MDKK 13. Ternyata

98 21 4
                                    

Tinggalkan jejak komentar yang panjang-panjang, sepanjang perjalanan kisan cinta Ana & Ryan.

Instagram @resti_2332

Setelah pulang dari masjid An-Nur, Dean menarik Ryan untuk di obati, dan Alisya menengakan Ana yang masih terpukul dengan kejadian ini.

"Gue gak nyangka, bakalan ada kejadian ini." ucap Rio, menatap Ryan dan Ana sekilas kemudian tertunduk lesu.

"Gue bahkan ngerasa seperti ada di sinetron." tutur Aji, Ryan melirik Ana yang masih menangis dalam pelukan Alisya.

'Maaf An, gue udah bikin lo kayak gini.' batin Ryan.

"Bro gue siap-siapin barang kalian, sebelum para warga datang lagi kesini buat ngusir kita." ucap Satya ada benarnya, dengan malas Aji, dan Rio berjalan menuju kamar atas hendak membantu Satya merapuhkan barang bawaannya.

Sebenarnya mereka sangat menyayangkan kejadian ini. Sungguh sangat di luar dugaan!

"Sya, lo beresin barang-barang di kamar. Siang ini kita balik." titah Dean

"Ta-tapi__"

"Sya! Denger apa yang gue bilang tadi?"

"I-iya kak." jawab Alisya gugup, dia melepaskan pelukannya dengan Ana dan berpamitan untuk bersiap-siap.

"Ryan, gue tinggal ke atas."

"Hm."

Ryan mencoba menghampiri Ana, dia ingin memastikan keadaan gadis itu.

"Kenapa harus kita kak?" lirih Ana, menghentikan pergerakan Ryan, pria itu menatap lekat pada Ana.

"An gue gak bermaksud buat__"

"A-aku harus gimana? Pernikahan itu tidak bisa di buat main-main kan kak."

"Gue bakal tanggung jawab An, please kasih gue kesempatan, lo jangan benci gue An. Ini bukan kehendak gue, gue___"

"An takut semua orang menggunjing kita,"

"Hanya kita yang tahu, temen gue gak mungkin ngebocorin tentang ini, percaya sama gue." jelas Ryan. "Dengerin gue, apapun yang terjadi nantinya gue bakal tanggung ja__"

"Kak! Kakak bahkan gak ngelakuin apa-apa sama An, kenapa mereka bisa berpikir sepicik itu hiks, mereka egois kak." lirih Ana, tangis nya pecah saat mengingat kembali kejadian tadi.

Dengan segera Ryan memeluk Ana untuk menenangkannya.

Pak Muh datang dengan tergesa, dia mendengar desas desus dari warga kalau penghuni Villa berbuat Mesum.

Pria itu merasa bersalah karena saat kejadian itu dia tak ada di Villa, karena memang dirinya tengah mengisi bensin di pom mini dekat dusun sebelah, hanya ada satu pom mini dan pak Muh harus rela ngantri karena banyak yang ingin membeli bensin di tempat itu.

"Den," ucap pak Muh tercekat, melihat Ryan dan Ana berpelukan.

"Siapkan mobil pak, siang ini kita balik ke jakarta."

"Ba-baik Den." pak Muh bergegas kedepan lagi untuk mempersiapkan mobil.

"Gue kompres dulu pipi lo ya An."

"Gapapa hiks kak, gak usah."

"Tapi pipi lo merah An,"

"Kakak juga terluka kan, kenapa kakak gak mikirin diri kakak sendiri." sentak Ana tak suka saat Ryan peduli padanya dan mengabaikan luka di sekujur tubuhnya akibat pukulan para warga saat menghakiminya tadi.

"Karena gue peduli sama lo An! Gue gak suka lihat lo yang terluka seperti ini," jelas Ryan terdengar serius hingga tak ayal membuat Ana terdiam membisu, mengamati wajah Ryan dan mencari kebohongan disana.

Menikah Dengan Kakak KelasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang