MDKK 15. Sakit

100 20 13
                                    

Hey kamu makasih, udah setia baca CB ini semoga menghibur ya. ~AuthorLX

Ana terdiam membisu diperlakukan seperti itu oleh Ryan, tubuhnya tiba-tiba kelu dan sepertinya wajah Ana sudah memerah sempurna karena malu.

"Udah." ucap Ryan spontan saat dirinya sudah menyelesaikan tugasnya.

"Lo kenapa blushing An." tanya Aji.

"Eh e-enggak."

"Lo gak bisa ngelak, jelas-jelas pipi lo merah gitu."

"Baper ya di romantisiin sama suami." goda Dean.

"Hah? su-suami,"

"Ck lupa ingatan dah, padahal belum sehari Ryan ucapin kata SAH di depan penghulu." tukas Satya mengingatkan kembali kejadian di masjid An-Nur tadi pagi.

"O-oh i-iya."

"Lo kok gugup sih," ucap Aji, semakin membuat Ana salah tingkah.

"Hah e-enggak kak," Ryan menyunggingkan senyum nya, kemudian mengusap rambut Ana dengan lembut.

"Lo gak perlu gugup sayang." ucap Ryan sontak membuat semua menatapnya kemudian memasang senyum jahil.

'Ya ampun apa tadi kata kak Ryan, Sayang? Yang benar saja!' batin Ana rasanya dia ingin menghilang saja.

"Mulai terendus guys, sebentar lagi bakal ada pasangan bucin. Yang jomblo harap bersabar." celetuk Satya, membuat semua tertawa.

Selesai makan malam mereka semua langsung berpindah ke ruang tv, Ana dan Alisya duduk di sofa sedangkan yang lain mengalah duduk di atas karpet.

"Bos lo nanti gimana sama Ana, bakalan terusin status lo atau__"

"Gue bakal terusin status gue, dan secepatnya gue bakal urus surat-suratnya."

"Lo yakin Ryan, lo gak mau lepasin status lo gitu, lo kan masih sekolah ya meskipun bentar lagi lulus tapi se-enggak nya kalian kan masih berstatus pelajar."

"Yang jelas gue sama Ana gak bakalan permainin pernikahan ini, pernikahan gue udah tercatat tinggal di bukukan. Lo ingat jelas amplop yang pak Rustam kasih ke gue."

"Inget-inget,"

"Amplop itu isinya surat tanda bukti bahwa gue dan Ana resmi sudah menikah."

"Ohh, jadi lo bakalan tetep jalanin pernikahan sama An?" tanya Satya menimpali. "Lo siap jadi bini nya Ryan An?"

"Gak tau." cicit Ana terdengar serba salah.

"Gue gak perlu persetujuan lo An, apapun yang terjadi lo tetep istri sah gue!" tegas Ryan.

"I-iya kak."

"Dosa gak sih ngelarang Ryan sama Ana untuk tidur sekamar?" celetuk Rio, dia mengingat perkataan Satya yang melarang Ryan dan Ana berada dalam satu kamar yang sama.

"Ya dosa lah, gitu aja lo gak tau. Mereka kan udah halal." jelas Satya sembari menepuk paha Rio dengan sedikit keras.

"Tapi lo sendiri yang bilang kalo Ana sama Ryan gak boleh sekamar." tukas Rio.

"Hah? Kapan."

"Pas di mobil,"

"Ohh hehe itu gue takut aja, kan mereka masih sekolah kalo ada apa-apa kan kita juga yang kena." jelas Satya, semua mengangguk-nganggukkan kepalanya tanda paham.

"Iya juga sih, lo gak boleh macem-macem bro inget sekolah dulu." ujar Aji membenarkan perkataan Satya.

"Hm." Ryan hanya ber Hm saja, membuat teman-temannya tak begitu mempercayainya.

Menikah Dengan Kakak KelasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang