya sembari menatap pepohonan yang menjulang tinggi keatas.

"Nih." Ryan menyodorkan segelah susu untuk Ana, entah kebetulan atau apa yang pasti Ana senang menerimanya.

"Makasih." Ucap Ana dengan senyum lebarnya.

"Hm."

"Kak, apa masih sakit__"

"Gue gapapa An," tekan Ryan tak mau Ana mengungkit kejadian malam, Ryan sangat bersyukur Ana tidak apa-apa ya walaupun harus Ryan yang berkorban.

"Tapi An__" ucap Ana tertahan kala mendengar suara sound bergema, dan benar saja sepertinya kegiatan hari ini akan di mulai.

"Kita kesana." Ajak Ryan tanpa sadar menggandeng tangan Ana dengan erat, seorang melihat itu terbakar api cemburu, tangannya mengepal dan wajahnya memerah.

"Awas, lo bakal habis An!"

Skip

"Oke anak-anak, Kali ini kita akan mencari jejak, untuk posko kami sudah siapkan 5 posko, disana sudah ada yang menjaga jika ada keluhan atau apapun itu kalian bisa langsung konsultasi, untuk peserta cari jejak ibu bakal bagi 7 kelompok."

Ryan Dean Ana Alisya satu kelompok dengan grup Lily

Rio Aji dan Satya mereka sekelompok dengan siswi kelas IPS XI.

"Ingat jangan ada yang terpisah, saling bantu jika teman kalian mendapat kesulitan dan berhati-hatilah." Tukas Bu Dewi.

Tanpa berlama-lama bu Dewi langsung mempersilahkan kelompok pertama untuk memulai mencari jejak, disusul kelompok 2 3 4 5 6 dan kini giliran kelompok 7.

Ryan menjadi ketua kelompok, dan dia sangat di harapkan bisa bertanggung jawabannya oleh bu Dewi.

Disepanjang perjalanan Lily terus mepet dengan Ryan, dan Dean begitu sangat menjaga Alisya, teman-teman Lily sudah membuat rencana untuk menjaili Ana.

Ana menggunakan kamera untuk memotret pemandangan, Elle meminta Ana untuk memotretnya dan dengan senang hati Ana menerima itu, setelah mendapat beberapa gambar Elle berlari pergi meninggalkan Ana yang sedang pokus menatap kameranya, memilah milih gambar yang bagus untuk di tunjukkan pada Elle. Saat sudah menemukannya Ana harus kecewa karena Elle pergi meninggalkannya.

"Astaga!" Baru engeh bahwa Ana tertinggal kelompoknya, dia berlari kesana kemari mencari temannya, rasa takut menghantui nya.

Brughhh Awww Asshhhhh.....

Ana tersandung akar pohon, tubuhnya menghantam tanah dengan keras, Ana mencoba untuk bangkit tapi sayang kakinya sulit untuk di gerakkan.

Lutut Ana berdarah dan pergelangan kaki kirinya keseleo, tangis Ana pecah dia menundukkan kepalanya dan menarik kakinya mencoba untuk bangkit.

"Hiks tolong!" Teriaknya meminta bantuan.

"Ahhh, hiks... Arghhhh." Rintihnya, pikiran Ana kalut dia mungkin tidak akan selamat, atau tak ada orang yang peduli dengannya, hati Ana sangat kacau rambutnya berantakan dan celana treningnya sudah kotor bercampur tanah.

"Kakak Ryan tolong, hiks...." Berharap Ryan bisa mendengar suaranya.

Ryan pokus dengan peta yang dipegangnya dan tak sadar bahwa Ana tak berada dekat dengannya.

"Bentar, Ana mana?" Tanya Alisya panik tak mendapati Ana disampingnya.

"Lagi foto-foto kali." Ucap Elle dan diangguki Lily.

"Ryan, Ana hilang." Teriak Dean mampu membuat langkah Ryan terhenti, nafasnya tercekat, tubuhnya lemas seketika.

"A-ana hilang?" Tanya Ryan memastikan dengan sorot mata tajamnya.

"Iya, kita baru sadar Ana hilang."

"Hiks kak, gimana ini? Ana pasti ketakutan." Lirih Alisya, menangis sesegukan.

"Dean, lo lanjutin cari jejaknya dan titip mereka. Gue balik mau cari Ana.... ingat jangan ada yang berpisah!" Pesan Ryan berlari cepat untuk mencari keberadaan Ana, Lily yang melihat itu hendak ikut menyusul tapi Dean lebih dulu menahannya.

"Kalo lo masih mau gabung sama kelompok kita lo harus denger arahan gue, tapi kalo enggak silahkan lo pergi, dan jangan harap bakal ada yang mau nolongin lo kalo lo hilang!" Tukas Dean begitu tajam, Lily merinding takut dan mengurungkan niatnya untuk pergi, dia ingin selamat.

"Kak... Ana?" Lirih Alisya sedih.

"Gue percaya sama Ryan, lo tenang aja Sya."

******

"Ana! Lo dimana?" Teriak Ryan, suara itu terdengar oleh Ana.

"Kak Ryan hiks, tolong!" Ucapnya dengan sisa tenaga yang ia punya.

'Suara itu? Suara ana, ya itu suara ana. Tapi di mana?' Pikir Ryan memalingkan wajahnya kekanan dan kekiri mencari keberadaan Ana.

"An lo dimana? Lo denger suara gue kan?" Suara Ryan begitu terdengar jelas ketelinga Ana, gadis itu terisak senang beryukur karena masih ada orang yang mau menolongnya.

"Kakak!" Lirih Ana, dia menyeret tubuhnya dengan susah payah untuk mencari keberadaan Ryan.

TBC

Menurut kalian gimana? Ceritanya seru gak? Ramein komen yuk

Menikah Dengan Kakak KelasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang